Bantu dukung author dengan subscribe, dan komentar. Terimakasih ☺️🙏
***Alena beberapa kali menarik napas panjang, tangan nya sudah basah dengan keringat dingin, dan detak jantungnya berdebar tak beraturan. Dia berdiri di depan cermin, memperhatikan bayangan dirinya yang terpantul di sana, sementara tukang rias sedang menyapukan highlighter di bagian tulang pipinya. Satu sentuhan terakhir sebelum ia melangkahkan kakinya ke altar pernikahan."Sudah, siap!" ucap tukang rias itu dengan penuh semangat. Ia tampak senang melihat hasil kerjanya yang terlihat cocok di wajah Alena.Tepat pada saat yang bersamaan, pintu ruangan itu terbuka, menampilkan sosok pria tampan yang terlihat gagah menggunakan setelan tuxedo berwarna hitam yang terbuat dari bahan berkualitas terbaik. Rambut hitamnya yang sehitam arang tampak mengkilap di bawah terpaan cahaya lampu.Tangannya terulur ke arah Alena, menggenggam tangan wanita tersebut dengan mantap, dan dalam sekejap mereka telah melangkah keluar menuju altar yang akan menjadi saksi pernikahan mereka.Alena menelan ludah dengan susah payah, ketika tiba saatnya mengucapkan janji suci pernikahan. Dia menatap pria dihadapannya yang kini telah resmi menjadi suaminya. Sebuah senyum, terpaksa tersungging di sudut bibirnya.Alena jelas tak mencintai pria itu, pernikahan mereka juga hanyalah sebuah pernikahan kontrak yang akan berakhir dalam waktu enam bulan dari sekarang.Alena kembali teringat hari di mana ia bertemu dengan pria yang kini berdiri di hadapannya.Siang itu, Alena sedang bekerja seperti biasa sebagai seorang pelayan di sebuah kafe. Jam makan siang kali itu sangat melelahkan, banyak sekali pengunjung yang datang mengisi meja-meja yang ada di sana.Alena sibuk bergerak menerima dan mengantarkan pesanan, namun jauh dalam hatinya, perasaannya saat ini sebenarnya sedang kalut.Pagi tadi, seorang wanita paruh baya dengan didampingi pria-pria bertubuh kekar datang menyambangi rumah Alena. Mereka mencari Maya, ibu Alena yang ternyata berbulan-bulan lalu meminjam uang dari mereka.Setelah berhasil menemukan Maya yang sedang sembunyi di dalam kamar mandi, pria bertubuh kekar tersebut menyeret tubuh mungil ibunya ke ruang tamu mereka yang sederhana.Setelahnya, mereka mengancam bahwa jika dalam waktu seminggu Maya tidak mampu melunasi hutangnya, mereka akan kembali dan membawa Alena untuk dijadikan sebagai pelacur.Alena terlihat ngeri, mendengar ucapan wanita bernama Dina tersebut. Baru membayangkan saja, ia sudah ingin menangis.Setelah kepergian Dina, Alena memberanikan diri bertanya pada ibunya."Untuk apa ibu meminjam uang dari rentenir sampai sebanyak itu?"Maya menatap tajam putrinya. "Menurutmu kenapa? Jelas karena aku kalah dalam berjudi! Ini semua juga salahmu!! Seandainya kau bisa memberikan aku banyak uang, tentu aku tak perlu repot-repot berhutang."Alena tampak tak percaya mendengar apa yang baru saja disampaikan oleh wanita yang telah memberi nya kehidupan itu. Ibunya ini memang sudah sejak lama menjadi seorang pencandu judi dan alkohol, bahkan saat usia Alena masih kecil.Beruntungnya dulu Alena memiliki seorang bibi, kakak dari ibunya, yang mau merawatnya. Namun sayang, bibinya meninggal saat usia Alena menginjak 15 tahun. Dan sejak saat itu, Alena kembali tinggal bersama ibunya."Lalu, sekarang bagaimana kita akan membayarnya, Bu?""Aku tidak tahu, kau pikirkan saja sendiri cara melunasinya. Jika tidak terima saja tawaran mereka dan jadilah pelacur! Wajahmu cantik, tubuhmu juga bagus. Pasti kau akan laku keras, Alena. Jadi kita tidak perlu hidup susah seperti ini.”Alena merasa terpukul mendengar kata-kata tidak pantas yang