Share

BAB 17

Penulis: Dannisa Idris
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-18 08:06:10

Mobil berhenti mulus di basement Kalatama Grup. Supir segera keluar dan membuka pintu.

“Nyonya, sudah sampai,” ucapnya sopan.

Queen turun, mengangguk kecil. Sepatunya beradu dengan lantai licin basement, langkahnya mantap. Ia berjalan menuju lift pribadi yang sudah dijaga dua orang staf keamanan. Begitu melihatnya, mereka membungkuk sedikit.

“Selamat siang, Nyonya.”

Queen hanya mengangguk tipis, lalu masuk ke dalam lift. Pintu tertutup, membawa tubuhnya naik dengan suara mesin halus.

Saat pintu lift terbuka, Nala sudah menunggu di depan. Gadis itu tersenyum hangat, memberi salam. “Selamat siang, Nyonya. Apakah perlu saya ambilkan sesuatu untuk diminum?”

“Tidak usah. Aku langsung ke ruanganku saja,” jawab Queen, berjalan dengan langkah cepat.

Mereka melewati lorong kantor yang sepi, hanya beberapa staf lalu-lalang. Queen mendorong pintu ruang kerjanya sendiri. Begitu masuk, ia langsung menaruh tas di atas meja, lalu duduk.

Nala masuk sambil membawa map baru. “Ini laporan tambahan yang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 39

    Suasana dalam mobil masih dipenuhi hening. Hanya suara mesin dan gesekan ban dengan aspal yang terdengar. Queen menatap Sultan dari samping, matanya penuh pertanyaan.“Aku tidak mengerti,” katanya akhirnya. Suaranya tenang, tapi ada nada penasaran yang sulit ia sembunyikan. “Kenapa keluarga Samdani begitu penting bagimu sampai kamu menyebut mereka musuh? Apa sebenarnya yang terjadi di antara kalian?”Sultan menggerakkan rahangnya, matanya tetap lurus menatap ke depan. Butuh beberapa detik sebelum ia menjawab. “Itu bukan hal yang perlu kamu cemaskan.”Queen menghela napas, mengalihkan pandangan ke luar jendela. “kamu selalu bilang begitu. ‘Bukan urusanmu, jangan cemaskan, aku yang urus.’ Tapi aku ini istrimu, Sultan. Aku tidak bisa berpura-pura buta terhadap apa pun yang menyangkutmu dan keluargaku juga.”Sultan akhirnya menoleh, tatapannya menusuk. “Dan justru karena kamu istriku, aku tidak ingin kamu terlibat lebih jauh. Dunia bisnis tidak sama dengan dunia keluargamu. Di sini, kelem

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 38

    Queen menatap meja kosong di depannya, lalu menarik napas dalam. Ada sesuatu yang terasa mengganjal. Kata-kata Rivando barusan, ditambah beban di dadanya sejak insiden rumah sakit, mendorongnya untuk bicara lebih jauh.Ia menoleh kembali ke Rivando. Suaranya pelan tapi tegas. “Boleh saya sampaikan sesuatu?”Rivando mengangkat wajah, jelas terkejut Queen memilih membuka percakapan lagi. “Silakan.”Queen berdiri perlahan, merapikan roknya sebelum benar-benar menatapnya. “Saya ingin minta maaf. Atas apa yang terjadi pada kakek Anda. Itu memang kelalaian adik saya. Dan saya menyesal.”Hening sejenak. Rivando hanya menatap, matanya tajam, sulit ditebak.Lalu bibirnya melengkung tipis. “Permintaan maaf yang menarik, Nyonya Queen. Apalagi disampaikan di forum sebesar ini. Anda tidak takut orang lain salah paham?”Queen menggeleng pelan. “Lebih baik saya bicara langsung daripada membiarkan prasangka berkembang di belakang.”Rivando terkekeh kecil. “Mudah bagi Anda untuk minta maaf, tapi apaka

