Setelah menjenguk Meli, Alex dan Askara pergi ke kediaman Alex. Askara memang sering main ke rumah Alex tapi sebelum Meli memutuskan untuk tinggal bersama dengan Alex.
Saat Askara ingin ke dapur untuk mengambil minum, dari kejauhan terlihat Bi Ayem sedang mencuci peralatan masaknya dan piring-piring kotor.
Doooorrr Teriak Askara sambil menepuk Bi Ayem.
“Ih si Aden bikin jantung bibi mau copot aja,” ucap Bi Ayem.
Askara hanya menyengir saja.
“Aden baru keliatan, kemana aja atuh, Den?” tanya Bi Ayem.
“Hehehe abis kalau mau kesini males ada Meli. Yang ada saya jadi nyamuk entar,” ujar Askara.
“Si aden bisa aja. Makanya atuh Den cari pacar. Tapi cari pacarnya jangan seperti Non Meli ya Den hehe," ujar Bi Ayem.
“Si Bibi bisa aja. Ya enggak lah ogah saya Bi pacaran sama nenek sihir,” bisik Askara.
"Hehehe Si Aden bisa aja. Gitu gitu Tuan Alex demen, Den."
“Dia aja yang lagi Bucin hahahaha... By the way Bi, laper nih ada makanan apa?” tanya Askara.
Dilihatnya ada Semangkuk sayur sop dan Ayam goreng disana.
“Wahhh,,, makanan enak nih kayaknya,” ucap Askara sambil langsung mencicipi masakan tersebut.
“Eh Aden, itu punya Alice Den,” ucap Bi Ayem.
“Emm enak ko Bi. Enak banget malah. Kuahnya seger banget ayam gorengnya juga pas terus kriuk lagi,” ucap Askara.
Alice berjalan kedapur untuk membantu Bi ayem.
“Haii, kamu Alice, kan? Maaf ya makanan kamu aku makan. Dikit doang ko aku laper soalnya,” kata Askara pada Alice yang berjalan melewatinya.
Alice yang diajak bicara oleh Askara hanya diam saja, Ia justru terlihat sibuk dengan mengelap piring dan gelas yang sudah dicuci oleh Bi Ayem.
“Ko diem aja, padahal aku gak gigit loh,” ucap Askara. “Gak kayak Alex,” bisik Askara.
“Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Alice.
“Tuan? Emang aku keliatan udah tua banget ya? Panggil aku Askara aja,” ucap Askara.
“Jangan Tuan, Tuan Askara kan temannya Tuan Muda jadi saya gak pantes jika hanya memanggil nama saja, Tuan.” Ucap Alice.
“Ya sudah kalau begitu panggil aku kak, Kak Al atau Kak Askara. Aku rasa aku lebih tua dari mu,” usul askara.
“Tapi Tua..” ujar Alice yang langsung dipotong Askara.
“Kak Askara. Susah banget emang ya?” tanya Askara.
“Baik Kak,” jawab Alice dengan senyuman kecil.
Sambil Alice mengerjakan pekerjaan rumahnya, Alice dan Askara berbincang bincang. Mereka membicarakan banyak hal. Mereka layaknya orang yang sudah mengenal lama. Tak jarang karena sifat ramah, periang dan tingkah lucu Askara yang membuat Alice tertawa.
Tidak berselang lama kemudian terdengar suara langkah kaki seseorang yang sedang menuruni anak tangga.
Alex tersenyum miring.
Apa apan ini, aku kan membawanya kesini untuk menyiksanya. Mengapa dia malah asik tertawa Bersama Askara ? Ingat gadis bodoh, aku tidak akan melepaskanmu.~ terang Alex.
Ekhemmm
Suara itu seketika menghilangkan senyum keceriaan di wajah Alice.
“Kebetulan ada kamu Lex. Aku mau nginep disini ya. Aku kan udah lama gak nginep disini,” ujar Askara sambil menaik turunkan alisnya.
“Malam ini aku gak terima tamu apa lagi menginap!” ketus Alex
“Ayolah Lex. Kita kan temen, biasanya juga boleh. Lagian aku lagi males nyetir,” ucap Askara.
