Share

Tunangan

Author: Aldra_12
last update Last Updated: 2025-01-03 11:18:36

"Siapa kamu?" tanya Mila dengan tatapan memicing.

Anna benar-benar tak menyangka Kai akan masuk ke rumah itu. Dia terus menatap Kai, sampai pria itu berdiri di sampingnya.

"Tunangan Anna," sahut Kai ringan.

Anna membelalak terkejut.

Tapi tunggu ...

Anna belum pernah menyebutkan namanya. Dari mana pria ini tahu namanya?

"Apa? Tunangan? Hah!" Mila tertawa mencibir.

"Wah, Anna. Kamu membayar orang ini untuk bersandiwara?" tanya Nindy ikut menyindir.

Anna hanya bisa diam.

"Mulai saat ini, Anna akan tinggal bersamaku," kata Kai, tidak terpengaruh sama sekali. "Jika kalian berani menyentuhnya, kupastikan kalian akan tinggal di pinggir jalan selamanya."

Senyum dan tawa cemooh dari wajah Mila dan Nindy langsung lenyap. Tatapan tajam pria itu begitu mengintimidasi, tidak perlu bukti untuk membuat mereka yakin bahwa pria itu tidak main-main.

Kai menoleh pada Anna, lalu berkata, "Ambil barang pentingmu, tidak perlu bawa pakaian. Kamu tidak membutuhkannya di rumahku."

Anna lagi-lagi terkesiap, tapi dia tidak membantah. Anna memilih segera melakukan apa yang dikatakan Kai.

Mila dan Nindy kebingungan, tapi tak bisa melakukan apapun karena Kai terus menatap mereka dengan tajam.

Tak lama kemudian, Anna keluar dari kamar membawa tas dan sebuah bingkai foto dirinya dan sang ayah.

"Aku hanya membawa surat-surat pentingku saja," ucap Anna pada Kai.

Kai memberi isyarat agar Anna keluar lebih dulu. Begitu Anna keluar, Kai kembali menatap pada Mila dan Nindy.

"Ingat perkataanku baik-baik. Jangan pernah mengganggu Anna lagi."

Setelah mengatakan itu, Kai menyusul Anna.

Mila menelan ludah susah payah. Siapa pria tampan itu sebenarnya? Mengapa mereka tunduk padanya begitu saja?!

"Tidak mungkin dia pria bayaran, kan? Atau dia hanya mau menggertak saja?" Mila bertanya-tanya. "Sejak kapan pula Anna punya tunangan?”

"Tunggu, sepertinya aku pernah melihat pria itu, tapi di mana?" Nindy mencoba mengingat-ingat.

**

Anna sudah duduk di mobil Kai saat pria itu masuk. Dia terus memeluk bingkai foto ayahnya.

"Ayahku baru meninggal tujuh hari lalu, makamnya saja masih basah, tapi ibu tiriku malah menjualku," ucap Anna akhirnya mengungkap keluh kesahnya, meski dia sadar jika Kai tidak mungkin menanggapinya.

Benar saja, pria itu hanya diam.

"Omong-omong, dari mana Anda tahu namaku Anna?" tanya Anna keheranan.

"Kartu tanda pengenal yang kamu berikan tadi," jawab Kai.

Anna terhenyak. Iya juga, tadi Kai meminta tanda pengenalnya untuk mengurus pernikahan mereka, kan? Anna lupa.

Anna akhirnya memilih diam, sampai akhirnya mobil itu memasuki gerbang besar melewati halaman luas menuju rumah mewah yang ada di sana.

Anna memandang rumah mewah itu, ternyata benar kalau Kai bukan orang sembarangan. Pria itu benar-benar dari kalangan atas.

Kai turun tanpa mengajak Anna, tapi tentunya wanita itu sudah paham dan langsung mengikutinya.

Anna memperhatikan langkah Kai, lalu berhenti karena pria itu juga berhenti.

"Mulai hari ini, kamu akan melayaniku."

Anna terkesiap.

Melayani ... apa maksud ucapan pria ini? Melayani di atas ranjang?

