Share

Chapter 05

Author: Hannfirda
last update Last Updated: 2023-09-30 22:04:18

"Lha kalau aturannya kayak gini, kapan pisahnya, Om?" Reina membelalakkan matanya ketika membaca selembar kertas yang diberikan oleh Alex. Bahkan, laki-laki itu sudah menandatanganinya, tersisa space kosong di sampingnya untuk tanda tangan Reina.

Siang itu, sang duda tampan alias calon suaminya itu datang ke rumah untuk membicarakan apa saja yang akan mereka lakulan semasa menikah nanti.

Reina hanya bisa tertawa kecil saat membaca poin-poin yang ditulis Alex. Jangan bawa orang lain (termasuk pacar) ke rumah, menjaga privasi masing-masing, jangan lupa untuk akting layaknya suami-istri di depan keluarga dan orang banyak, jangan membocorkan rahasia pernikahan palsu kepada siapapun, dan jangan sampai terpikat dengan pesona Alex.

Sebenarnya Reina mau tertawa terbahak-bahak begitu melihat ketentuan terakhir. Biarpun Alex itu om-om yang tampak muda, Reina tidak akan kepincut akan pesonanya. Dia sudah memiliki Andre. Selamanya akan seperti itu.

"Kita tunggu waktu yang tepat," kata Alex, mengambil lembar ketentuan yang baru saja ditandatangani oleh Reina. "Pokoknya, tidak boleh terlalu cepat, Reina. Kasihan juga Pak Pram yang bakal mondar-mandir. Selain itu, jangam sampai ibu saya bisa curiga, karena beliau tau betul gimana sifat saya selama ini terhadap perempuan dan pernikahan."

Reina manggut-manggut. Dia sudah bisa mengira. Tanda tanya terbesar pasti berasal dari Bu Nora yang notabene-nya merupakan ibu dari Alex, sekaligus calon mertuanya.

"Soal alasannya, mudah! Bisa dibuat-buat kalau memang sudah waktunya kita berpisah. Misalnya kamu yang masih kangen rumah orang tua, nggak bisa tidur di kamar baru, atau ... masih cinta setengah mati sama pacar kamu itu."

Reina mendelik tak suka. "Alasannya kenapa menjelek-jelekkan saya semuanya? Kok kayaknya kamu sempurna begitu?"

"Ya kan memang kamu kayak gitu." Alex berkata tanpa beban. "Kayaknya kamu cinta mati banget sama pacarmu."

"Dih! Tau dari mana? Kenal aja baru, kok menyimpulkan sendiri kayak gitu! Oh! Apa jangan-jangan dapat pencerahan dari Tara dan Rendi? Astaga, kamu percaya sama ucapan mereka?"

Reina memelototi Alex. Entah mengapa, Alex jadi salah tingkah saat pelototi seperti itu. Padahal Reina cuma gadis kemarin yang sedang berada dalam lingkaran asmara bersama pacarnya.

"Hm, saya percaya kepada mereka, karena mereka sudah mengenalmu cukup lama. Selain itu, tampaknya mereka memang tidak berbohong." Ucap Alex, mengangkat bahunya.

"Dih? Kamu tuh harusnya lebih percaya sama calon istri kamu, bukannya sahabat aku!"

Alex bergidik. Sejak kapan mereka menyebut dengan 'aku-kamu'? Terdengar begitu akrab. Seolah sedang melakukan pendekatan sebelum menjadi sepasang suami-istri.

Tapi mereka memang akan menikah dalam waktu dua pekan lagi kan?

Alex mendengus lelah. Laki-laki itu beranjak, hendak pulang dan menenangkan diri sebelum dunianya berubah. Sesungguhnya memang sudah jungkir-balik sejak dia mengetahui kenyataan yang tiba-tiba ini.

"Mau ke mana?" tanya Reina dengan polosnya.

"Pulang, Reina. Bagaimanapun, saya juga bukan pengamgguran." Alex tak menoleh, sebab laki-laki itu tengah mencari kunci mobilnya.

"Oh iya?" Reina memiringkan kepalanya. "Kerjaanmu apa aja sih ... Mas?"

Seketika Alex membeku. Panggilan itu lagi. Diliriknya Reina yang memandangnya dengan binar penasaran. Mungkin efek karena tidak pernah dekat dengan perempuan, dipanggil begitu saja, Alex kelimpungan dalam merespons.

"Kamu bakalan tau kalau udah waktunya."

"Waktunya kapan?"

Alex memejamkan mata, menahan diri. Apakah gadis itu benar-benar tidak paham? Dan entah mengapa, sosok Reina terlihat begitu menggemaskan dalam balutan daster bermodel yang terdapat kerutan pada bagian pinggangnya.