“Niko!” teriak Alex.
“Ya tuan,” ucap Niko yang langsung mendekat ke arah Alex
“Antar kan Askara pulang. Jika kau ada kerjaan, maka minta boy untuk mengantarnya pulang,” ucap Alex
“Ah kamu mah gak asik, Lex.” Ucap Askara.
Ni orang kesambet apa? tumben-tumbenan dia begini. Biasanya oke oke aja. Terus apa-apan ini dia ngusir aku? Sialan, masa berani-beraninya dia ngusir Bos dengan pemilik club terbanyak ini. Huft.. ~ Ucap Askara dalam hatinya.
“Dadah Alice. Besok kita ketemu lagi ya,” ucap Askara lalu melangkah meninggalkan mereka yang ada di dapur
“Besok juga aku gak terima Tamu!” teriak Alex yang masih didengar oleh Askara.
Saat Askara sudah hilang dari pandangannya. Tatapan tajam Alex mengarah kearah Alice. Lirikan yang tajam sehingga mampu menusuk tepat kedalam bola matanya.
“Kau gadis bodoh! ikut aku sekarang.”
Dengan paksa Alex menarik tangan Alice. Alex membawa Alice ke kamarnya. Dan melemparkan nya ke lantai.
“Udah kenyang ketawa-ketawanya? Aku gak suka lihat ketawamu itu, Ngerti! Tadi udah senang kan? Sekarang giliran penderitaan yang akan kamu tanggung malam ini gadis bodoh!” ucap Alex.
Dengan paksa Alex menyeret Alice ke kamar mandi milik Alice dan menekan kepalanya ke dalam kolam air yang ada disana.
Setelah sekian detik kepala Alice diangkat dengan menjambak rambutnya dan tak selang berapa detik di tekan lagi kepala Alice ke dalam kolam itu. Begitu seterusnya hingga berapa kali.
Setelah merasa puas tubuh Alice dihempaskan ke lantai kamar mandi.
“Aku gak suka liat kamu senang. Karena kamu sekarang kekasihku koma. Kalau enggak menjaga nama baik, nyawa kamu udah melayang di tangan aku, ngerti!” tegas Alex.
Alex pun keluar dari kamar mandi itu tak lupa ia menguci pintu kamar mandi yang berada di kamar Alice tersebut.
Alice hanya bisa menangis. Ia tak menyangka, mengapa nasibnya setragis ini. Kapan dirinya akan Bahagia?
Ternyata tinggal dengan mamah dan kakak yang tak menyayangi dirinya lebih baik di banding hidup dengan moster yang sembunyi dibalik status suami.
Suasana malam semakin malam. Alice semakin menggigil karena baju nya yang sudah basah karena perbuatan Alex tadi tapi tak kunjung diganti.
Bi Ayem yang tadi sempat melihat perlakuan tuan Alex pada Alice pun menjadi khawatir oleh keadaan Alice. Melihat mansion yang sudah sepi, dengan hati-hati Bi Ayem pergi ke kamar Alice.
Tapi saat akan menuju ke kamar Alice, Bi Ayem di kagetkan dengan kedatangan Niko yang ternyata ada didepan dirinya.
“Bibi ngapain ada disini?” Tanya Niko karena merasa heran dengan gelagat mencurigakan Bi Ayem.
“Aduh Niko, bikin Bibi kaget aja,” ucap Bi Ayem.
“Bibi kenapa ko jalannya ngendap ngendap gitu?” tanya Niko.
“Usttt jangan kenceng-kenceng.”
Bi ayem langsung menarik dan membawa Niko ke dapur.
“Tadi saya lihat Alice ditarik kekamarnya dengan paksa sama Tuan Muda. Tapi sampai sekarang Alice belum keluar kamar, saya khawatir Alice kenapa-kenapa,” ujar Bi Ayem dengan pelan-pelan dan berbisik.
“Tapi kalau kita bantu Alice nanti kita yang kena marah,” ucap Niko.
“Lebih baik kita lihat keadannya dulu. Saya takut Alice kenapa-kenapa,” ucap Bi Ayem.
