Home / Romansa / Istri Kontrak Tuan Nick / Bab 5. Satu Kamar Dengan Nick

Share

Bab 5. Satu Kamar Dengan Nick

Author: MRS LEE
last update Last Updated: 2024-02-21 13:19:55

Nick mendesis pelan. “Yasudah, makan saya yang ada. Tidak usah masak. Makanannya sayang kalau tidak dimakan,” kata Nick. 

Oliv melirik pria itu dari sudut mata. “Bisa nggak sih kamu nggak pelit-pelit sedikit? Lagian aku nggak bakalan masak kalau sudah ada makanan di meja makan.”

“Ya, kali aja kamu bakalan masak lagi.”

Oliv berdehem kecil, kemudian ia mengambil porsi makanan untuknya sendiri di sebuah piring. “Orang tua kamu di mana?”

“Mereka pergi, sibuk sama pekerjaan mereka. Maksud saya papa yang sibuk, mama cuma menemani papa saja,” jawab Nick spontan. 

Oliv mengangguk kecil, ia menarik salah satu kursi di sana dan segera melahap makanannya dengan pelan. “Kamu belum makan, kan?”

Nick melirik ke arahnya dan menautkan alisnya. “Kalau kamu tau saya belum makan. Kenapa kamu tidak mengambilkan makanan untuk saya?” tanya pria itu dengan nada datar. 

Oliv menelan makanannya dengan pelan. Apa dia salah? “Mana aku tau, aku kira kamu makan bareng sama tamu tadi. Yaudah aku makan sendiri.”

“Kalau begitu, bisa ambilkan makanan buat suamimu ini?”

Oliv menghela napas kasar dan memutarkan bolamata jengah. “Jangan buat moodku ancur karena kamu ya.”

“Bukannya itu sudah kewajiban istri? Melayani seorang suaminya?”

Lagi-lagi Oliv menghela napas kasar. Ia bangkit dari kursi dan mengambilkan porsi makanan untuk Nick. 

“Nih, makan. Nggak usah bawel ya kamu, untungnya aku baik hari ini, belum lihat kalau aku marah.”

Nick melirik kearahnya sambil menautkan alis. “Coba saja kamu marah. Mungkin saja uang kamu aku potong satu juta,” kata pria itu dengan wajah santai.

Oliv terdiam, ia menggertakkan giginya bahkan tangannya hampir saja ingin mencakar pria itu. “Tahan, Oliv. Cuma sebentar kok,” batinnya. 

Oliv segera duduk kembali dan melahap makanannya itu dengan mood hancur. 

“Makannya bisa santai tidak, hah?”

Oliv melirik dari sudut mata. “Suka-suka akulah. Kenapa kamu yang repot sih?”

“Kamu perempuan kan. Harusnya perempuan makan yang sopan.”

Oliv menghela napas pelan, ia memakan makanannya dengan santai. Jujur saja dirinya sangat muak dengan ucapan Nick barusan. 

Setelah selesai makan, Oliv membawa sisa piring mereka ke wastafel untuk mencucinya.

“Ada bibi, kamu tidak usah mencucinya,” kata Nick yang sedang membuka kulkas di sana. 

Oliv melirik dari sudut mata dan menghembuskan napas kasar. “Kan aku ada waktu juga kan? Sesekali bantu bibi kan bisa?”

“Yasudah kalau itu mau kamu. Saya juga tidak melarang,” kata Nick sebelum pergi dari hadapannya. 

Oliv menghela napas kasar. Ia membersihkan tangannya setelah selesai mencuci. Kemudian melangkahkan kakinya ke kamar dan ternyata pria itu sudah berbaring di kasur tersebut. 

Perempuan itu kembali menutup pintu itu dan duduk di tepi kasur. 

“Kamu besok kerja?” tanya pria itu tiba-tiba.

Oliv melirik dari sudut mata, melihat Nick yang bermain ponsel di sana tanpa menatapnya. “Ya, seperti biasa,” jawabnya. 

“Yasudah kalau begitu. Saya juga kerja, saya akan mengantarmu besok,” ucap pria itu sebelum meletakkan ponsel itu di meja. 

“Aku bisa sendiri. Lagian nggak jauh juga dari sini.”

