Share

Gratis Pembawa Petaka

Seorang wanita yang tiba-tiba saja muncul di hadapan mereka membuat Lydia dan Wisnu melonjak terkejut, hingga keduanya melepaskan tangan dari pembatas kaca.

Senyuman yang ramah dan meneduhkan. Keduanya merasa mengenali wanita cantik yang menyambut mereka.

"Ehm, maaf apa kita pernah ketemu?" Lydia bertanya karena penasaran.

Wanita itu kembali tersenyum, lalu menjawab. "Entahlah, mungkin saja!"

"Ada yang bisa saya bantu? Kayaknya kalian tertarik sama cincin itu?!" sambungnya bertanya seraya menunjuk pada sepasang cincin indah dalam kaca.

"Iya, apa itu dijual?" tanya Wisnu cepat.

"Saya mau itu berapa harganya?"

Wisnu langsung mengeluarkan dompet untuk melakukan transaksi tanpa menunggu jawaban wanita pemilik toko.

"Ehm, maaf tapi cincin itu tidak dijual!" jawab si wanita cantik.

"Apa? Nggak dijual? Terus ngapain dipajang disini?" Ekspresi Wisnu terkejut dan tidak senang, ia hendak mengeluarkan selarik kalimat saat Lydia sukses membungkamnya.

"Ooh ini buat contoh model ya Bu?" Lydia langsung bicara agar tidak menyinggung perasaan wanita pemilik toko.

Wanita itu tidak menjawab dan hanya mengembangkan senyum. Ia berjalan mendekati etalase kaca tempat cincin itu dipajang, lalu membukanya. Meletakkan sepasang cincin indah itu di hadapan Wisnu dan Lydia.

"Cincin ini spesial, dibuat dari bahan khusus. Cincin ini juga tidak dijual, dia akan menentukan sendiri siapa yang berhak memilikinya," wanita cantik itu menjelaskan.

"Nggak dijual tapi bisa nentuin sendiri pemiliknya? Maksudnya gimana ya Bu saya kok nggak paham ini?" tanya Lydia dengan mengerutkan dahinya.

"Coba lihat sekeliling, semua yang ada di toko kami adalah benda antik pilihan yang berasal dari berbagai tempat. Nilainya bahkan sangat fantastis, hanya orang-orang tertentu yang bisa menebusnya!"

Wisnu dan Lydia mengikuti arahan si wanita pemilik toko. Mereka memperhatikan sekitar dan memang benda-benda yang terpajang di sana memiliki bentuk yang tidak biasa, unik, dan tampak berkelas.

"Termasuk sepasang cincin ini, mereka hanya bisa dimiliki oleh orang-orang pilihan!"

"Cincin ini menentukan pemiliknya sendiri, jika kalian bisa memakainya maka akan kuberikan percuma, gratis!" ujarnya lagi dengan senyuman misterius.

Wisnu dan Lydia saling berpandangan.

"Kalian mau mencobanya?"

Wisnu dan Lydia saling menatap dengan penuh tanya lalu mereka kompak menatap wanita pemilik toko.

"Anda serius? Gratis?" Wisnu bertanya tak percaya.

Wanita cantik itu mengangguk, lalu mendekatkan kedua cincin pada mereka. 

"Silakan, siapa pun boleh mencobanya termasuk kalian," 

"Apa pernah ada yang mencoba?"

Wanita cantik itu hanya mengangguk dan tersenyum.

"Tak terhitung lagi, tapi belum ada satupun yang bisa memilikinya. Cincin ini istimewa jadi … apa kalian mau mencobanya?"

Wisnu tampak menimbang sesuatu dalam pikirannya sementara Lydia memperhatikan kedua cincin itu, ada rasa takjub melihat indahnya jalinan yang terukir pada cincin keemasan di depannya.

"Ini indah sekali, saya belum pernah lihat cincin seindah ini!" Lydia tak berkedip menatapnya.

