Share

Meeting dan Belanja

"Kita harus berangkat sekarang pak, sudah lebih dari jam 10."

Wisnu enggan berdiri, ia masih menopang dagunya termangu sementara Lydia membereskan berkas-berkas.

"Biarin mereka menunggu Lyd, saya mau tes mereka apa bisa mereka bersabar."

Lydia menghela nafas, lagi-lagi bosnya bertingkah. "Baik pak!"

"Lydia, Minggu depan ulang tahun Sella habis meeting kamu temenin saya cari kado yaa?!" pinta Wisnu memainkan ponsel miliknya.

"Baik pak, ehm … kita berangkat sekarang ya pak? Menurut pak Adit mereka juga ada meeting sama klien lain setelah kita," Lydia memberitahukan informasi yang didapat dari Barata Grup dengan hati-hati.

"Hhm," tanpa banyak bicara Wisnu menurut dan akhirnya mengikuti langkah Lydia.

----------------

Meeting berjalan cukup lancar meski Wisnu juga kembali membuat Lydia kerepotan dengan permintaannya yang aneh bin ajaib tapi sejauh ini semua bisa diatasi Lydia.

Jam menunjukkan pukul 2 siang, Wisnu mengajak Lydia makan siang di sebuah restoran di sebuah mall ternama. Meski sedikit tidak nyaman berdua dengan Wisnu, sebagai asisten pribadi Lydia tetap harus profesional.

"Lyd, bisa bantu pilihin baju buat Sella juga nggak?"

Pertanyaan Wisnu membuat Lydia tersedak, Wisnu menuangkan air mineral untuk Lydia.

"Kamu kenapa? Makan yang pelan, kayak nggak pernah saya ajak makan aja sih!"

"Maaf pak, lagian bapak saya lagi makan pake diajak ngobrol!" keluh Lydia, tapi sebenarnya Lydia terkejut dengan permintaan Wisnu.

Memilih kado saja belum dilakukan masih ditambah dengan memilih baju. Itu artinya akan semakin lama waktunya bersama Wisnu hari ini, berdua saja.

Jujur dalam hati Lydia pesona Wisnu seringkali menggoda jiwa wanitanya yang kesepian. Di umurnya saat ini Lydia sama sekali belum pernah berpacaran bukan karena dia menutup diri tapi karena dirinya sibuk mencari uang untuk biaya hidupnya.

Wisnu pria mapan berusia 36 tahun, tampan berkulit sawo matang, penampilan metrosexual yang ditunjang dengan tinggi 178 cm dan tubuh atletis. Terlalu sempurna untuk seorang Direktur lebih cocok sebagai model ketimbang pengusaha muda.

Ia menikah dengan Sella yang terpaut 2 tahun lebih muda dari Wisnu. Tapi sayang pernikahan mereka hanya untuk kepentingan bisnis semata. Kedua orang tua mereka sepakat menyatukan dua perusahaan dengan pernikahan Wisnu dan Sella.

Awalnya Wisnu tidak setuju karena dia tidak ingin mengikat kebebasan dirinya pada institusi yang disebut pernikahan, tapi mamanya meminta Wisnu untuk mengikuti kemauan sang bos besar. Dengan berat hati Wisnu pun menurut, menikahi Sella meski tanpa cinta.

"Hei kamu malah bengong, udah cepetan makannya! Kita mau cari perhiasan dulu!" Wisnu membuyarkan lamunan Lydia.

Dengan tergagap Lydia pun menghabiskan makanan di depannya tanpa sisa. Dalam pikirannya hanya satu, berbelanja dengan bos artinya harus siap tenaga ekstra untuk membawa lusinan kantong belanjaan.

Siap-siap dah jadi kuli panggul! Awas aja kalo bayaran saya dipotong ! Saya getok kepala anda juga nih pak bos!

Satu jam sudah Wisnu dan Lydia menghabiskan waktu mencari perhiasan yang cocok untuk hadiah ulang tahun Sella. Beberapa toko perhiasan dikunjungi tapi tidak ada yang membuat Wisnu tertarik.