“Tidak ada penolakan. Nanti saya dimarahi orang tua saya, jika tidak bersamamu nanti.”

“Bukannya mereka ke luar negeri?”

Nick mendesis pelan. “Kamu kira mereka bodoh? Mereka pasti memasang cctv untuk melihat kita. Jadi, kita masih akting meskipun tidak ada mereka.”

Oliv menghela napas pelan. “Yaudah, yang penting di kamar kamu nggak ngapa-ngapain aku gitu aja,” katanya, kemudia ia membaringkan tubuh di kasur dan menarik selimutnya ke tubuhnya. 

“Kenapa kamu di sini? Ini kasur saya, harusnya kamu tidur di sofa sana.”

Oliv melirik ke pria itu dengan tajam. “Gila ya kamu!”

Nick mengangkat bahunya acuh. “Kontraknya cuma itu sja akan? Akting di depan orang tuaku saja dan tidak ada aturan lainnya. Jadi ... Kalau diluar itu. Berarti kamu tidak berhak untuk tidur dikasur saya,” kata pria itu dengan santai. 

Wajah Oliv nampak merah menahan amarah di dalam sana. “Sumpah, ngeselin ya kamu! Kalau tau gitu kenapa kamu bawa aku ke rumah ini, hah!” 

Oliv segera bangkit dari tidurnya dan mengambil salah satu bantal. Kemudian melemparkannya ke pria itu. “Makan tuh bantal!”

Dengan rasa kesalnya itu, dia berbaring di sofa dengan bantal kecil yang berada di sana. 

Nick melirik ke arahnya. “Kenapa kamu yang marah? Aneh banget.”

“Aneh-aneh mata kamu tuh. Bisanya bikin emosi orang terus. Jangan bilang orang yang deket sama kamu dulu langsung kabur soalnya kamu ngeselin.”

“Mending kamu tidur, tidak usah banyak bicara.”

Di detik itu juga, Nick mematikan lampu di sana. Sehingga membuat Oliv terdiam dan merasa ketakutan. “Emm ... Nick?”

“Humm ....” Hanya deheman kecil yang didengarkan oleh Oliv. 

Oliv melihat ke sekitar kamar itu. Tidak ada lampu sama sekali. Apa Nick sering tidur seperti ini? Tidak ada lampu tidur sama sekali. 

“Nih, bantal sama selimut. Jangan coba-coba kamu pindah ke kasur,” kata Nick memberikan bantal dan selimut ke Oliv. 

Spontan Oliv menerima bantal dan selimut itu. “Serius kamu tidur dengan keadaan gelap seperti ini?” tanyanya dengan nada ragu. 

“Ya, saya tidak suka tidur dengan keadaan ada lampunya,” kata pria itu sebelum kembali ke kasur. 

Oliv menerjapkan mata pelan. Ia membungkus tubuhnya itu memakai selimut dan membenarkan bantal untuk menyandarkan kepalanya di sana. Kemudian memeluk bantal kecil itu sebagai guling. “Nick?”

“Apa lagi?” ucap Nick dengan lirih. Sepertinya pria itu mau tidur. Suaranya juga mulai melirih.

Oliv menghela napas pelan dan menggelengkan kepala cepat. “Nggak, selamat tidur,” ucapnya dengan pelan. 

Meskipun dirinya takut akan gelap. Namun, dia memaksakan diri untuk memejamkan matanya. “Untuk beberapa bulan doang Oliv, tahan ya,” batinnya. 

Tiba-tiba saja lampunya hidup. Oliv membuka matanya pelan, dia melihat ke sekitar dan ternyata Nick menghidupkan lampunya di sana. 

“Kenapa?”

“Tidur aja dulu, nanti kalau udah tidur. Saya matikan lampunya,” kata pria itu sebelum duduk di tepi kasur kembali. 

Oliv menerjapkan mata pelan dan menghela napas. “Peka banget ternyata dia,” batinnya. Ia mengangguk kecil dan memejamkan matanya kembali. 

Tak lama kemudian, Oliv tertidur di sofa sana dengan pulas. Entah karena kecapekan, makanya Oliv sangat cepat untuk tidur.

Melihat itu, Nick segera bangkit dari kasur itu dan kembali mengecek Oliv. “Dia sudah tidur?”