Anna menggeleng pelan, ucapan ambigu Kai membuat pikirannya berlarian ke sana-kemari.

Kai menoleh pada Anna karena tak mendengar suara wanita itu. Dia melihat Anna yang sedang menggeleng pelan, membuat satu sudut alisnya tertarik ke atas.

"Kamu paham dengan yang aku katakan? Ingat statusmu!"

Anna terkejut. Dia langsung mengangguk.

Saat itu pelayan Kai datang menghadap pada pria itu.

"Siapkan kamar untuknya, tepat di sebelah kamarku."

Setelah mengatakan itu, Kai pergi menaiki anak tangga meninggalkan Anna.

Anna seketika bingung. Sebenarnya apa maksud pria ini?

Jadi, dia akan menjadi istri kontrak, tapi mereka tidak akan sekamar?

Lalu, apa maksud melayani?

“Mari.” Pelayan mempersilakan Anna untuk ikut.

Anna mengangguk. Dia berjalan mengikuti pelayan menuju ke lantai dua, arah Kai pergi.

Anna dibawa ke salah satu kamar yang ada di lantai dua.

“Itu kamar Tuan Kai, ini kamar Anda,” ucap pelayan itu seraya membuka pintu besar kamar itu.

“Terima kasih,” ucap Anna seraya mengangguk.

Pelayan itu permisi. Anna masuk dengan ragu-ragu ke kamar itu, dia memperhatikan setiap sudut ruangan besar yang akan jadi tempat tinggalnya selama menjalani kontrak pernikahan dengan Kai. Bisa saja kamar ini menjadi penjara untuknya.

Anna menatap foto sang ayah, suara helaan napas kasar lolos dari bibir.

“Setidaknya aku punya status ‘kan, Yah. Bukan pelacur yang dibayar untuk memuaskan nafsu pria?” Anna memandang nanar, bahkan bola matanya berkaca-kaca.

“Tapi, dia juga membayarku, apa aku sama saja dengan wanita penghibur?”

**

Keesokan harinya. Anna sudah bangun, tapi dia bingung harus bagaimana. Belum lagi Anna masih memakai pakaiannya semalam karena tidak ada baju ganti di rumah itu.

“Tuan bilang kamu harus melayaninya, jadi setiap pagi kamu harus membuatkan kopi juga menemaninya sarapan, menyediakan apa yang dia inginkan,” ucap pelayan ketika melihat Anna diam.

Anna terkesiap. Dia langsung mengangguk lalu meminta arahan pada pelayan itu. 

Sepertinya Anna sudah tahu maksud Kai memberikan kamar lain padanya, pria itu sebenarnya hanya menjadikannya pelayan untuk membayar utang. 

Tapi bukankah ini lebih baik daripada dijual ke pria hidung belang? Ya, begitulah pemikiran Anna sekarang.

Anna bersiap di samping meja makan. Dia menunggu Kai datang, sampai akhirnya pria itu tiba di ruang makan. Anna melihat Kai menatap dirinya sekilas, lalu pria itu berjalan menuju kursi utama.

“Duduk!” perintah Kai tanpa memandang pada Anna.

Anna agak bingung, tapi karena Kai kembali menatapnya datar, membuat Anna segera duduk di salah satu kursi yang ada di sana, agak berjauhan dengan Kai.

Kai menatap datar, dengan bariton suara yang tegas, Kai berkata, “Siapa yang menyuruhmu duduk begitu jauh?”

Anna terkejut sampai langsung kembali berdiri, akhirnya dia berjalan mendekat lalu duduk di kursi yang bersebelahan dengan Kai duduk.

“Baca ini. Ini surat perjanjian pernikahan yang akan berjalan selama dua tahun ke depan. Tidak ada negosiasi atau bantahan!” Kai tidak memberi pilihan sama sekali.

Anna menerima selembar kertas yang sudah dibubuhkan materai itu, lantas membaca poin perjanjian di dalamnya, di mana salah satu poin menyebutkan jika Anna tidak berhak meminta cerai sebelum jangka waktu yang ditentukan habis dan Anna harus menuruti apa pun perintah Kai.