"Ka-kamu memang suka pakai daster?"

"Ha?" Reina melihat dirinya sendiri. "Kenapa jadi bawa-bawa daster? Tapi—ya! Aku memang suka pakai daster kalau di rumah. Kalau tidur juga enak, ada angin yang ma—"

Reina membungkam mulutnya sendiri. Cukup dirinya dan para perempuan di muka bumi ini saja yang tau apa kelebihannya sebuah daster.

"Intinya, aku suka daster."

"Kalau begitu, besok bakal saya belikan yang banyak buat kamu."

"Serius?"

"Iya ...."

Alex menyambar kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja. "Saya pulang dulu."

"Oke! Nggak perlu ditemani sampai depan kan?"

"Kamu pikir saya anak kecil?"

"Lho? Kan besok kalau jadi suami-istri kayak gitu, aku temenin sampai depan, iya nggak sih?"

Alex menggeleng tak percaya. "Bukannya kamu nggak setuju sama pernikahan ini."

"Setelah tau ada rencana tersembunyi, kayaknya nggak buruk-buruk amat. Yang penting, kebebasan itu beneran ada pas kita nikah nanti."

"Jangan khawatir, Reina." Nada bicara Alex berubah serius. "Saya nggak bakal mengekang kamu, tapi saya janji akan membantu kamu buat meneruskan usaha Papa kamu yang lagi butuh bantuan ini."

"Ah ... apa itu juga permintaan terakhirnya Papa?"

"Yah, anggap aja begitulah!" teriak Alex berbalik dengan raut yang tak dapat diartikan.

Belum sempat laki-laki itu masuk ke dalam mobilnya, sebuah mobil lain datang menghampiri keduanya, membangunkan firasat buruk di sekujur tubuhnya.

"Lho? Siapa ini?"

•••••

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Manja Om Duda   [Bonus Chapter] Melangkah Bersama

    Empat tahun setelah kelahiran Nayra, Alex dan Reina mendapatkan kabar bahwa mereka sedang mengandung anak kedua. Alex yang sudah dilanda bahagia, kian senang saat mendapati istri manjanya itu akan memberikan anak lagi.Ah, tapi tidak juga. Sekarang Reina sudah tak semanja dulu. Sejak melahirkan Nayra, rasanya Reina menjadi sosok lain yang mampu menghangatkan hati orang hanya dengan melihatnya saja. Ibu. Ya—Reina telah berubah menjadi seorang ibu yang secara perlahan meningkatkan kepedulian serta tanggungjawabnya untuk merawat dan membesarkan bayi mungil mereka.Pada beberapa kesempatan, Alex terpana. Dia seperti menikahi sosok Reina yang berbeda dari yang sebelumnya. Sebab Reina yang dilihatnya setiap hari jelas berbeda dari Reina yang biasa bergelayut manja padanya. Sempat pada beberapa malam, Alex mendapati istrinya itu menangis usai menidurkan Nayra. Detik itu, Alex mencari apa saja yang dialami seorang ibu ketika baru melahirkan. Ternyata, ada yang dinamakan baby blues. Pada satu

  • Istri Manja Om Duda   [Bonus Chapter] Nayra

    Pagi hari yang damai, Reina sedang merajut di teras rumahnya. Alex telah pergi ke kantor setengah jam yang lalu, maka Reina memanfaatkan waktu tersebut untuk meningkatkan keahlian merajutnya sebelum berkontak dengan Felia dari rumah konveksi.Kehamilannya telah memasuki minggu ke-8. Belakangan Reina jadi susah bergerak, lebih mudah kelelahan. Maka dari itu, Reina memutuskan untuk duduk kalem sembari merajut sesuatu yang bisa mendistraksi pikirannya dari hal-hal buruk.Melupakan ponselnya yang tertinggal di kamar, Reina beranjak untuk meminta Alex memberikan benang rajut yang baru. Kalau tidak diingatkan sekarang, atau paling tidak menyisipkan pesan, suaminya itu akan lupa. Kesibukan yang melanda perusahaan turunan dari sang papa sedang kelewat sibuk. Bahkan sudah dua minggu ini, Alex pulang larut malam."Di mana ya?" Reina mengedar pandang sesampainya di kamar. Terakhir kali, dia menyembunyikan ponsel di salah satu laci nakas samping tempat tidur, sebab tak mau diganggu saat sedang be