Nick melambaikan tangan di depan wajah Oliv. Ternyata Oliv beneran tidur di sana. Tak mau berpikir panjang, akhirnya Nick memutuskan untuk menggendong perempuan itu dan membaringkan ke kasur. Tidak lupa menarik selimut untuk menyelimuti tubuh Oliv supaya tidak kedinginan. 

Oliv merasakan ada yang mengangkatnya, matanya terbuka sedikit dan tersenyum tipis saat melihat Nick di sana. “Makasih,” lirihnya, kemudian kembali melanjutkan tidurnya di sana. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kontrak Tuan Nick   Bab 50. Takut Laut

    Oliv menghentikan langkah di ambang pintu. Kapalnya ternyata sudah jalan di tengah laut. Spontan dirinya menahan tubuhnya agar tidak terjatuh karena tidak seimbang. Namun, tiba-tiba saja ada seseorang yang menahan tubuhnya itu dari belakang. “Are you okay?” Suara serak itu, membuat Oliv menoleh ke samping. Dia menatap pria itu yang nampak khawatir. “Aku, nggak papa kok,” ucapnya, kemudian dia menjajarkan tubuhnya. Nick tertawa miris. “Oliv, jangan bodohi saya bisa? Saya juga pernah melihat orang seperti kamu. Orang itu takut menaiki kapal, tapi tidak tau dengan kamu. Apa kamu juga begitu, heum?” Perempuan itu terdiam sambil menundukkan kepala dan memainkan jari-jarinya di bawah sana. Nick berjalan dan berdiri di hadapan perempuan tersebut. Pria itu menggenggam kedua tangannya lembut. “Tanganmu yang sangat dingin dan wajah kamu sangat pucat. Sudah pasti kamu tidak terbiasa menggunakan kapal.” Oliv menghembuskan napas pelan. “Ya, aku ... takut sama laut.” Pria itu terdiam se

  • Istri Kontrak Tuan Nick   Bab 49. Bulan Madu

    Besoknya, Oliv sudah siap dengan memakai pakaian santai, tidak lupa juga memakai cardigan panjang untuk menutupi tubuhnya. “Sudah siap? Saya menyuruh Mark menjemput kita ke sini. Mumpung dia punya waktu,” ucap Nick yang kini masih memakai jam tangan di sana.Oliv menoleh ke pria itu, kemudian ia mengangguk kecil. “Kopernya aku bawa ke luar ya?”Baru saja perempuan itu menyeret koper itu. Namun sebuah tangan menahan koper itu juga. Oliv menatap ke tangan itu, kemudian menatap ke arah pria itu. “Kamu keluar saja dulu. Biar saya yang membawanya. Kamu bawa tas selempang kamu saja.”Oliv menelan salivanya, jujur saja degup jantungnya saat ini tidak bisa dikendalikan. Perempuan itu mengangguk dan segera mengambil tas selempangnya. Kemudian bergegas untuk keluar dari apartemen itu.“Astaga, jantung aku kenapa nggak bisa diatur sih?” gumamnya sambil memegang dadanya sendiri. Oliv menghela napas kasar dan masuk ke dalam lift. Kemudian memencet tombol untuk membawanya pergi ke lantai bawah.

  • Istri Kontrak Tuan Nick   Bab 48. Prepare

    Setelah selesai, mereka memutuskan keluar dari tempat itu. Dan ya, Oliv menggenggam bingkisan pakaian itu dengan erat sambil melihat ke sana kemari. Melihat itu, Nick nampak bingung. “Are you okay? Apa ada yang ketinggalan?” tanya pria itu sambil melihat ke belakang. Perempuan itu menatap ke pria itu, kemudian menggelengkan kepala cepat. “Nggak, cuma–” ucapannya tergantung. Di menggigit bibirnya sendiri. ”Cuma apa?” Nick nampak menghentikan langkahnya. Oliv-pun ikut berhenti. “Aku nggak nyaman aja sama orang-orang yang bilang aku perebut pacar orang?”Pria itu nampak mengkerutkan, tak lama tertawa miris. “Hei? Tumben sekali kamu peduli sama ucapan orang disana?”Nick memegang pundak perempuan itu. “Kamu tau semuanya kan? Dan mereka tidak tau bagaimana otak Kimberly? Jadi, kamu tidak perlu memikirkan ucapan mereka, oke?”Oliv menghembuskan napas kasar, kemudian mengangguk kecil dan tersenyum lebar. “Okey, thanksyou.”Pira tersebut mengulas senyuman dan mengaitkan jari-jemari ke jar