Entah mengapa hati Wisnu sama sekali tidak tergerak melihat perhiasan yang ditawarkan padanya dengan harga fantastis. Lydia mulai kesal, kakinya terasa mati rasa mengikuti langkah Wisnu yang seolah tidak pernah kehabisan energi.

"Pak, emang mau cari perhiasan yang seperti apa sih? Dari tadi kita keluar masuk toko masa iya nggak ada yang menarik sih pak!" keluh Lydia.

"Cck, entahlah nggak ada yang menarik!" jawab Wisnu dengan santainya.

Tiba-tiba Wisnu menghentikan langkah kakinya, ia menatap Lydia sejenak.

"Kita cari di toko yang ada di luar mall ini, saya perlu perhiasan yang unik!"

"Ehm, emang bapak tahu dimana tokonya?" 

Wisnu berpikir sejenak dan mengernyit, "Ehm, nggak!"

Ia menjawab dengan pasti dan melenggang begitu saja meninggalkan Lydia yang geregetan. Gemas dan tentu saja kesal dengan ulah bosnya yang sangat menjengkelkan.

"Sabar Lydia … sabar, tarik nafas yang dalam hembuskan!" Lydia berusaha menenangkan dirinya tapi itu hanya bertahan sesaat.

"Dasar bos gila! Nggak tahu apa kakiku udah mau putus rasanya!" umpatnya kemudian.

Mau tidak mau Lydia mengikuti Wisnu keluar dari mall dan mengelilingi kota mencari toko perhiasan melalui bantuan g****e maps.

"Ini ada toko perhiasan di sekitar sini pak, tapi sayangnya disini area pedestrian so kita harus turun dan berjalan kaki," Lydia memberitahu Wisnu informasi yang ia dapat dari ponsel pintar miliknya.

"Oke, kita berhenti disini pak Broto dan tunggu kami kembali!"

Tanpa banyak bicara pak Broto menghentikan mobil mewah keluaran terbaru dari salah satu pabrikan ternama dunia milik Wisnu.

"Turun, kita masih banyak tujuan lain!" perintah Wisnu dengan angkuhnya.

Ya … ya, as you wish Sir! 

Wisnu berjalan dengan santai menyusuri kawasan pedestrian, cuaca yang lumayan terik membuatnya kegerahan. Jas yang dikenakannya pun terpaksa dilepas. Lydia dengan sigap mengambil jas Wisnu dan membawakannya. Lydia benar-benar asisten yang cekatan.

"Dimana tokonya Lyd?"

"Ehm, sekitar 500 meter lagi pak!"

Mereka berjalan tanpa banyak mengobrol, hanya sesekali Wisnu berhenti dan menanyakan sesuatu pada Lydia. Ini kali pertama ia menyusuri pedestrian, jadi banyak hal yang begitu menarik perhatian Wisnu.

 Mulai dari jajanan pinggir jalan yang unik sampai toko-toko souvenir antik yang menjual pelbagai pernak pernik kerajinan tangan. Wisnu sangat menikmati pengalaman barunya.

Wisnu sepertinya sengaja memperlambat waktu, ia merasa sangat nyaman dan terhibur dengan suasana pedestrian. Sementara Lydia yang semula kesal dengan tingkah Wisnu perlahan mulai tenang. Ia mengikuti ritme Wisnu yang melunak.

Terkadang senyum dan tawa Wisnu menghiasi wajah tampannya yang eksotik. Sesekali Lydia pun bersenda gurau dengan atasannya itu. Jika dilihat mereka bukan seperti bos dan anak buahnya tapi lebih seperti sepasang kekasih yang sedang menghabiskan waktu.

Sepasang kekasih?

Yah, mereka terlihat seperti sepasang kekasih. Wisnu terkadang mencuri pandang, menatap wajah cantik Lydia yang tertutup kacamata. Lydia tidak menyadarinya tapi ada rasa aneh yang bergelenyar hangat dalam hati. 

Sepasang mata dalam gelap memperhatikan keduanya. Ada selarik senyum yang menghiasi bibir si pengintai. Sebuah mantra keluar dari bibir tipis yang terpoles lipstik merah menyala.

Sun moto ajiku ....

Sun jalakake jagat wetan

....

....

Godong kayu kanthil lulut

Teko kedep teko welas teko asih,

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status