Istri Kontrak Tuan Sultan

Istri Kontrak Tuan Sultan

last updateLast Updated : 2025-08-07
By:  Dannisa IdrisUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
8Chapters
8views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Seorang wanita muda dari keluarga pengusaha kecil dipaksa menikah dengan anak sulung pemilik konglomerat untuk menyelamatkan utang keluarganya. Sang pria, tampan dan sangat terkontrol, menyetujui pernikahan itu dengan satu syarat: dia bebas menggunakan tubuh istrinya, tapi tidak boleh meminta cinta. Namun, gairah tidak pernah bisa dikendalikan sepenuhnya, dan mereka mulai saling menghancurkan perlahan-lahan.

View More

Chapter 1

BAB 1

Kamar itu hanya seluas kasur dan satu lemari tua. Bau kapur barus dan kayu lembab memenuhi udara. Di depan cermin retak, Queen berdiri dalam gaun putih yang terlalu besar di bagian bahu. Gaun itu bukan miliknya. Ia dipinjamkan dari anak tetangga sebelah yang menikah dua bulan lalu, lalu ditinggal suaminya seminggu kemudian.

Gaun itu masih menyimpan wangi parfum murahan dan sisa bedak dari pemilik sebelumnya.

Queen menyematkan jepit rambut plastik ke sisi kiri, tangan sedikit gemetar. Cermin menunjukkan wajahnya, datar, seperti boneka toko tanpa lampu.

Di balik pintu, ibunya masih menangis pelan. Tangis yang seperti sengaja ditahan, agar terdengar dramatis tapi tidak mengganggu. Bukan tangisan dari kehilangan, tapi dari ketidakberdayaan yang sudah terlalu sering terjadi

"Ayahmu di ruang tamu," suara ibu terdengar parau, "Dia belum bilang apa-apa sejak tadi pagi."

Queen tidak menjawab. Ia menarik sedikit bagian dada gaun yang menggembung, mencubit bagian dalam lengannya. Sakit. Bagus. Itu berarti dia masih bisa merasa.

Ia melangkah pelan ke arah lemari kayu di sudut ruangan, membuka pintunya yang berbunyi nyaring karena engsel berkarat. Dari dalam, ia mengambil sepatu hak rendah warna krem, dan tas kecil warna gading yang sudah mengelupas di ujungnya. Semuanya pinjaman.

Di atas lemari, ada bingkai foto kecil, saat dia lulus SMA. Wajahnya dulu jauh lebih bulat. Senyumnya lebar. Rambut dikuncir kuda. Di sebelahnya, ayahnya mengacungkan dua jari sambil memegang ijazahnya.

Sekarang, dia menikah demi hutang ayah itu.

Queen duduk di ujung kasur, menatap kedua tangannya yang telah dipoles dengan cat kuku tipis. Tangannya cantik hari ini, untuk ditandatangani orang asing.

Pintu kamar terbuka setengah. Ibunya masuk pelan, matanya bengkak, memegang kantong kecil berisi bedak tabur.

“Aku tahu kamu benci ini, Queen,” ucap ibunya sambil mengusapkan bedak ke leher putrinya. “Tapi ini satu-satunya cara. Dia anak orang kaya. Dia tidak akan jahat padamu.”

Queen menoleh pelan. Tatapannya tajam tapi mati. "Apakah dia tahu aku manusia?"

Ibunya terdiam. Bedaknya berhenti di tulang selangka. Lalu ia mundur, membuka pintu penuh, dan berkata, "Mobilnya sudah di depan. Jangan buat dia menunggu."

Queen berdiri. Ia memungut tas kecilnya, lalu melangkah pelan ke luar kamar. Di ruang tamu, ayahnya masih duduk dengan cangkir kosong, memandang ke luar jendela.

Tanpa menoleh, ayahnya berkata, "Jangan pulang malam-malam. Rumah ini udah bukan rumahmu."

Queen tidak membalas. Ia berjalan ke luar, dan pintu tertutup di belakangnya seperti akhir dari sesuatu yang tidak pernah benar-benar dimulai.

Queen melangkah keluar rumah, dan di ujung gang sempit, mobil hitam panjang sudah menunggu. Mercedes. Warnanya pekat, hampir seperti lubang hitam yang siap menelan segalanya.

Pintu belakang dibuka oleh seorang sopir dengan jas hitam dan sarung tangan. Tidak ada senyum. Tidak ada salam. Hanya gerakan tangan yang mempersilakan.

Queen masuk. Di dalam, sejuknya AC seperti kabut yang beku. Kabin besar itu terlalu sunyi, terlalu bersih, dan terlalu mahal untuk diisi dengan napas dari seseorang seperti dirinya. Kursinya empuk, kulitnya halus, dan ketika dia duduk, tubuhnya terasa seperti menyusut di antara segala kemewahan yang tidak menyambut.

Di seberangnya, duduk seorang wanita. Sekitar usia empat puluhan, mengenakan kemeja satin abu-abu, rok pensil, dan sepatu hak merah gelap. Rambutnya rapi disanggul rendah, matanya tajam, dan ia sedang memeriksa sesuatu di tablet hitamnya. Tanpa melihat ke arah Queen, dia berkata:

“Nama saya tidak penting. Saya akan mengawasi Anda sampai upacara selesai. Jangan bicara kecuali diminta.”

Queen menoleh pelan. Ia ingin berkata sesuatu. Mungkin “apa aku akan menikah dengan mafia?” atau “apakah ini pernikahan atau pengadilan?” Tapi lidahnya hanya kering.

Ia memalingkan pandangan ke jendela.

Mobil mulai melaju, pelan, seperti prosesi pemakaman pribadi. Tak ada musik. Tak ada suara selain deru roda dan dengungan AC yang konstan.

Di luar, gang-gang berganti menjadi jalan besar. Warung, kios pulsa, dan gerobak soto menghilang satu per satu, digantikan pagar besi, lampu taman, dan gerbang rumah-rumah mewah.

Queen menyentuh jendela. Dingin. Sama seperti tangan wanita di seberangnya.

Dia memejamkan mata sesaat. Menarik napas pelan-pelan. Membiarkan semua rasa takut, malu, marah, dan sedih menyatu menjadi satu rasa baru yang tak punya nama.

Mungkin ini bukan hari pernikahan. Mungkin ini hari penghilangan.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status