Home / Romansa / Istri Kontrak Tuan Nick / Bab 4: Satu Atap Dengan Nick

Share

Bab 4: Satu Atap Dengan Nick

Author: MRS LEE
last update Last Updated: 2024-02-21 13:19:16

Nick melirik dari sudut mata sambil menyunggingkan senyuman devilnya. “Memangnya kenapa hah? Bukannya kamu sudah mendapatkan ciuman dari pacarmu itu? Otomatis kamu pernah melihat tubuh pacarmu itu, kan?”

Mata Oliv membulat seketika dan membuka matanya. Perempuan itu menatap ke pria itu tajam dan bangkit dari tidurnya. “Coba bilang sekali lagi!”

Nick mengangkat bahunya acuh dan segera masuk ke dalam kamar mandi. 

Oliv menghela napas kasar, ia bangkit dari tidurnya dan menatap dirinya sendiri di depan cermin. “Seorang Oliv sekarang menikah. Apa ini nggak mimpi?” gumamnya. 

Perempuan itu menghela napas kasar, kemudian ia melangkahkan kakinya untuk membuka horden di sana. Senyuman lembut teukar dibibirnya sendiri. “Kayaknya aku harus mengenal lebih Tuan Nick. Dia benar-benar sangat tertutup,” gumamnya. 

“Dih kenapa malah mikir kayak gitu sih? Biarin aja si cowok tadi idup seenaknya. Kenapa aku mikirin tuh cowo?” gerutunya. 

Oliv menggelengkan kepala cepat untuk menepis semua pikirannya di otaknya. Kemudian ia segera membuka lemari untuk mencari baju untuknya. Ternyata hanya ada pakaian laki-laki sana di lemari itu. 

Perempuan itu menutup kembali lemari dan menghela napas kasar. “Dia niat sih kasih kontrak aku? Kalau niat, kenapa dia nggak nyiapin pakaian untuk aku coba? Pelit banget serius?!” gerutunya.

“Kamu bicara apa? Pelit? Siapa yang pelit?”

Oliv terkejut saat mendengarkan suara laki-laki di belakangnya. Dia berbalik arah dan ya, ternyata pria itu sudah keluar dari bilik kamarnya dengan memakai handuk yang berada di pinggangnya saja. 

Oliv menerjapkan mata pelan dan menggelengkan kepala kikuk. “Engh–enggak kok, Tuan ... Nick. Aku tadi cuma ngomong sendiri. Jangan salah paham ya,” ucap Oliv dengan gugup. 

Nick mendesis pelan, pria itu mendekat kearahnya dan berdiri di hadapan Oliv. “Coba ulangi sekali lagi?”

Oliv mendongakkan kepala untuk menatap prua itu. Rasa gugup kini menyelimuti dirinya. Dia menelan ludahnya susah payah saat melihat wajah tegasnya itu terpampang tepat dihadapannya sendiri. “Engh– a–aku–”

“Lebih baik kamu hati-hati kalau bicara, Nona Oliv. Kamu sudah menjadi keluarga Nick, mengerti?” ucap Nick sambil berbisik pelan di telinga Oliv. 

Spontan membuat mata Oliv terpejam dan mendengarkan ucapan pria itu barusan. Bulu kuduknya mendadak berdiri. Wajahnya mendadak memerah dan tentunya membuat Nick tertawa jahat. 

“Sepertinya aku salah menikahi kamu. Tck!”

Oliv membuka mata dan menatap punggung Nick dengan amarah. “Sialan, Nick! Mau kamu apa sih hah! Aku udah ikutin kemauan kamu, tapi masih aja marah terus!”

“Kamu penakut.”

Oliv mengepalkan tangannya. Dia melirik ke botol handbody yang terlihat sudah habis dan mengambil untuk demparkan ke punggung pria itu. “Makan tuh! Heran banget udah ngeselin, ngolok-ngolok lagi! Kamu tau, hah! Harusnya kamu nggak cium aku di depan mereka! Kan kita cuma akting kan?! Pikir pakai otak!”

Nick meringis kecil dan memegang punggungnya itu. Kemudian berbalik arah kembali. “Ya, cuma akting. Terus apa ciuman harus akting juga. Harusnya kamu juga pakai otak. Saya tidak bisa akting kalau masalah cium-mencium,” ucap pria itu sembari mendesis pelan. 