  • Istri Manja Om Duda   Chapter 110 - Tamat

    Kejutan yang dipersiapkan Alex bukan hanya yang Reina alami seharian ini saja. Melainkan, suaminya itu tengah menyodorkan layar ponselnya yang memperlihatkan pembayaran dua buah tiket penerbangan ke Singapura. Reina menganga sehingga Alex harus menutup mulut istrinya itu secara perlahan. "Mas? Tadinya aku yang mau kasih kejutan, tapi malah Mas yang kasih kejutan dulu ke aku." Reina memindai tiap kata yang tertera pada layar ponsel sang suami. "Kok mendadak sih, Mas?"Alex mengendikkan bahu. Walaupun tidak bisa fokus lantaran penampilan Reina saat ini terlalu menggoda, dia berusaha untuk menjawab. "Benar kata Ibu, Reina. Ada benarnya kalau kita berbulan madu selagi perut kamu belum terlalu besar. Sebenarnya Mas nggak masalah, kalau kamu mau berbulan madu saat menginjak trimester ketiga. Cuma takutnya Mas yang merasa nyaman dengan bulan madu itu, tapi enggak buat kamu."Reina mengelus perutnya yang berada di balik balutan gaun malam tipis—omong-omong, dia baru membelinya sore ini denga

  • Istri Manja Om Duda   Chapter 109

    Reina tidak pernah ingat jika suaminya itu memiliki spasi tanpa atap pada ruangan khusus yang dimiliki di lantai dua. Ciuman keduanya yang berada di tangga harus terputus, sebab Tara melihat dari kejauhan dan berseru akan melemparkan piring kalau tidak mencari ruang terlebih dulu untuk melakukannya."Mas?" Reina berhenti melangkah. "Ini semua, Mas yang mempersiapkannya?"Alex mengendikkan bahu. "Enggak tau ya? Memangnya Mas bisa mempersiapkan semua ini di sela kesibukan yang menyerang Mas di kantor?"Reina mencebikkan bibirnya. Seingatnya, ruangan terbuka ini tak pernah ada. Ditilik dari cat kayu yang melapisi sebuah set meja bundar dan sepasang kursi pada tengah bagian, semuanya terlihat baru saja selesai dibangun. Begitu juga dengan sofa panjang berwarna cokelat yang terendus aroma barang baru saat Reina melewatinya."Ah satu lagi," Alex mendekat, lalu meletakkan kedua tangannya pada pinggang Reina. "Apa kamu tau seberapa cemasnya Mas selama beberapa hari ini, Sayang? Mas nggak bisa

  • Istri Manja Om Duda   Chapter 108

    "Maaf, Reina."Reina memberanikan diri untuk menatap lawan bicaranya. Terkesan tidak sopan bila dia mengalihkan pandang selagi Gilang mengatakan sesuatu dengan bersungguh-sungguh. Belum selesai, Gilang melanjutkan kalimat yang berasal dari hati paling dalam."Seperti yang kamu lihat, aku juga menjadi bagian dari rencana yang diperbuat oleh Pak Alex dan dua sahabatmu itu."Tadinya Reina mau mengumpat, bahwa dua sahabatnya itu turut menjadi tim perencanaan. Namun dia urung, sebab masih berada dalam atmosfer lain yang Gilang ciptakan. Dan entah mengapa, dia merasakan satu titik kelegaan yang mengisi selubung di antaranya dan Gilang. Reina tak merasa terancam seperti dulu lagi. Situasi sudah berbeda, sehingga Reina tak perlu tertekan."Maaf karena sudah membuat kamu kesal belakangan ini, Reina. Hanya itu satu-satunya cara, supaya aku juga bisa melihat betapa besar kesungguhan yang kamu punya atas cinta suami kamu." Ucap Gilang. "Yah, tapi asal kamu tau, sebagian besar yang aku ucapkan itu

  • Istri Manja Om Duda   Chapter 107

    Reina mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Barangkali saja salah mendengar, Reina menajamkan pendengaran, memastikan bahwa suara yang baru didengarnya merupakan khayalan belaka. Satu menit tak tersiar suara apa pun, Reina mengembuskan napas perlahan."Ternyata memang cuma khayalanku aja," wanita itu tersenyum kecut, seraya mengelus perutnya. "Pasti gara-gara semalam kurang tidur.""Apa? Kamu kurang tidur?"Reina terlonjak. Suara itu kembali menyapa telinga, namun kini dia berbalik, menghadap seseorang yang berdiri tepat di belakang sofa. Untuk beberapa saat, Reina tak bisa memercayai penglihatannya. Dunia seakan berhenti berputar, membuat Reina kepayahan untuk berkata-kata, sedangkan kedua matanya mulai memburam dengan sendirinya.Seseorang yang berdiri di belakang sofa lantas bergerak pelan, menghampiri Reina yang mematung dengan penuh kelegaan. Dalam satu tarikan napas, Alex memeluk Reina—sangat erat. Reina bergeming. Belum mampu mencerna segalanya dengan cepat, lantaran dia merasa ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status