baru saja keluar dari mulut ibunya. Dia merasa kesal dan sedih karena ibunya tidak menyadari betapa takutnya ia saat ini.Di tengah kegundahannya, Alena memutuskan untuk pergi lebih awal ke tempatnya bekerja saat ini. Pikiran yang berkecamuk saat itu membuatnya tanpa sengaja menumpahkan sedikit minuman di atas meja, yang merupakan pesanan dari seorang wanita muda berwajah cantik dan seksi."Apa-apaan ini?" hardik wanita berambut lurus tersebut. "Kau, bisa kerja tidak sih??" Dengan kasar, wanita itu bangun dan mendorong tubuh Alena, hingga wanita itu mundur beberapa langkah dari posisinya berdiri."Maafkan aku, Nona! Aku benar-benar tidak sengaja." Alena hanya bisa meminta maaf, sedangkan tangan kanannya mencoba membersihkan kekacauan yang tadi ia sebabkan."Tidak bisa!! Aku ingin bicara dengan atasanmu!"Beberapa pengunjung mulai mengamati kejadian yang tengah berlangsung panas di meja mereka. Mendadak, ia menjadi panik. Bagaimana jika ia sampai dipecat karena masalah ini? Padahal saat ini Alena sedang membutuhkan banyak uang. Jika tidak bekerja, darimana ia bisa membayar hutang ibunya?Di tengah ketakutannya, tiba-tiba pria yang duduk bersama dengan pengunjung wanita tersebut berdiri. Pria yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya itu kini menatap Alena yang sejak tadi tertunduk meminta maaf kepada wanita diseberang nya."Sudahlah, Aretha! Jangan berlebihan. Pelayan ini jelas tak sengaja. Tumpahannya juga hanya sedikit, bahkan tidak sampai mengenaimu. Dia juga sudah meminta maaf. Sekarang duduk dan nikmati saja pesananmu!" perintah pria tersebut, yang entah bagaimana membuat wanita dihadapannya itu langsung duduk dan mengurungkan niatnya.Alena yang sejak tadi hanya menunduk, mulai berani menegakkan kepalanya. Ia ingin berterima kasih pada pria yang sudah menolongnya. Alena menatap pria tampan yang kini sedang duduk menikmati secangkir espresso."Terima kasih banyak, Tuan dan Nona. Saya permisi sekarang.""Tunggu!" seru pria tersebut, menghentikan langkah kaki Alena yang baru saja akan melanjutkan pekerjaannya. Alena tampak terkejut, namun ia menghentikan langkah kakinya. "Ya, Tuan? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan sopan."Kau?" Pria itu kini terpaku menatap mata kelabu milik Alena, "kau gadis di kebakaran resort itu, kan?"Alena sejenak merasa bingung dengan pertanyaan yang diajukan. Namun, tiba-tiba ingatannya berputar pada kejadian 7 tahun yang lalu. "Bagaimana Anda bisa tahu, Tuan?” tanya nya dengan kening yang berkerut.Pria tersebut lalu menarik lengan baju sebelah kirinya, hingga pergelangan tangannya kini tersingkap. Alena memperhatikan sebuah gelang yang melingkar di sana. Gelang dari benang yang dianyam itu terlihat sederhana sangat kontras dengan jam tangan mahal yang melingkar di sebelahnya. Namun, kulit kerang yang menjadi liontin dari gelang tersebut terlihat tak asing baginya.Mata Alena tiba-tiba membulat. "Oh astaga, Tuan! Apakah kau anak laki-laki itu?"Begitulah awal Alena bertemu kembali dengan Arion. Setelah kejadian siang itu, Arion mendadak rajin mendatangi Alena di tempatnya bekerja. Hingga suatu hari..."Alena, maukah kau membantuku sekali lagi?"Alena menatap penuh kebingungan. Kira-kira bantuan apalagi yang dibutuhkan pria tampan dan kaya raya seperti dia, dari seorang gadis biasa sepertinya."Menikah kontraklah denganku!" ucap Arion, setengah berbisik.Alena terkejut bukan main mendengar ajakan dari pria dihadapannya. Apalagi ketika Arion menyebutkan harga yang akan dia bayar untuk bantuan Alena, kali ini.Dan, disinilah akhirnya Alena berakhir di sebuah upacara pernikahan sederhana yang menjadikan dirinya