Jantung Ranti seakan berpacu dan hampir keluar dari dadanya saat melihat Niko kembali ke ruangannya.Perasaannya pun menjadi semakin tidak karuan, karena rasa takut yang terus menghantuinya.Perceraian.Akankah Niko menceraikan dirinya, bahkan saat ini juga?Melihat wajah Niko benar-benar membuatnya sangat ketakutan.Bayangkan perpisahan yang mungkin akan terjadi diantara mereka berdua.Dirinya akan di tinggalkan dengan status janda.Namun, sebenarnya ini bukan tentang status janda yang akan dia sandang.Melainkan juga karena tak ingin berpisah dengan Niko.Ranti mengakui bahwa dirinya sudah sangat jatuh hati pada Niko, bahkan dia takut kehilangan pria itu.Sangat takut."Apa kamu sudah siap?" tanya Niko.Ranti pun hanya diam saja, dia bingung dengan pertanyaan Niko."Sudah, semuanya sudah, Bunda juga sudah membereskan barang-barangnya. Ayo kita pulang sekarang," kata Tias yang langsung saja berbicara, sebab Ranti hanya diam saja.Sesaat kemudian Niko pun mengangguk dan membantu Ranti
"Kamu mau kemana?" Ranti cepat-cepat memegang lengan Niko saat akan bangkit dari duduknya.Membuat Niko pun menatap tangan Ranti yang terasa erat pada lengannya.Tatapan mata Ranti tertuju pada Niko tanpa berkedip, dia sedang tak ingin ditinggalkan sama sekali walaupun hanya sekejap saja.Dia takut Nia pergi dan yang datang selanjutnya hanyalah surat perceraian mereka.Sedangkan Niko yang melihatnya pun bingung dengan sikap Ranti.Ada apa dengan Ranti yang begitu panik."Tidak ada, aku hanya di sini saja," jawab Niko.Dia yang hendak keluar sebentar pun mengurungkan niatnya itu.Karena melihat wajah Ranti yang tampak sangat panik.Dan Ranti yang mendengar jawaban Niko pun mengangguk."Ayo istirahat lagi, kamu harus segera pulih," kata Niko.'Agar setelah itu kita bercerai,' batin Ranti.Rasanya tak ingin pulih dari keadaannya, karena itu artinya perceraian mereka semakin dekat."Kamu tetap di sini, kan?"Niko pun mengangguk kemudian menatap wajah Ranti, dia bingung dengan sikap Ranti
"Kak," Ranti langsung saja menemui Barra.Karena dia yakin Barra pasti tahu dimana saat ini Niko berada.Perasaan Ranti sejak kemarin tidak bisa tenang, dia sangat takut sekali menerima surat cerai dari Niko.Karena sejak kemarin hari Niko pergi sampai saat ini pun Niko tidak ada menghubungi dirinya.Sehingga Ranti pun mengambil keputusan untuk menyusul Niko.Tidak ada gengsi ataupun hal lainya yang dapat menghalangi jalannya.Keputusan Ranti sudah sangat bulat untuk menyusul Niko.Dan Barra pun langsung saja meminta asistennya untuk mengurus keberangkatan Ranti menuju tempat dimana Niko kini berada.Karena tidak mungkin Ranti pergi sendiri tanpa pengawasan dari dirinya.Hingga saat ini Ranti pun melihat sebuah gedung yang cukup tinggi dan besar, itu adalah rumah sakit yang baru saja diresmikan milik Niko.Untuk pertama kalinya Ranti kesana, bahkan tanpa dia beritahu pada Niko.Dia pun mulai melangkahkan kakinya menuju ruangan Niko seperti yang sudah diarahkan oleh seorang asisten Bar
"Ranti, kamu mandi duluan. Aku harus menjawab panggilan telepon ini," Niko pun menunjuk ponselnya yang terus berbunyi itu.Ranti merasa kecewa pada penolakan Niko, karena pria itu masih saja berusaha untuk menghindari dirinya.Membuatnya pun akhirnya masuk sendiri ke dalam kamar mandi dengan perasaan penuh kekecewaan.Jika biasanya Niko tak akan perduli pada sebuah panggilan telepon dari ponselnya jika sudah menyangkut dirinya tapi kini sudah tidak lagi.Untuk kali ini pun Niko masih saja menolak dirinya.Tapi tidak apa.Karena, tidak akan ada habisnya untuk berusaha membuat Niko kembali padanya seperti dulu.Ranti yang berada di dalam kamar mandi pun sengaja membiarkan pintu setelah terbuka, dia berharap Niko akan menyusul untuk masuk.Namun, tidak.Karena sampai detik inipun belum ada tanda-tanda Niko akan masuk menyusul.Hingga kini Ranti pun selesai mandi, dia keluar dari kamar mandi dengan menggunakan piama.Setelah itu dia pun langsung duduk di meja rias.Niko yang kini masuk ke
