Share

Chapter 03

"Cih! Baru ketemu, udah akrab banget, sampai sahabatnya sendiri dilupain!"

Reina sengaja tidak menjawab panggilan masuk dari kedua sahabatnya. Dia masih kesal lantaran berada di kubu Om Duda alias Alex. Padahal baru bertemu, tapi kok sudah setuju-setuju saja?

Kenapa pula mereka tidak bisa menerima hubungannya dengan Andre?

Dari dulu yang ada hanya penolakan. Saat Reina menceritakan kegiatannya dengan Andre pun, mereka hanya mendengarkan seadanya. Tidak terlalu menaruh perhatian. Seolah membiarkan Reina berada dalam jaring tak kasat mata bernama Andre.

Tidak terasa pun, Pak Pram sudah datang lagi. Menangih jawaban yang sangat tak ingin diutarakan. Namun sesungguhnya, jawabannya tidak cukup berarti. Segalanya sudah diatur. Tepat malam ini, lamaran akan dilangsungkan.

Pak Pram sekadar bertanya hanya untuk memuaskan rasa kecewa akibat tidak pernah ditanyai apa pun soal perjodohan ini.

"Pak Pram kayaknya setuju ya? Kalau saya menikah sama Om Duda itu."

Alis kanan Pak Pram terangkat tinggi. "Nona sudah tau kalau dia duda? Padahal saya baru mau kasih tau Nona sekarang ini."

"Saya sudah tau, Pak. Soalnya kemarin nggak sengaja makan di restorannya, ketemu dan bicara soal statusnya. Tapi serius deh! Kenapa Papa malah mau menikahkan saya sama duda sih?"

"Saya juga tidak tau alasan pastinya, Nona. Tapi dugaan saya, Nona akan tau alasannya setelah menikahi Tuan Alex. Lagi pula, Tuan Besar tidak akan memilih berdasarkan insting belaka. Mungkin di mata Tuan Besar, memang Tuan Alex merupakan sosok suami yang sempurna untuk Nona Reina."

Reina memejamkan mata. Pusing sekali memikirkan perjodohan ini.

Begitu Pak Pram pamit pulang, Reina memandang foto keluarganya yang terpampang begitu besar di ruang keluarga. Dipandanginya sang papa, setetes air mata pun jatuh dengan sendirinya.

"Kenapa, Pa? Kenapa Papa memilih Om Duda itu dari sekian banyaknya laki-laki yang ada di dunia ini?"

•••••

"Kamu cantik, Reina."

Manik cokelat milik Alex menatap Reina begitu dalam. Lelaki itu terpukau dengan kecantikan gadis di sampingnya yang sedang berdiri dengam balutan dress merah muda itu. Sejujurnya, laki-laki itu ingin sekali mengelus rambut halus Reina. Namun, entah mengapa dia menahannya.

Pagi itu, hari lamaran Alex dan Reina dilangsungkan di salah satu restoran milik Alex. Tim penyelenggara sudah dibentuk jauh-jauh hari oleh almarhum Hindrawan. Acaranya berjalan sederhana namun khidmat. Ibu dari Alex, yang hidup seorang diri itu mengagumi dirinya. Berulangkali menenangkan Reina yang diserang gugup.

"Cantik sekali kamu, Nak Reina. Kalau kayak begini, nggak heran kalau Alex bakalan jatuh cinta sama kamu setiap harinya." Puji Bu Nora, calon mertuanya.

Reina tersenyum dan memgucapkan terima kasih. Meskipun ikatan antara dirinya dan Alex terpaksa harus diakui, Reina sangat bersyukur karena pihak kelusrga Alex yang bersikap baik padanya.

Gadis itu kini mengalihkan pandang ke dua sahabatnya yang sudah berdiskusi dengan Alex di depan meja panjang. Entah apa yang mereka bicarakan, Reina agak kesal tidak diajak. Namun apa boleh buat, memang dia sendiri yang sengaja menjauhi keduanya.

Tiba-tiba, Reina teringat cerita dari mertuanya mengenai Alex. "Alex menjadi duda karena istri pertamanya telah berpulang, Nak. Dulu, tepat satu tahun setelah pernikahannya, Alex benar-benar terpukul dan menangis habis-habisan karena ditinggalkan oleh istrinya yang terkena kanker serviks."

Alex dan mantan istrinya menikah di usia 25 tahun. Lalu laki-laki itu menjadi duda tidak lama setelahnya, ketika dia baru memasuki usia 27 tahun.

Reina mengamati Alex. Rupanya laki-laki itu telah menduda pada waktu yang begitu lama. Satu dekade lebih. Mungkin karena kepergiaan mantan istrinya, tentunya meninggalkan luka yang besar dan dalam. Sejenak, Reina merasa kasihan terhadap laki-laki itu.

Bagaimana jika ternyata laki-laki itu masih mencintai mantan istrinya, dan dia juga terpaksa menikahinya karena permintaan mendiang papanya? Ah, seketika rasa bersalah memenuhi Reina.

Tak enak hati, Reina pun menghampiri Alex yang masih berbincang dengan sahabat-sahabatnya. Diam-diam, gadis itu menggerakkan tangannya dan menggenggam tangan Alex perlahan, membuat mata dua sahabatnya membulat sempurna.

Namun, itu belum apa-apa. Hal selanjutnya justru membuat mulut Rendi dan Tara menganga sempurna. Reina, gadis yang tak begitu suka dengan sentuhan fisik selain dengan pacarnya, justru menjijitkan kakinya dan membisikkan suatu kalimat kepada Alex yang bisa didengar oleh keduanya.

"Om, ikut aku ke ruangan yang kosong."

•••••

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hardi Yanti
Mantap saya suka cerita nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status