Niko yang pada dasarnya kasian dengan nasib Alice pun kemudian membantu Bi Ayem untuk mengecek keadaan Alice yang ada dikamarnya.
Bi Ayem yang akan beraksi sedangkan Niko menjaga keamanan disekitar.
Dengan susah payah karena penjagaan yang bisa dibilang sangat ketat akhirnya Bi Ayem dan Niko bisa masuk ke kamar Alice.
Dilihatnya kamar Alice yang kosong.
Kemana perginya Alice? Padahal dengan yakin Bi Ayem tidak melihat Alice pergi kemana pun.
Melihat keadaan kamar mandi yang tertutup akhirnya Niko mencoba untuk mengecek kamar mandi tersebut.
Ternyata benar pintu kamar mandi itu terkunci dari luar.
Dengan cepat Niko pun membuka pintu tersebut. Dan tampaklah Alice yang sudah lemah, dengan badan yang menggigil sedang duduk di lantai kamar mandi. Niko pun langsung mengangkat tubuh Alice yang sudah pucat pasi. Badannya sungguh dingin.
Bi Ayem segera menyiapkan pakaian ganti.
“Biar bibi bantu Alice mengganti pakaiannya,” ucap Bi Ayem.Alice menghembuskan nafasnya kasar.”Tapi sayangnya kau memang sudah ditakdirkan menunggu, sayang. Karena saat ini aku sedang datang bulan. Jadi maafkan aku sepertinya malam ini kau kurang beruntung.” Alice berusaha menahan tawanya.”Ah sial.” Alex mengusap rambutnya kasar.…Pagi ini masih seperti biasa, Alice bangun terlebih dahulu. Ketika ia membuka kelopak matanya Ia melihat Alex yang masih nyaman dengan dunia mimpinya.Melihat wajah tampan milik Alex, Alice pun teringat akan kebohongan yang dilakukannya semalam.Sebenarnya Alice sangat merasa bersalah karena telah membohongi suaminya dan menolak untuk memberikan haknya sebagai istri. Tapi semua ini ia lakukan demi untuk membentengi hatinya agar tidak jatuh lebih dalam kedalam cinta semu yang ia sendiri tidak yakin akan terus menerus tumbuh dan mekar.Alice mengecup kening Alex, ”Maafkan aku.”Hari ini Alice ingin menghidari kakak beradik yang selalu membuat hartinya gudah. Ia ingin pergi, toh bukankah kini Alice sudah diperbolehk
Ketika berada di kantor tampak Brian sangat gelisah.”Kak, sepertinya aku kurang enak badan. Bolehkah aku pulang terlebih dahulu?” tanya Brian.”Tentu, pulanglah. Jangan lupa mampir ke apotik terlebih dahulu untuk membeli obat yang kau perlukan,” ujar Alex.”Iya Kak, Aku pamit.”Sesampainya di mansion milik Alex, Brian langsung mencari keberadaan Alice. Entah mengapa sedari tadi fikirannya selalu tertuju pada wanita yang sedari dulu singgah dihatinya itu hingga dirinya berani berbohong kepada sang kakak demi bisa menemui pujaan hatinya.”El,” panggil Brian yang melihat Alice sedang duduk di taman.Merasa dirinya dipanggil, Alice pun langsung menoleh ke sumber suara.Brian datang menhampiri Alice dan langsung memeluk Alice.”El, ayo kita pergi dari sini. Kita bangun keluarga kita bersama, El. Hanya ada kamu, aku dan anak-anak kita El. Aku gak mau kamu gak bahagia disini,” ucap Brian.”Lepaskan Iyen! Ingat, sekarang aku kakak iparmu!” Dengan sedikit kasar Alice melepaskan pelukan dari B