Oliv menghela napas pelan dan memejamkan mata sekial. Sepertinya dirinya harus sabar menghadapi orang kaya seperti Nick ini. “Nggak ngomong sama udang,” gerutunya. 

“Siapa suruh ngomong saya saya?” kata Nick, sebelum berganti pakaian di sana. 

Mata Oliv membulat seketika dan segera berbalik arah supaya tidak melihat tubuh pria itu secara keseluruhan. “Nick, b*doh! Kenapa kamu nggak ganti di dalam kamar mandi saja, hah!”

“Bukannya kita sudah menikah? Ini juga kamar saya kan? Apa salahnya saya berganti pakaian di luar?”

“Ya, tapi ada perempuan di kamar kamu, astaga!”

“Saya tidak peduli. Kamu kira saya akan menjadikan ratu di sini. Jangan harap.”

Oliv terdiam sejenak, dia mencerna apa yang dikatakan oleh pria itu barusan. “Benar juga, ya? Kenapa aku berharap lebih? Bukannya aku disini cuma numpang untuk mendapatkan uang?” batinnya. 

Ia meremas tangannya di bawah sana. Matanya memerah seketika karena menahan rasa kesal karena ucapan pria itu barusan. 

“Saya ambilkan pakaian kamu. Mandi sana, sebelum saya kembali,” kata Nick, kemudian keluar dari kamar sana dan menutup pintu itu kembali. 

Oliv memasang wajah datar. “Apa aku harus menerima tekanan dari orang itu?” gumamnya. 

Tak mau memikirkan hal yang tak penting. Oliv segera mengambil handuk dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi tersebut untuk melakukan ritual. 

Beberapa menit kemudian, Oliv kekuar dengan memakai handuk itu. Sebenarnya dia ragu untuk keluar. Tapi, untungnya pria itu tidak ada di dalam sana. 

“Terus aku pakai apa kalau kayak gini? Astaga ... Sampai kapan aku menahan kesabaran aku buat cowo gila itu, hah?” gerutunya. 

Tak lama, suara ponselnya berbunyi. Ia mengambil ponsel yang berada di mejanya itu dan melihat notifikasi dari Nick. 

[Nick]

Pakaianmu sudah saya letakkan di depan pintu

Cepat pakai, saya tunggu di bawah

Kening Oliv mengkerut, tanpa membalas satu kata-pun. Perempuan itu segera membuka pintunya sedikit dan ternyata benar ada sebuah paperbag yang berukuran besar di knop pintu. 

Oliv melihat kanan-kiri untuk memastikan tidak ada seseorang diluar sana. Ia segera mengambil paperbag itu dan menutup pintunya kembali. “Ini mah dia beliin aku, bukan ngambilin pakaian aku di rumah aku,” desisnya. 

“Ah sudahlah. Kalau debat juga nggak bakalan kelar nanti.”

Oliv membuka paperbag itu dan ternyata berisi beberapa kaos dan juga celana pendek di sana. Bukan hanya itu, dalamannya juga dibelikan juga? 

Wajah Oliv memerah seketika, sesekali melirik ke pintu. “Sumpah, demi apa? Dia belikan aku dalaman juga?” batinnya. 

“Apa si Nick sering kayak gini sama cewe di luar sana?”

Perempuan itu menggelengkan kepala cepat untuk menepis pikiran negatif. Lagian cuma membelikan pakaian saja kan? Pria itu juga pasti berniat baik untuknya. 

Malam harinya, Oliv memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Sangat sepi, bahkan gelap. Dengan ragu dia melangkahkan kakinya untuk turun dari sana.  

Tiba-tiba saja suara perutnya itu membuat Oliv meringis kecil. “Astaga, kenapa waktunya nggak pas sama sekali sih?” gumamnya. 

Oliv segera ke dapur sana. Ternyata makanan sisa tadi belum habis. 

“Mau ngapain?”

Oliv sontak terkejut mendengarkan suara berat dari suaminya itu. Dia memutarkan tubuhnya itu dan mundur beberapa langkah. “Astaga, kirain siapa?”

