Share

Chapter 06

"Siapa ini?!"

Reina memejamkan mata sejenak, sementara Alex tetap berdiri tegap memandang Andre tanpa minat. Tidak mau menjawab pula meski Andre menghunuskan tatapan tajam dan raut permusuhan yang membabi buta.

"Eh, sayang!"

Alex berjengit. Cara Reina memanggil Andre begitu lembut dan menggoda—entah bagaimana bisa-bisa dia berpikir demikian.

"Ini siapa, Re? Kamu selingkuh? Sama om-om?"

Sekuat tenaga, Alex menahan diri untuk tidak menghadiahi kepalan tangannya ke wajah Andre. Baru bertemu beberapa detik saja, Alex setuju dengan pendapat Tara dan Rendi yang mengatakan jika Andre tidak pantas untuk Reina.

"Reina? Siapa om-om ini? Jangan bilang kalau kamu jual—"

"Saya calon suaminya."

Sebelum Andre meneruskan kalimatnya, Alex memberikan pernyataan yang membuat laki-laki di hadapannya itu kaget bukan main. Begitu juga dengan Reina yang mengutuki Alex dalam hati lantaran langsung berkata tanpa sambutan dulu.

"Apa? Calon suami?" Andre menatap Reina tajam, sehingga Alex berpikir bahwa tatapan tersebut bisa menguliti Reina hidup-hidup. "Kenapa kamu malah nikah sama m-om, Re? Apa gara-gara aku belum bisa kasih kepastian soal rencana pernikahan kita? Tapi aku pikir kamu masih berduka, Re. Sekarang kamu malah mau nikah sama om-om yang nggak kamu kenal ini?"

Alex mundur selangkah ketika telunjuk Andre makin maju ke arahnya. Sementara itu, Reina tampak kepayahan untuk melayangkan jawaban yang mampu mengusir amarah Andre.

"Dengar!"

Alex menyadari kebingungan Reina, maka dia mengajukan diri untuk menjelaskan dari awal sampai pada ketentuan yang baru saja mereka bicarakan. Perlahan, tampaknya Andre mampu menenangkan diri.

Keduanya duduk di teras, ditemani Reina yang berdiri di ambang pintu rumah harap-harap cemas. Gadis itu takut, Andre tidak mau menerima kenyataan baru ini. Dia takut kehilangan Andre, sebab hanya pacarnya itulah yang mampu mengerti seluruh perasaanya sejak dulu.

Selesai dengan penjelasan yang telah mencangkup segalanya dengan jelas, kedua laki-laki itu terdiam. Alex meminum teh hangat yang beberapa menit lalu dibawakan oleh salah satu pembantu.

"Jadi, sampai kapan pernikahan ini berlangsung?"

"Sampai Perusahaan Hindrawan kembali stabil. Tidak ada alasan lagi setelah itu, karena saya menyetujui pernikahan ini hanya untuk membalas jasa Pak Hindrawan. Begitu juga dengan pinjaman uang dalam jumlah banyak yang beliau berikan pada saya dulu."

Andre kembali berpikir. Rautnya sudah tidak mengeras seperti tadi. Dalam hati Reina bersyukur Alex belum pulang. Jadi dia tidak perlu kewalahan menjelaskan segalanya pada Andre.

"Reina benar-benar diberi kebebasan kan? Anda tidak berbohong?"

"Untuk apa saya berbohong? Biarpun kami sudah menikah nantinya, kalian tetap bisa bersama. Asal jangan sampai terlihat oleh orang-orang yang mengetahui pernikahan ini saja, dan carilah tempat kencan lain."

Andre manggut-manggut. "Oke! Tepati janji Anda itu, dan saya mohon, jangan sampai Anda jatuh cinta dengan pacar saya ini!"

Alex mendecih. "Saya tidak akan jatuh cinta dengan gadis manja seperti Reina. Kamu tak perlu khawatir."

"Oh, kalau begitu, seharusnya Anda menikah dengan Tara saja. Dia kan janda."

Plak!

Tawa Andre yang baru setengah jalan itu terhenti oleh pukulan ringan dari Reina. Gadis itu memelototinya. "Dia sahabatku lho, Sayang! Enggak seharusnya kamu buat bercanda statusnya sekarang ini."

"Ck! Iya-iya, maaf."

Alex mengembuskan napas puas. Akhirnya urusannya dengan sepasang manusia di hadapannya telah usai. Kini, dia bisa pulang dan kembali pada tujuan awalnya.

•••••

"Saya terima nikahnya Reina binti Hindrawan dengan mas kawin emas 500 gram dibayar tunai."

Alex mengucapkan akad dengan satu tarikan napas. Awalnya laki-laki itu tetap gugup, meskipun ini adalah yang kedua kalinya Alex berurusan dengan acara pernikahan.

"Sah?" tanya penghulu di depan para tamu.

"SAH!" Suara banyak orang seketika memenuhi ruangan, menandakan hari dimulainya bahtera rumah tangga antara Alex dan Reina.

Reina melirik ke arah mertuanya. Gadis itu bisa menyaksikan, air mata yang diuraikan Nora di wajahnya. Entah mengapa, ada kebahagiaan tersendiri dalam dirinya ketika menyaksikan senyuman mertuanya. Pasalnya, antusiasme wanita itu meluap-luap dari beberapa hari sebelumnya. Tampaknya Bu Nora senang sekali dengan kehadiran Reina dalam kehidupan anak laki-lakinya itu—meski terpaksa.

Tak hanya itu, manik Reina kini mengarah ke Rendi dan Tara. Dua sahabatnya itu tersenyum tulus, ketika melihat Reina yang kini sah menjadi istri Alex. Bahkan, bisa dikatakan, dua sejoli itu lebih bahagia ketimbang Reina sendiri. Mereka berdua selalu meyakinkan Reina untuk tak mundur dari pernikahan ini. Apa boleh buat, Tara dan Rendi sudah terlalu terpikat dengan spek Alex yang "bagaikan Dewa", katanya.

Acara akad pernikahan pun selesai, ditutup dengan Reina mencium tangan Alex yang kekar itu secara perlahan. Sebelumnya Reina tak pernah sadar, namun setelah gadis itu mengamati Alex kembali, om-om itu terlihat semakin bersinar ketika menggunakan jas pernikahannya.

"Saya pikir, hari lamaran kita adalah hari kamu terlihat paling cantik tapi ternyata saya salah." Ucap Alex setelahnya, sembari mengusap rambut Reina perlahan, tak ingin merusak hiasan di atas kepalanya.

Sontak, Reina tersipu malu. Bagaimana bisa om-om yang sebelumnya menghardik dirinya, bahkan mengatakan dirinya manja, kini justru berucap seperti iru? Atau ... ini adalah salah satu trik darinya karena mereka berdua berada di keramaian?

Reina pun menyeringai. Gadis itu melambaikan tangannya, meminta Alex untuk menundukkan kepalanya agar Reina bisa membisikkan sesuatu.

"Cih, gombal! Kalau kamu bilang kayak gitu demi dapat jatah malam pertama, nggak usah berharap deh!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status