Ranti membuka mata ternyata hari pun sudah pagi, dia pun melihat ke samping.Namun, ternyata tak ada Niko di sana.Niko berangkat menuju rumah sakit pagi-pagi sekali karena ada urusan yang harus segera dia selesaikan agar cepat pulang.Sedangkan untuk Ranti dia membiarkan saja istirahat dulu dan dia menuliskan sebuah pesan pada kertas.'Aku harus harus ke rumah sakit, kamu istirahat di sini saja'Ranti pun melihat sekelilingnya, sepertinya dia sedang melihat ruangan tersebut dengan pikirannya sendiri tertuju pada Niko.Hingga Ranti pun mengingat ada seorang wanita yang tampak sangat dekat dengan Niko.Rasa penasaran pun kian menjadi-jadi.Dia mulai memikirkan hubungan seperti apa yang terjadi diantara Niko dan wanita tersebut hingga begitu dekat.Dan jika hanya berada di sini dia tak akan mungkin menemukan jawaban atas pertanyaan itu.Baiklah, akhirnya Ranti pun memutuskan untuk segera menyusul Niko.Seperti yang dikatakan oleh Niko pada kertas tersebut, dia ada di rumah sakit.Artiny
"Kok diam? Ah sudahlah, mau istrinya atau bukan juga aku tidak ada masalah," kata Vina lagi.Dan saat itu Ranti pun langsung saja berjalan ke arah wanita yang masih duduk dipangkuan Niko.Sepertinya ada emosi yang tertahan menyaksikan itu semua.Dan saat itu Vina pun tersenyum sambil bangkit dari duduknya."Perkenalkan, aku, Vina sepupunya suami mu," kata Vina dengan senyum ramahnya."Sepupu?" tanya Ranti dengan bingung.Barusan dia tidak salah mendengar bukan?Wanita itu bernama Vina dan juga sepupu Niko?Pengakuan wanita itu sungguh sangat mengejutkan untuk Ranti."Iya, dan suami mu ini banyak bercerita tentangmu. Kemudian, bujang lapuk ini ternyata memilih untuk mengakhiri masa lapuknya yang sudah sangat berjamur itu dengan mu. Hanya satu pertanyaan ku, kenapa kamu mau dengan dia?" Vina pun menunggu Ranti untuk menjawab pertanyaan barusan.Karena dia tidak tahu bagaimana bisa terjadi pernikahan antara Ranti dan juga Niko.Mungkin jika bukan karena menjadi pengantin pengganti dia t
"Kenapa kamu lama sekali?"Ranti langsung saja menyuguhkan pertanyaan pada Niko.Padahal Niko baru saja kembali.Namun Ranti tidak perduli, dia bahkan seperti seorang istri yang sangat merindukan suaminya."Maaf, tapi semua pekerjaan ku sudah selesai," Niko pun duduk di samping Ranti.Kemudian dia pun melihat kaki Ranti, namun saat itu Ranti pun langsung saja memeluk Niko."Aku kangen," rengek Ranti.Niko pun semakin bingung dengan sikap Ranti saat ini.Ini sangat jauh berbeda dari biasanya.Bahkan mereka baru saja bertemu dan Niko pun meninggalkan Ranti di sana hanya beberapa saat saja.Namun Ranti sudah mengatakan rindu.Benar-benar tidak bisa dimengerti oleh akal sehat Niko."Kita kembali ke hotel?""Iya.""Aku ambilkan kursi roda agar memudahkan mu."Ranti pun menggelengkan kepalanya kemudian mengangkat tangannya."Gendong," rengek Ranti.Mendengar itu Niko pun hanya bisa diam.Mendadak kembali larut dalam pikirannya yang penuh tanya akibat sikap Ranti yang benar-benar sangat bert
"Ranti, tolong jangan bicara seperti itu lagi."Niko pun membawa Ranti untuk kembali masuk ke dalam kamar.Karena dia tidak ingin ada yang menyaksikan perdebatan mereka berdua."Aku tahu aku salah, tapi tolong jangan hukum aku terus-menerus. Aku tidak sanggup lagi." Mohon Ranti dengan sangat.Mendengar itu Niko langsung saja memeluk Ranti.Perasaan penuh luka itu tak lagi dapat disembunyikan oleh Ranti.Tidak tahu pula entah bagaimana caranya untuk bisa membuat dirinya kembali membaik.Niko yang mendengar ucapan Ranti pun hanya bisa diam sambil terus mempererat pelukannya pada Ranti.Bagaimana caranya untuk mengatakan hal yang sebenarnya begitu mengganjal di hati Niko.Dia juga sangat terbebani dengan semua ini, tapi keadaannya sekarang tidak ada tempat untuk menghindari.Yang ada justru Ranti yang malah berpikir hal yang membuatnya kecewa.Padahal tidak ada keinginan untuk berpisah ataupun menghukum Ranti.Niko pun bingung seperti apa memulai penjelasannya.Dia sendiri masih berusaha