Nick mendecih pelan. “Kenapa tadi tidak turun? Bukannya saya menyuruhmu untuk turun ke bawah?”

Oliv terdiam sejenak, sejenak ia memikirkan pesan apa yang dikirimkan oleh Nick tadi. Dia meringis kecil dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Engh– maaf, aku beneran lupa tadi. Sumpah,” katanya sambil menunjuk dua jari di hadapan pria itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Kontrak Tuan Nick   Bab 50. Takut Laut

    Oliv menghentikan langkah di ambang pintu. Kapalnya ternyata sudah jalan di tengah laut. Spontan dirinya menahan tubuhnya agar tidak terjatuh karena tidak seimbang. Namun, tiba-tiba saja ada seseorang yang menahan tubuhnya itu dari belakang. “Are you okay?” Suara serak itu, membuat Oliv menoleh ke samping. Dia menatap pria itu yang nampak khawatir. “Aku, nggak papa kok,” ucapnya, kemudian dia menjajarkan tubuhnya. Nick tertawa miris. “Oliv, jangan bodohi saya bisa? Saya juga pernah melihat orang seperti kamu. Orang itu takut menaiki kapal, tapi tidak tau dengan kamu. Apa kamu juga begitu, heum?” Perempuan itu terdiam sambil menundukkan kepala dan memainkan jari-jarinya di bawah sana. Nick berjalan dan berdiri di hadapan perempuan tersebut. Pria itu menggenggam kedua tangannya lembut. “Tanganmu yang sangat dingin dan wajah kamu sangat pucat. Sudah pasti kamu tidak terbiasa menggunakan kapal.” Oliv menghembuskan napas pelan. “Ya, aku ... takut sama laut.” Pria itu terdiam se

  • Istri Kontrak Tuan Nick   Bab 49. Bulan Madu

    Besoknya, Oliv sudah siap dengan memakai pakaian santai, tidak lupa juga memakai cardigan panjang untuk menutupi tubuhnya. “Sudah siap? Saya menyuruh Mark menjemput kita ke sini. Mumpung dia punya waktu,” ucap Nick yang kini masih memakai jam tangan di sana.Oliv menoleh ke pria itu, kemudian ia mengangguk kecil. “Kopernya aku bawa ke luar ya?”Baru saja perempuan itu menyeret koper itu. Namun sebuah tangan menahan koper itu juga. Oliv menatap ke tangan itu, kemudian menatap ke arah pria itu. “Kamu keluar saja dulu. Biar saya yang membawanya. Kamu bawa tas selempang kamu saja.”Oliv menelan salivanya, jujur saja degup jantungnya saat ini tidak bisa dikendalikan. Perempuan itu mengangguk dan segera mengambil tas selempangnya. Kemudian bergegas untuk keluar dari apartemen itu.“Astaga, jantung aku kenapa nggak bisa diatur sih?” gumamnya sambil memegang dadanya sendiri. Oliv menghela napas kasar dan masuk ke dalam lift. Kemudian memencet tombol untuk membawanya pergi ke lantai bawah.

  • Istri Kontrak Tuan Nick   Bab 48. Prepare

    Setelah selesai, mereka memutuskan keluar dari tempat itu. Dan ya, Oliv menggenggam bingkisan pakaian itu dengan erat sambil melihat ke sana kemari. Melihat itu, Nick nampak bingung. “Are you okay? Apa ada yang ketinggalan?” tanya pria itu sambil melihat ke belakang. Perempuan itu menatap ke pria itu, kemudian menggelengkan kepala cepat. “Nggak, cuma–” ucapannya tergantung. Di menggigit bibirnya sendiri. ”Cuma apa?” Nick nampak menghentikan langkahnya. Oliv-pun ikut berhenti. “Aku nggak nyaman aja sama orang-orang yang bilang aku perebut pacar orang?”Pria itu nampak mengkerutkan, tak lama tertawa miris. “Hei? Tumben sekali kamu peduli sama ucapan orang disana?”Nick memegang pundak perempuan itu. “Kamu tau semuanya kan? Dan mereka tidak tau bagaimana otak Kimberly? Jadi, kamu tidak perlu memikirkan ucapan mereka, oke?”Oliv menghembuskan napas kasar, kemudian mengangguk kecil dan tersenyum lebar. “Okey, thanksyou.”Pira tersebut mengulas senyuman dan mengaitkan jari-jemari ke jar