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 37

    Ketua asosiasi berdiri di depan. “Baik, mari kita mulai rapat. Agenda utama hari ini, laporan perkembangan proyek strategis dari masing-masing grup.”Beberapa kepala mengangguk. Rivando yang duduk bersila santai di kursinya langsung berdiri, menarik perhatian semua orang.“Samdani Group,” ucapnya dengan nada mantap, “baru saja menuntaskan tahap awal akuisisi lahan strategis di Surabaya. Lahan itu akan kami kembangkan menjadi pusat komersial internasional. Target kami jelas, menjadikan Indonesia pemain utama di Asia Tenggara, bukan sekadar penonton.”Terdengar tepukan tangan. Rivando melirik sekilas ke arah Sultan, senyumnya samar. “Proyek ini tidak hanya realistis, tapi juga cepat menghasilkan profit. Pasar sudah menunggu.”Sultan tidak bereaksi. Ia duduk tegap, menunggu giliran.Ketua asosiasi menoleh ke arahnya. “Tuan Sultan, silakan.”Sultan berdiri. Suaranya tenang tapi penuh bobot. “Kalatama Group baru saja menyelesaikan fase ekspansi energi terbarukan. Proyek ini akan menopang j

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 36

    Mobil hitam meluncur mulus keluar dari halaman mansion. Di dalam kabin belakang, Sultan duduk tegap dengan berkas di tangannya, sementara Queen di sampingnya, memandangi gedung-gedung yang bergeser cepat di balik kaca.Beberapa menit berlalu dalam diam. Queen akhirnya menoleh. “Forum ini seperti rapat direksi kemarin?”Sultan menutup berkas, lalu menatapnya. “Tidak. Ini lebih besar. Bukan hanya keluarga Kalatama. Semua pemain utama properti ada di dalamnya.”Queen mengerjap, lalu menyandarkan punggung. “Dan keluarga Samdani juga akan ada di sana.”Sultan mengangguk sekali. “Ya. Mereka akan coba menjatuhkan kita di depan forum. Itu sudah pasti.”Queen menelan ludah, lalu menatap tangannya sendiri. “Kalau begitu, aku harus bagaimana?”Sultan menoleh penuh ke arahnya. “Dengarkan. Jangan terlalu banyak bicara, kecuali aku minta pendapatmu. Perhatikan bagaimana mereka melihatmu. Itu lebih penting daripada kata-kata.”Queen mengangkat wajahnya, menatap balik. “Jadi aku hanya berdiri di samp

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 35

    Mereka turun ke ruang makan. Meja panjang dengan taplak putih sudah ditata rapi. Sepiring roti panggang, telur setengah matang, buah segar, dan kopi hitam mengepul.Queen duduk lebih dulu, menarik kursi dengan hati-hati. Sultan duduk di ujung meja, gerakannya tenang, nyaris tanpa suara.Suasana sempat hening. Hanya suara sendok beradu dengan piring. Queen menatap roti panggangnya, lalu tanpa sadar bicara, “Kamu selalu makan seformal ini setiap pagi?”Sultan menoleh singkat. “Begitulah.”Queen menyeringai kecil. “Tidak pernah sekalipun sarapan dengan bubur ayam di pinggir jalan?”Sultan mengernyit ringan. “Untuk apa?”“Untuk tahu rasanya hidup normal.” Queen meneguk jus jeruknya. “Tidak semua orang butuh ruang makan sebesar ini hanya untuk duduk berdua.”Sultan tidak langsung menjawab. Ia menyendok telur setengah matang ke piringnya, lalu berkata datar, “Normalmu tidak sama dengan normalku.”Queen tersenyum tipis, mengaduk kopinya. “Aku mulai sadar itu.”Hening lagi sejenak, sebelum Su

  • Istri Kontrak Tuan Sultan   BAB 34

    Queen masuk ke kamar lebih dulu. Lampu temaram menyebar lembut di ruangan, tirai jendela sudah ditutup rapat. Ia melepas sepatu pelan, lalu duduk di tepi ranjang. Pikirannya masih penuh oleh wajah Kai, air mata Mami, dan tamparan Papi.Tangannya mengusap wajah, nafasnya berat. “Kuat,” gumamnya lirih. “Katanya aku harus kuat.”Pintu kamar berderit ringan. Sultan masuk, masih dengan kemeja hitamnya yang belum berganti sejak tadi. Ia menutup pintu tanpa suara, lalu berjalan mendekat.Queen mendongak cepat. “Kau belum istirahat?”“Aku belum selesai,” jawabnya singkat. Ia meletakkan berkas kecil di meja samping sofa, lalu menoleh ke arahnya. “Tapi kau harus tidur.”Queen tersenyum tipis, getir. “Bagaimana bisa tidur kalau kepalaku penuh?”Sultan mendekat, berdiri di depan ranjang. Ia menatap Queen beberapa detik, lalu berjongkok perlahan hingga sejajar dengannya. Tatapannya menusuk, tapi tidak sekeras biasanya. “Apa yang memenuhi kepalamu?”Queen menunduk, jemarinya saling meremas di pangk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status