Pagi hari Alex dan Brian sudah berada di kantor.Hari ini Brian ingin mengunjugi perusahaan keluarga mereka yang sekarang dipimpin oleh sang Kakak dengan didampingi oleh Boy untuk mengawal mereka berdua.Alice diminta oleh Alex untuk tidak kemana-mana dan tetap berada di mansion.Seperti bisa Alice duduk di kursi taman sambil memandang bunga lily dengan tangannya yang memeang novel.Ia berencana ingin membaca novel kesukaannya, tapi entah kenapa mood membacanya pagi ini tak baik biasanya.”Boleh Aku duduk ?” Tanya Niko yang ternyata sudah berdiri di samping Alice.”Silahkan Kak.” Jawab Alice.”Aku rasa akhir-akhir ini Kau sedang bayak fikiran. Apakah Kau mau berbagi denganku ?” Tanya Niko.”Aku tidak apa-apa Kak. Mungkin hanya prasaanmu saja.” Ucap Alice berusaha menutupi perasaaannya.“Baiklah kalua Kau tidak mau jujur. Tapi bolehkah Aku bertanya sesuatu padamu ?” Tanya Niko kembali.”Tentu Kak.” Jawab Alice singkat.“Kemarin Aku melihat Tuan Muda Brian memelukmu di sini. Apa yang te
Ekhem.Suara Brian mengagetkan kedua sejoli yang tengah asyik saling menatap itu.”Sepertinya Aku menganggu.” Ucap Brian dengan sedikit penekanan.Melihat Brian yang mendekat dengan segera Alice hendak berdiri dari pangkuan Alex. Namun pinggang Alice ditahan oleh Alex.”Mana mungkin Kau menganggu ? Kau kan adikku. Siapa tau kau ingin belajar dengan kakakmu ini bagaimana cara memperlakukan wanita dengan romantis.” Ucap Alex yang dibalas dengan sedikit penekanan pula.”Oh ya ? Apa Kau sejago itu Tuan Muda Alex ?” Tanya Brian dengan nada sedikit sengit.”Kau kenapa ? Apa Kau sedang cemburu ?” Tanya Alex dengan senyuman miringnya.Tak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut Brian sehingga terciptalah keheningan diantara mereka.”Hemm Aku bari ingat kalau aku ingin membuat cookies bersama dengan Bi Ayem. Jadi Aku duluan ya.” Ucap Alice memencahkan keheningan itu.Saat Alice hendak berdiri, ternyata pinggangnya masih ditahan oleh Alex.”Buatlah Cookies yang enak dan buatlah dengan penuh r
Di dalam kamar, Alice sedang menangis. Air mata yang keluar dari matanya tak kunjung berhenti. Ia benar-benar merasakan hatinya sangat sakit. Bagaimana tidak, disaat hatinya mulai mencintai orang lain, kini masa lalunya justru datang untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka.Mungkin akan singkat jika masa depan dengan dan masa lalunya tidak saling kenal. Tapi kini masalahnya tidak sesingkat itu. Kisah ini menjadi rumit rumit karena antara masa lalu dan masa depannya merupakan 1 keluarga bahkan ditubuh mereka mengalir darah dari keturunan yang sama.”Apa yang harus Aku lakukan Tuhan ? Aku ingin sekali mengabaikan Iyen, padahal Aku sudah berusaha untuk melupakan masa lalu dan tidak menganggap kehadiran Iyen disini, tapi Apa yang Dia lakukan tadi ? Dia berusaha menyakinkan Aku, berusaha ingin meminta maaf. Satu yang Aku tidak bisa Tuhan yaitu menyakiti salah satu diantara mereka berdua. Kenapa Aku harus terjebak dikadaan yang seperti ini Tuhan.” Ujar Alice sambil men
Alice sedang berada di taman dengan menatap indahnya bunga lily yang berjejer ditaman itu. Bagi Alice dengan dirinya menatap bunga lily bisa sedikit menenangkan hatinya tapi tidak untuk kali ini.Kegundahan yang ada dihatinya tidak kunjung membaik.”Ya tuhan kenapa Aku harus berada diposisi seperti ini ? Ini terlalu sulit bagiku Tuhan.” Ujar Alice dengan suara lirih.Keadaan yang tak pernah memihak pada dirinya membuat Alice lelah. Sebisa mungkin dirinya harus menekan rasa cinta yang kini mulai tumbuh dihatinya untuk Alex, tapi disisi lain Alice harus menghadapi orang yang datang dari masa lalunya yang kisah diantara mereka belum selesai.Kisah masa lalu yang harus membuatnya bangkit dari sebuah luka yang yang teramat dalam, kini setelah dirinya bisa kembali merasakan cinta, justru cinta itu hadir pada orang yang salah. Yaitu pada laki-laki yang juga masih dimiliki oleh perempua lain dan merupakan kakak kandung dari masa lalunya.Terbesit fikiran bodoh dibenak Alice, adakah yang mau