"Cobalah, dan kita lihat apa kalian memang pemiliknya!" Wanita itu kembali menawarkan.

Wisnu menatap dengan ekspresi rumit pada wanita itu, "Saya ingin membelinya untuk istri saya, masalahnya ini kejutan untuknya!"

Wanita cantik itu mengedikkan kepalanya ke arah Lydia, "Lalu siapa nona cantik ini?"

"Ah, saya sekretarisnya Bu … kenalkan saya Lydia dan ini pak Wisnu bos saya!" Lydia mengulurkan tangannya berusaha bersikap dengan sopan.

"Oh, begitu … tidak masalah kan? Mbak Lydia bisa mewakilkan istri anda pak Wisnu,"

Wisnu beralih menatap jemari Lydia, ia mendekati dan meraih tangan lembutnya. Ada getaran aneh saat tangan mereka bersentuhan. Seperti sengatan halus yang menggetarkan hatinya.

Ia menatap Lydia sejenak lalu tanpa ragu mengambil salah satu cincin keramat dan menyematkannya di jari manis Lydia. Gadis cantik berkacamata itu terkejut dengan sikap bosnya yang bertindak diluar dugaan. Ia menatap tak percaya.

Wanita pemilik toko menarik senyum samar di bibirnya. Cincin itu pas di jari Lydia, terlihat cantik dan bersinar.

"Aah, cantik sekali bukan? Sepertinya cocok di jari mbak Lydia," 

"Giliran anda mencobanya pak, silahkan!" 

Wanita itu langsung menyodorkan pada Wisnu, kali ini Wisnu sedikit ragu dan menatap wanita yang berdiri di depannya.

"Well jika anda ragu lebih baik tidak usah diteruskan, jangan khawatir ini free!" ujar si pemilik toko dengan senyuman hangat.

"Hmm, baiklah!" 

Wisnu akhirnya memakai cincin unik itu di jari manis kirinya. Cincin itu masuk dengan mudahnya, ada rasa hangat saat cincin itu menyentuh kulit. Ajaib, kedua cincin itu bersinar sesaat lalu meredup secara bersamaan.

"Apa kau melihatnya juga?!" tanya Wisnu pada Lydia dengan takjub.

"S-saya lihat pak! I-ini rasanya …,"

"Hangat," sambung Wisnu.

Keduanya spontan melihat ke arah wanita cantik sang pemilik toko. 

"Hangat? Tidak sakit seperti tersengat listrik?" tanya wanita itu 

Keduanya mengangguk pelan, "Itu artinya dia memilih kalian untuk menjadi pemiliknya!" 

Jawaban wanita cantik itu membuat Lydia dan Wisnu bingung. Bagaimana mungkin cincin itu dimiliki Lydia?

Sella yang berhak memiliki, bukan Lydia!

Lydia tertawa, ia merasa aneh dengan yang terjadi. Pikirannya rumit, dia hanya membantu Wisnu mencari hadiah untuk Sella istrinya. Tapi malah terjebak dalam situasi aneh.

Dengan susah payah Lydia berusaha menarik dan melepaskan cincin yang melekat di jarinya. Ia bingung cincin itu bahkan tidak mau bergerak, ia mencoba menariknya kuat sampai jarinya kemerahan.

"Eeh, ibu ini gimana kok nggak mau lepas?" Lydia panik.

"Jangan bercanda kamu Lyd!" Wisnu ikut panik melihat wajah pucat Lydia.

"Saya nggak lagi bercanda, coba bantuin deh pak!" jawab Lydia serius.

Wisnu menarik tangan Lydia berusaha mengeluarkan cincin dengan sekuat tenaga. Berkali kali dicoba tapi cincin itu tidak bergerak.

Ya Tuhan semoga apa yang aku takutkan tidak terjadi! Ini benar-benar gratis yang membawa sial! Lydia mengumpat dalam hati

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status