‘Apa ini maksudnya aku juga tidak bisa menolak jika pria itu meminta jatah suami-istri?’ batin Anna dengan ekspresi wajah panik.

Anna melirik Kai yang diam. Pria itu menunggu dirinya, ekspresi wajah dingin pria itu benar-benar membuat Anna tak berkutik. Dia sudah terjebak, tidak ada jalan selain menyetujui semua syarat yang Kai berikan.

“Tanda tangani!” perintah Kai ketika melihat Anna sudah selesai membaca.

Anna menelan ludah. Ia lantas mengambil pulpen, lalu menandatangani surat perjanjian itu dengan tangan gemetar. 

Ia sudah tidak bisa kabur lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adeena
ribet amat si Kai papi mu aja ga kyk gitu dingin sich iy tp ga kyk kamu nindas yg lemah...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Kontrak Sang Presdir    Ucapan Terima Kasih

    Terima kasih sudah mengikuti kisah Anna dan Kai sampai selesai. Dukungan kalian selama ini, sangat berarti bagi saya. Jika kalian ingin membaca buku-buku dari saya yang lain, kalian bisa mengunjungi profil saya. Nantikan juga buku baru karya saya yang lain. Terima kasih banyak sekali lagi. Sampai ketemu di buku selanjutnya :⁠-⁠)

  • Istri Kontrak Sang Presdir    Bonus Chapter 3-Akhir

    Keesokan harinya. Alex baru saja bangun tapi tidak mendapati Rania di ranjang, Alex lantas bangun karena menebak istrinya pasti sedang sibuk di dapur.Saat Alex akan keluar dari kamar, dia melihat pintu kamar mandi terbuka, ternyata Rania baru saja di kamar mandi.Rania berdiri di ambang pintu dengan satu tangan disembunyikan di belakang punggung, lalu dia berjalan mendekat ke Alex.“Ada apa?” tanya Alex saat melihat tatapan Rania yang berbeda.“Tidak ada apa-apa,” jawab Rania.“Baiklah kalau begitu,” ucap Alex, “aku mandi dulu,” kata Alex lalu melangkah menuju kamar mandi.“Lex.” Rania memanggil sambil membalikkan badan ke arah Alex.Rania menatap Alex yang berhenti melangkah, lalu membalikkan badan ke arahnya.“Ada apa?” tanya Alex.Rania tersenyum, lalu mengeluarkan tangan yang sejak tadi disembunyikannya di belakang pinggang.“Aku hamil,” ucap Rania sambil memperlihatkan alat penguji kehamilan yang memiliki tanda plus.Alex terkejut sampai bergeming menatap Rania yang terus tersen

  • Istri Kontrak Sang Presdir    Bonus Chapter 2

    Setelah mendapat izin untuk bepergian, akhirnya Anna mengajak Rendra untuk menjenguk kakek buyutnya.Anna dan Kai baru saja turun dari pesawat. Anna menggendong Rendra, sedangkan Kai yang membawa koper mereka.“Kata Rania, nanti ada sopir Kakek yang menjemput kita,” ucap Anna sambil melangkah menuju pintu keluar bandara.Kai mengedarkan bandara, mencari sopir Abraham, sampai akhirnya dia melihat seorang pria berkemeja hitam mendekat sambil tersenyum ramah ke arah Kai dan Rania.“Siang Nona, Tuan.” Pria itu langsung mengambil alih koper dari tangan Kai. “Mari, mobilnya sudah siap di depan,” ucapnya lagi.Anna dan Kai pergi ke mobil, lalu mereka menuju ke rumah Abraham.Sepanjang perjalanan, Anna memandangi jalanan yang mereka lewati. Dulu dia ke sana untuk mendapat pengakuan, sekarang dia ke sana karena dirindukan.Setelah beberapa saat perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah Abraham. Saat tiba di sana, para pelayan sudah menyambut mereka di depan, bahkan Abraham dan Rania juga ada