sebagai istri sah dari seorang Arion Ravindra.Alena merasakan detak jantungnya semakin cepat saat Arion tiba-tiba mendekat dan menatapnya dengan tatapan penuh misteri. Di balik raut wajahnya yang dingin, Arion tiba-tiba mendekatkan wajahnya dan dengan mesra mencium bibir Alena. Di hadapan pastor yang menikahkan mereka dan juga dua orang saksi yang merupakan sahabat dan juga asisten pribadinya. Arion baru saja mencuri ciuman pertama Alena!Alena terkejut dengan tindakan tiba-tiba itu, namun dalam keterkejutannya tersebut, ada kehangatan yang tak terduga. Detak jantungnya kembali berpacu. Apa yang sebenarnya terjadi? Alena sibuk menerka dalam pikiran nya, apakah ciuman itu hanya sebuah sandiwara atau ada motif tersembunyi di baliknya?Alena merasa hatinya bergetar karena ciuman Arion barusan telah membangkitkan perasaan yang aneh dalam dirinya.Dia tahu bahwa menjaga hatinya agar tidak goyah selama enam bulan pernikahan kontrak mereka akan menjadi tantangan besar. Apakah Alena mampu mempertahankan hatinya yang kuat dan tidak terjebak dalam perasaan yang semakin dalam? Ataukah ciuman itu akan menjadi awal dari perasaan yang lebih dalam dan membingungkan, tidak hanya bagi Alena namun juga Arion?***Bantu support author, dengan baca dan vote. Jangan lupa komentar juga supaya author makin semangat update nya 😊Alena menghabiskan sepanjang hari ini dengan banyak berbicara dengan Bu Nana. Wanita itu ingin tahu apa saja yang disukai dan tidak disukai oleh suaminya."Tuan, sangat suka makan kepiting dan juga makanan manis.""Arion suka makanan manis?" tanya Alena yang tidak menyangka selera suami nya sama seperti nya."Sangat amat suka!" tegas Bu Nana, "tapi, apa selama pacaran Tuan tidak pernah memberi tahu anda?"Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Alena lantas menyengir salah tingkah. Takut jika hubungan nya dengan Arion yang sesungguhnya akan terbongkar dihadapan kepala pelayan nya sendiri."Ah, itu... Aku dan Arion tidak menjalani hubungan seperti itu." jawab Alena, berusaha mencari alasan yang bagus dan masuk akal. "Maksudku, hanya sebentar pacaran. Dan Arion langsung mengajak ku menikah." timpal nya kembali.Bu Nana terlihat ragu, namun wanita tua itu hanya mengangguk dan t
Sudah hampir setengah jam berlalu, dan Arion masih saja termangu didepan layar laptopnya. Apa yang tadi ia lakukan kepada Alena seakan terus mengusik pikiran nya, hingga membuat pria itu tidak bisa fokus dengan pekerjaan nya.Sebuah kecupan yang tadi dia berikan tanpa sadar, kepada wanita yang menyandang status sebagai istri kontrak nya, tentu hanyalah sebuah spontanitas. Tapi tetap saja, melakukan hal seperti itu kepada wanita yang tidak dicintai nya, sangat tidak mencerminkan dirinya."Tenang lah, Arion. Semua yang kau lakukan tadi hanya karena kau merasa simpati dengan apa yang kemarin menimpa Alena, sehingga membuatmu terbawa suasana." Bisik Arion dalam benaknya sejak tadi. Berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang baru saja terjadi bukanlah sesuatu yang harus dibesar-besarkan.Arion meremas rambutnya, berusaha mengembalikan kesadarannya. Sudah dua hari ini, dia tidak pergi ke kantor karena masalah Alena. Dan oleh sebab itu banyak sekali dokumen yang harus ditinjau oleh ny