  • Istri Kontrak Tuan Nick   Bab 47. Sebulan Pernikahan

    Sebulan lebih lamanya, Oliv bertahan di kontrak ini. Tapi, untuk saat ini Nick memutuskan membawa Oliv ke apartemen pribadi sendiri. Seperti janji pria itu dari awal. Oliv melihat ke sekeliling apartemen tersebut. Dia nampak terkesima melihatnya. “Ini apartemen kamu sendiri?” Nick mengangguk kecil dan meletakkan dua koper di sana. “Iya, sebelumnya saya minta maaf kalau sudah memisahkan kamu dengan mama kamu. Tapi, kamu tidak perlu khawatir. Mama kamu akan aman di sana. Bibi sama supir di sana bakalan menjaganya di sana.” Perempuan itu menatap pria yang sedang membuka jaket di sana. Dia mengangguk pelan dan mengulas senyuman kecilnya. “No problem, aku percaya sama kamu.” “Oh, ya. Kalau mau berendam, kamu berendam saja. Pasti perjalanan tadi sangat lama dan tubuh kamu berkeringat kan?” Oliv menerjapkan mata pelan. “Engh–okay.” “Besok kita bulan madu, kamu siapkan semuanya.” Nick menghempaskan tubuh ke kasur empuk itu sambil menutup mata untuk menghilangkan rasa lelah. Oliv terd

  • Istri Kontrak Tuan Nick   Bab 46. Terluka

    Oliv segera mengalihkan pandangan, kemudian menjajarkan duduknya kembali. “Ng–nggak, aku kaget aja. Tadi musiknya terlalu keras.” Nick mendesis pelan. “Dih, bilang saja takut.” Perempuan itu hanya diam dan mencoba fokus dengan film yang terpampang di layar besar tersebut. Mereka menonton film layar lebar dengan menikmati popcorn dan juga minuman yang dibeli tadi. Ternyata film-nya semakin seram, sehingga membuat Oliv semakin mendekat ke Nick sambil meremas lengan pria tersebut. “Astaga, apa itu!” “Teman kamu tadi, cepat agak geseran sedikit bisa? Saya tidak muat di sini.” Oliv menerjapkan matanya pelan, dia melihat posisinya kembali. Kemudian bergeser sedikit. “Maaf, tadi ... reflek,” ucapnya. Setelah itu. Mereka kembali menonton dengan serius. Meskipun Oliv sangat ketakutan, perempuan itu terus menahan rasa takutnya dengan menutup matanya sendiri. Oliv mengambil popcorn dan memakannya sesekali untuk menghilangkan rasa takutnya. Tak lama, dia mengambil lagi. Namun, ternyata d

  • Istri Kontrak Tuan Nick   Bab 45. Menyelidiki

    “Jangan banyak omong.” ucap pria itu menyuruhnya untuk ke belakang. Oliv melirik ke pria itu sesekali melihat dua pasangan kekasih yang sedang mencari meja makan di sana. “Are you okay?” tanyanya pelan. Nick menoleh ke samping. “Menurutmu? Kamu bawa kacamata hitam? Buat kita ke sana?”Oliv menggelengkan kepala pelan. “Nggak bawa.”Nick menghela napas pelan, sesekali memastikan dua orang tersebut masih berada di sana. “Kita beli terlebih dahulu, habis itu kita ikuti mereka,” ucap pria itu, kemudian menarik lembut tangan Oliv untuk pergi dari tempat itu. Di dalam salah satu toko. Oliv mencari dua kacamata dan juga Nick yang masih mencari topi. “Lama banget sih? Kamu ini nyari topi atau nyari istri lagi?”Pria itu meliriknya dengan datar. “Apa kamu keberatan?” ucap Nick, kemudian menuju ke kasir untuk membayar beberapa barang yang berada di sana. “Kita cari pakaian santai dan sekalian beli sepatu buatmu.”Oliv melirik ke bawah sekilas. “Hmm, yaudah. Aku juga udah nggak betah lagi pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status