  • Istri Kontrak Sang Presdir    Bonus Chapter 1

    Hari pertunangan Anser dan Queen pun tiba. Mereka melangsungkan pertunangan satu bulan setelah Anna melahirkan.Malam itu di ballroom hotel milik keluarga Kai, sudah ramai dengan para tamu yang datang untuk menyaksikan pertunangan Queen.“Aku tidak menyangka, dari teman sekarang malah jadi adikmu,” ucap Bella sambil menatap Anna.Anna menahan senyum, lalu merangkul pundak Bella.“Tidak masalah, bukankah malah bagus, kita semakin dekat,” balas Anna.Bella terharu, lalu memeluk erat Anna.“Iya, padahal dulu maunya kamu jadi kakakku, ya sudah bukankah tetap saja sama, sama-sama jadi adik,” ucap Bella.Anna tertawa, dia mengangguk-angguk sambil mengusap lengan Bella.Rania datang menggendong Rendra. Bayi itu tumbuh dengan baik, bahkan sekarang semakin gemuk.“Dia rewel, sepertinya mau minum,” kata Rania sambil menyerahkan Rendra ke dalam gendongan Anna.“Kamu lapar ya, Sayang?” Anna menimang Rendra, lalu pamit untuk pergi ke ruangan khusus agar bisa menyusui Rendra.Ballroom itu sudah pen

  • Istri Kontrak Sang Presdir    Keluarga Bahagia

    Malam itu di ruang inap. Hanya ada Kai, Alex, dan Rania yang menemani Anna di rumah sakit. Rania menawarkan diri di sana untuk membantu menjaga Rendra.“Kata Rania, Anna mengalami pendarahan tadi?” tanya Alex.“Ya, sempat membuat semua orang panik,” jawab Kai.Alex mengangguk-angguk kecil.“Syukurlah, setidaknya sekarang dia baik-baik saja,” ucap Alex.Kai mengangguk, lalu menoleh ke Rania yang sedang memberi susu dari botol karena Anna belum bisa mengeluarkan asi.“Apa Rania belum ada tanda-tanda hamil?” tanya Kai.Alex menggeleng.“Belum, tapi aku tidak mau memaksa, apalagi terburu-buru meskipun Kakek sangat berharap Rania hamil dan memberi cicit juga,” jawab Alex, “aku tidak mau dia sedih lagi jika hamil dan teringat pada Abi, putranya yang sudah meninggal.”Kai mengangguk-angguk paham.“Ya, tak perlu merencanakan apa pun, apalagi tentang kehidupan selanjutnya. Bukankah yang terpenting jalani saja, selama kalian bahagia, tidak masalah sama sekali,” ujar Kai.Alex mengangguk mengiyak

  • Istri Kontrak Sang Presdir    Baby Rendra

    Anna akhirnya mulai bangun. Dia menoleh ke kanan dan melihat Stefanie yang sudah tersenyum padanya.“Bagaimana perasaanmu? Mana yang masih sakit?” tanya Stefanie penuh dengan perhatian.Anna melenguh kecil. Dia menggerakkan tubuhnya karena merasa tak nyaman dengan posisi berbaring sekarang.Stefanie langsung sigap berdiri, dia memastikan Anna merasa nyaman, lalu kembali duduk sambil memegang tangan Anna.“Kapan Mama datang?” tanya Anna tak menyangka sang mama sudah ada di sampingnya.“Sudah dari tadi, saat kamu ada di ruang persalinan,” jawab Stefanie.Anna mengangguk kecil.“Di mana bayinya?” tanya Anna dengan suara lemah. Dia mengedarkan pandangan tapi tak mendapati bayi yang baru dilahirkannya tadi.“Masih ada di ruang perawatan bayi. Kai dan Mami Eve ke sana untuk melihatnya. Kamu jangan cemas,” ucap Stefanie penuh dengan kesabaran dan kelembutan.“Bayinya baik-baik saja, kan?” tanya Anna dengan ekspresi cemas.“Iya, baik-baik saja,” jawab Stefanie.Anna bernapas lega sambil memej

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status