"Ranti, tolong jangan bicara seperti itu lagi."Niko pun membawa Ranti untuk kembali masuk ke dalam kamar.Karena dia tidak ingin ada yang menyaksikan perdebatan mereka berdua."Aku tahu aku salah, tapi tolong jangan hukum aku terus-menerus. Aku tidak sanggup lagi." Mohon Ranti dengan sangat.Mendengar itu Niko langsung saja memeluk Ranti.Perasaan penuh luka itu tak lagi dapat disembunyikan oleh Ranti.Tidak tahu pula entah bagaimana caranya untuk bisa membuat dirinya kembali membaik.Niko yang mendengar ucapan Ranti pun hanya bisa diam sambil terus mempererat pelukannya pada Ranti.Bagaimana caranya untuk mengatakan hal yang sebenarnya begitu mengganjal di hati Niko.Dia juga sangat terbebani dengan semua ini, tapi keadaannya sekarang tidak ada tempat untuk menghindari.Yang ada justru Ranti yang malah berpikir hal yang membuatnya kecewa.Padahal tidak ada keinginan untuk berpisah ataupun menghukum Ranti.Niko pun bingung seperti apa memulai penjelasannya.Dia sendiri masih berusaha
Niko semakin pusing dengan sikap Ranti.Dia pun tidak memiliki keberanian untuk menjauh karena sudah pasti Ranti akan merasa tersinggung dan nantinya malah bertengkar lagi.Namun, bagaimana dengan Niko?Niko tidak bisa jika terus seperti ini.Lihat saja bahkan Ranti duduk di pangkuannya sambil bermain ponsel.Menyandarkan kepalanya pada dada Niko.Ini adalah sesuatu yang baru saja terjadi, karena Ranti kini lebih suka menempel terus-menerus dengan Niko.Sampai saat ini Niko merasa kesulitan untuk bernafas saja.Karena dirinya sendiri harus bersusah payah untuk bisa menahan diri."Kita jalan-jalan di luar bagaimana?" tanya Niko.Niko ingin mengalihkan pikiran yang sudah tidak beres itu.Sehingga mungkin dengan jalan-jalan mereka tidak akan sedekat ini lagi."Aku lagi males, nanti aja, ya," tolak Ranti.Dengan sengaja Ranti menolak, dia ingin mengurung diri saja bersama Niko seharian penuh di dalam kamar.Selain ingin hamil lagi, Ranti juga tak ingin Niko berpaling darinya.Dia mau hany
Niko merasa lega setelah kembali ke hotel tapi Ranti masih tertidur pulas di atas ranjang.Dia pergi dengan segera pulang, agar Ranti tidak tahu tentang dirinya yang ke rumah sakit.Dan saat ini Niko tak lagi pusing dengan ketakutannya itu.Ranti juga pastinya akan bahagia saat dirinya tak lagi menolak jika Ranti menginginkannya."Sayang," rengek Ranti saat melihat Niko yang berdiri di dekat daun pintu.Niko pun melihat Ranti yang sudah bangun dari tidurnya.Ah, lega rasanya karena sudah kembali sebelum Ranti menyadari."Kamu mau kemana?" tanya Ranti saat menyadari bahwa Niko sudah mengenakan pakaian yang begitu rapi."Aku hanya ingin mencari makanan di luar," bohong Niko.Padahal sebenarnya dia sudah kembali dari luar sana."Aku ikut.""Kalau begitu sekarang kamu mandi dulu."Niko bisa bernapas lega karena dia bisa membuat Ranti merasa bahagia dengan dirinya yang tidak lagi menjaga jarak dengan istrinya itu.Ranti langsung saja menuruni ranjang, berjalan ke arah Niko tanpa sehelai be
Ranti memegang perutnya.Dia berharap akan ada benih dari Niko yang segera tumbuh di dalam dirinya secepatnya.Agar rasa bersalah akibat keguguran itu bisa membuatnya menjadi lebih baik.Karena sampai detik ini pun dirinya belum bisa memaafkan dirinya sendiri.*****Pagi harinya Ranti bangun lebih awal.Dia benar-benar merasa memiliki kewajiban untuk mengurus segala keperluan suaminya.Bahkan pagi ini dia begitu sibuk dengan urusan dapur.Membuatkan sarapan untuk suaminya, karena Niko terbiasa dengan sarapan pagi.Sehingga mulai pagi ini dan seterusnya Niko hanya akan memakan masakannya saja.Masakan yang dia masak dengan penuh cinta."Anak, Bunda sedang apa?" Tias baru saja sampai di dapur.Tetapi, dia sudah melihat putri bungsunya berada di dapur.Tias pun melihat anaknya tengah memasak nasi goreng."Bikin sarapan buat Niko, Bunda," jawab Ranti."Begitu?" Tias pun tersenyum bahagia mendengar jawaban putrinya.Karena Tias sangat suka dengan seorang wanita yang selalu memperhatikan su