Dokter baru saja selesai memeriksa kondisi Alena. Arion bersyukur ternyata luka yang dialami Alena tidak parah dan akan segera membaik dalam beberapa hari kedepan.Namun, Arion sedikit mengkhawatirkan kondisi mental Alena, dia pasti akan mengalami trauma dan mimpi buruk setelah ini."Apa kau merasa baikan?" tanya Arion dengan penuh perhatian begitu dokter Andreas meninggalkan kamar mereka."Jauh lebih baik.""Jika aku boleh tau, sebenarnya apa yang kau cari saat kau datang kerumah ibu mu?"Alena terdiam sesaat, sepertinya enggan untuk bercerita. "Aku ...." Alena memandang Arion dengan tatapan ragu, sebelum akhirnya melanjutkan kan ucapannya. "Aku, mencari foto ayah ku. Itu satu-satunya foto yang ku miliki. Sejak kecil aku tidak pernah bertemu dengan nya. Tapi kata bibi ku, dia pergi meninggalkan ibuku yang saat itu sedang mengandungku. Bibi ku juga tidak tahu penyebab pastinya, karena ibuku akan marah begitu ada yang menanyakan hal itu.""Kalau begitu kenapa kau masih ingin mencarinya
Alena terlihat gelisah, beberapa kali ia menggeliat tak nyaman dalam tidurnya. Keringat mengalir deras dari tubuhnya, meskipun ruangan itu dipenuhi dengan suhu dingin dari pendingin udara yang terpasang disana.Alena tiba-tiba terbangun karena bunga tidurnya yang mengerikan. Napas nya tersengal dan bibir serta tenggorokan nya terasa kering. Nyeri di tulang pipi dan juga tubuhnya membuat nya meringis menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang nya.Ia memandang keseluruh ruangan dan akhirnya bernapas lega ketika menyadari saat ini dirinya telah berada di kamar Arion. Bukan lagi tempat gelap dan lembab, dimana ia dikurung sebelum nya.Alena menoleh ke sebelah nya, Arion tampak sedang tertidur pulas disana. Ia memandang wajah itu dengan lekat, kelelahan jelas terukir diwajah tampan nya saat ini. Namun, sesuatu menarik perhatian Alena, ketika melihat tangan Arion yang masih menggenggam tangan nya seolah takut Alena akan pergi.Pikiran Alena kembali mengingat kejadian yang kemarin sempat m
Alena terbangun ketika tubuhnya di lempar dengan kasar ke atas kasur. Ia mengernyit, merasakan pusing di kepala nya. Namun, ia tetap bertahan dalam posisinya sampai para pria yang tadi membawa nya, pergi. Tak lama terdengar suara pintu yang kembali ditutup. Setelah memastikan kondisi nya aman, perlahan ia berusaha duduk. Sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sakit. Wanita tersebut mengedarkan pandangan nya, berusaha mengamati keadaan disekitarnya saat ini.Alena duduk diatas kasur usang, didalam ruangan kecil yang terlihat suram dan juga lembab. Aroma rokok bercampur alkohol memenuhi indra penciuman nya. Ruangan itu kosong, selain kasur usang yang diduduki nya hanya ada sebuah kursi kayu tua dan juga sebuah meja kecil, dimana terdapat dua botol minuman beralkohol yang belum dibuka.Samar-samar Alena mendengar suara pria yang bercakap-cakap dari balik pintu."Sementara aku menikmati tubuh wanita itu, kalian pergilah juga untuk bersenang -senang!" Ucap pria dengan suara berat."T
Arion berdiri didepan bangunan tua yang cukup besar. Bangunan tersebut memiliki dua lantai serta dikelilingi oleh dinding setinggi hampir dua meter yang sebagian sudah mulai hancur.Dengan gerbang besar berkarat sebagai pintu masuknya. Arion bisa melihat ada bangunan lain dibelakang nya, pria itu berpendapat mungkin dulunya tempat ini dibagi menjadi beberapa area. Jika dilihat dari mesin bordir dan juga mesin jahit berkarat yang teronggok didepan bangunan. Seperti nya dahulu tempat ini merupakan sebuah pabrik garmen atau mungkin gudang penyimpanan.Cat bangunan nya sudah banyak mengelupas, sebagian dinding nya sudah hancur dan juga ditumbuhi lumut. Jendela-jendela besar yang berada di sepanjang dinding sudah banyak yang pecah dan hanya meninggalkan kerangka nya saja.Suasana malam yang hening, menambah ketegangan yang kini ia rasakan. Arion sengaja memarkir mobil nya beberapa meter dari alamat yang diberikan oleh pria misterius yang ia temui di tempat perjudian tadi.Waktu di jam tang