”Jadi bagaimana istriku dimatamu ?” Tanya Alex saat mereka telah sampai di ruang kerja Alex.”Baik, lembut, perhatian, dan sangat cantik. Dia begitu sempurna.” Ucap Brian sambil membayangkan wajah wanita yang saat ini sudah menjadi kakak iparnya itu.”Ekhmm. Ku harap Kau menjawab itu bukan sambil membayangkan wajah istriku.” Ucap Alex.Deg.. Selalu saja kakaknya itu pandai menebak apa yang dia rasakan saat ini.”Hahaha mana mungkin aku berani memikirkan wajah kakak iparku sendiri Kak.” Ucap Brian.”Tenang adikku Aku hanya bercanda. Ya Kau benar, Dia memang sempurna itu yang membuatku tak mau melewatkan kesempatan untuk memilikinya.” Ucap Alice.”Sungguh ? Kau yakin pada pilihanmu ? Lalu bagaiman dengan Meli ? Apa yang akan Kau lakukan padanya saat Dia sadar dari komanya ?” Tanya Brian.”Masalah Meli Aku sudah memikirkan matang-matang. Aku sudah menetapkan pilihanku pada Alice maka Aku sudah siap untuk melepaskan Meli. Aku tidak akan menyakiti kakak iparmu Brian. Aku akan melepaskan Me
Ditengah keheningan yang mulai membuka kembali sebuah luka yang telah mengering, disaat yang bersamaan Alex tiba di mansion miliknya.Pemandangan pertama kali yang Alex lihat saat dirinya memasuki mansion miliknya adalah dua orang yang saling menatap sedangkan didalam tatapannya itu terdapat sebuah luka. Alex memang tak tau pasti namun dugaan itu mencuat ketika samar-samar Alex mendengar suara sesenggukan dari Alice.Namun sebisa mungkin Alex menyingkirkan perasaan itu semua.Ekhmm... Suara Alex memecah keheningan itu.Alice yang mendengar suara Alex seketika langsung menghapus air mata yang sudah membasahi pipinya.”Hati-hati dengan pandanganmu karena bisa saja jika Kau terlalu lama memandang istriku Kau akan jatuh cinta dengannya sama seperti Aku.” Ujar Alex menghampiri Alice dan Brian.Aku memang sudah mencintainya sejak dulu Kak, bahkan Aku masih mencintainya sampai sekarang. Aku yang lebih dulu mengenalnya dan bersamanya dibandingkan dirimu Kak ! Andai Aku bisa mengucapkan isi ha
Satu minggu telah berlalu, Alice mencoba untuk tetap kuat. Dirinya harus bangkit dan tidak boleh kalah dengan keadaan karena Alice percaya Tuhan akan memberikan ending cerita yang indah untuknya.Kini Alice mencoba untuk melupakan semua itu. Alice harus tetap seperti biasanya. Alice tak mau kalau Alex sampai tau kalau Alice sudah mengetahui semuanya.”Pagi Bi Ayem. Bagaimana kabar Bibi sekarang ?” Tanya Alice.”Astaga Non Alice, sudah berapa kali Non Alice ini bertanya seperti itu pada saya ? Bahkan sudah seminggu ini Non Alice tidak pernah absen menanyakan hal itu ke saya. Saya udah sehat Non bahkan sangat sehat. ” Jawab Bi Ayem.”Hehehe, masa si Bi. Kan Aku hanya ingin memastikan saja Bi. Aku tidak mau kalau nantinya Bibi jatuh sakit lagi.” Ucap Alice.”Bilang aja Non Alice khawatir tidak ada yang membantu berkebun dan merawat bunga lily milik Non kan kalau Bibi sakit lagi.” Ucap Bi Ayem sambil bercanda.”Hahaha. Ternyata Kau sangat mengenalku Bi.” Jawab Alice.Dari kejauhan Alex te