  • Istri Kontrak Tuan Nick   Bab 47. Sebulan Pernikahan

    Sebulan lebih lamanya, Oliv bertahan di kontrak ini. Tapi, untuk saat ini Nick memutuskan membawa Oliv ke apartemen pribadi sendiri. Seperti janji pria itu dari awal. Oliv melihat ke sekeliling apartemen tersebut. Dia nampak terkesima melihatnya. “Ini apartemen kamu sendiri?” Nick mengangguk kecil dan meletakkan dua koper di sana. “Iya, sebelumnya saya minta maaf kalau sudah memisahkan kamu dengan mama kamu. Tapi, kamu tidak perlu khawatir. Mama kamu akan aman di sana. Bibi sama supir di sana bakalan menjaganya di sana.” Perempuan itu menatap pria yang sedang membuka jaket di sana. Dia mengangguk pelan dan mengulas senyuman kecilnya. “No problem, aku percaya sama kamu.” “Oh, ya. Kalau mau berendam, kamu berendam saja. Pasti perjalanan tadi sangat lama dan tubuh kamu berkeringat kan?” Oliv menerjapkan mata pelan. “Engh–okay.” “Besok kita bulan madu, kamu siapkan semuanya.” Nick menghempaskan tubuh ke kasur empuk itu sambil menutup mata untuk menghilangkan rasa lelah. Oliv terd

  • Istri Kontrak Tuan Nick   Bab 46. Terluka

    Oliv segera mengalihkan pandangan, kemudian menjajarkan duduknya kembali. “Ng–nggak, aku kaget aja. Tadi musiknya terlalu keras.” Nick mendesis pelan. “Dih, bilang saja takut.” Perempuan itu hanya diam dan mencoba fokus dengan film yang terpampang di layar besar tersebut. Mereka menonton film layar lebar dengan menikmati popcorn dan juga minuman yang dibeli tadi. Ternyata film-nya semakin seram, sehingga membuat Oliv semakin mendekat ke Nick sambil meremas lengan pria tersebut. “Astaga, apa itu!” “Teman kamu tadi, cepat agak geseran sedikit bisa? Saya tidak muat di sini.” Oliv menerjapkan matanya pelan, dia melihat posisinya kembali. Kemudian bergeser sedikit. “Maaf, tadi ... reflek,” ucapnya. Setelah itu. Mereka kembali menonton dengan serius. Meskipun Oliv sangat ketakutan, perempuan itu terus menahan rasa takutnya dengan menutup matanya sendiri. Oliv mengambil popcorn dan memakannya sesekali untuk menghilangkan rasa takutnya. Tak lama, dia mengambil lagi. Namun, ternyata d

  • Istri Kontrak Tuan Nick   Bab 45. Menyelidiki

    “Jangan banyak omong.” ucap pria itu menyuruhnya untuk ke belakang. Oliv melirik ke pria itu sesekali melihat dua pasangan kekasih yang sedang mencari meja makan di sana. “Are you okay?” tanyanya pelan. Nick menoleh ke samping. “Menurutmu? Kamu bawa kacamata hitam? Buat kita ke sana?”Oliv menggelengkan kepala pelan. “Nggak bawa.”Nick menghela napas pelan, sesekali memastikan dua orang tersebut masih berada di sana. “Kita beli terlebih dahulu, habis itu kita ikuti mereka,” ucap pria itu, kemudian menarik lembut tangan Oliv untuk pergi dari tempat itu. Di dalam salah satu toko. Oliv mencari dua kacamata dan juga Nick yang masih mencari topi. “Lama banget sih? Kamu ini nyari topi atau nyari istri lagi?”Pria itu meliriknya dengan datar. “Apa kamu keberatan?” ucap Nick, kemudian menuju ke kasir untuk membayar beberapa barang yang berada di sana. “Kita cari pakaian santai dan sekalian beli sepatu buatmu.”Oliv melirik ke bawah sekilas. “Hmm, yaudah. Aku juga udah nggak betah lagi pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status