"Kak Asih, hamil lagi," kata Ranti yang baru saja memeriksa keadaan, Kakak iparnya tersebut."Hamil lagi?" tanya Tias yang syok mendengarnya."Hu'um," Ranti pun menganggukkan membenarkan apa yang dikatakan oleh Tias.Kemudian kembali duduk di samping Niko, "Kamu mau tambah?" "Sepertinya begitu," jawab Niko yang ingin membuat Ranti bahagia karena dia memakan makanan tersebut.Padahal sebenarnya Niko sudah tak ingin melanjutkan makanannya karena pembicaraan barusan sungguh membuatnya merasa kehilangan nafsu makannya."Terima kasih," Niko tersenyum pada Ranti setelah selesai mengisi piringnya dengan makanan."Sama-sama," Ranti pun tersenyum pada suaminya itu."Tapi, dia baru melahirkan 3 Bulan yang lalu," kata Tias lagi.Tias kembali membahas tentang Asih, karena dia masih terlalu terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Ranti barusan."Ya, itu kenyataannya, Bunda," kata Ranti lagi, "atau nanti biar, Niko yang periksa supaya hasilnya lebih akurat.""Ya, ampun," Tias pun mengusap wajahnya
Ranti pun mengantarkan Niko hingga di pintu utama.Karena Niko harus bekerja.Sebenarnya Ranti ingin ikut, tapi dia harus masak dan nanti akan mengantarkan makan siang untuk suaminya itu.Sehingga biar Niko saja yang duluan pergi ke rumah sakit.Benar-benar menikmati statusnya yang menjadi seorang istri."Aku pergi," pamit Niko."Kamu nggak mau kiss aku dulu gitu?" tanya Ranti dengan senyuman.Niko pun tersenyum mendengar ucapan Ranti, rasanya dipagi ini sangat banyak berbeda.Terutama dengan perhatian Ranti terhadap dirinya.Mulai dari Ranti yang mempersiapkan pakaiannya, membantu memakai pakaiannya, membuat sarapan, bahkan mengantarkan dirinya hingga di depan pintu.Kemudian Ranti pun meminta sedikit kecupan hangat dari dirinya.Hingga Niko pun segera mencium bibir istrinya itu dengan penuh kehangatan.Huuueekkk!Barra yang baru saja keluar dari rumah dan menyaksikan itu sengaja muntah.Dia harus buru-buru menuju kantor, tapi malah mendadak mual karena melihat dua orang yang tengah
Sepanjang perjalanan pulang perasaan Niko tidak baik-baik saja.Itu karena Ranti yang tampak begitu bersemangat memikirkan seorang anak."Niko, berhenti sebentar," pinta Ranti sambil menunjuk sebuah tempat perbelanjaan.Niko pun segera menurut dengan segera menepikan mobilnya.Sesaat kemudian Ranti pun turun bersama dengan Niko yang menemaninya.Saat keduanya berjalan masuk tiba-tiba saja seorang balita memegang tas Ranti.Membuat Ranti pun harus menghentikan langkah kakinya."Maaf Mbak, anak saya memang begitu. Dia selalu memegang apa saja yang bisa dia gapai," kata Ibu si balita tersebut.Merasa tak enak dengan apa yang dilakukan oleh anaknya.Tidak ada kemarahan sama sekali di wajah Ranti, yang ada dia tersenyum melihat wajah balita tersebut."Wah, dia sangat menggemaskan sekali," Ranti pun memegang tangan balita tersebut.Ranti benar-benar sangat gemas akan anak itu."Tidak apa, lagipula dia sangat cantik sekali," lagi-lagi Ranti memuji anak tersebut."Kami permisi."Ranti pun ter
Ranti pun segera menuju kamar mandi, tapi sampai di depan pintu kamar mandi dia menoleh pada Niko."Mau mandi sama-sama?""Aku nanti saja, aku sedang lelah," tolak Niko.Ranti pun mengangguk kemudian dia segera masuk ke dalam kamar mandi.Jika Niko beralasan lelah tentu saja dia harus mengerti.Karena, Ranti benar-benar ingin membuat Niko nyaman bersama dirinya.Sedangkan Niko tahu alasan Ranti mengajaknya mandi bersama.Tentunya Ranti tahu kelemahan dirinya, jika sudah mandi sudah pasti itu akan terjadi.Sedangkan Niko saat ini sedang menghindari, dial merasa harapan yang diinginkan oleh Ranti hanyalah semu.Karena, Niko telah melakukan suntik untuk membuat sel telurnya tak bekerja.Ini tidak mudah.Tetapi, Niko jauh lebih menginginkan hidup bersama Ranti dari pada mencari wanita lain untuk mendapatkan anak.Dia sudah terlanjur cinta kepada istrinya itu, sehingga tak ada keinginannya untuk pergi dan beralih pada lain hati.Tanpa terkecuali.Hingga tak terasa Ranti pun selesai mandi,