Share

Pernikahan Sementara

Catatan sipil akhirnya meresmikan pernikahan Sandra dan Tirta kemudian semua pelayan yang jadi saksi pernikahan sederhana ini bersorak senang.

Selamat!

Sandra tersenyum simpul lalu melirik Tirta yang sejak tadi tidak memperlihatkan wajah seharusnya. Pria paruh baya itu lebih senang terlihat murung ketimbang tersenyum lepas seperti para pelayannya.

"Ada apa?" bisik Sandra lalu melemparkan senyum kepada Tirta.

"Tidak! Jangan tanya perasaanku. Aku baik-baik saja,"

Sandra yang melihat sikap dingin suaminya kemudian mengangguk lalu melangkah lambat dibelakang CEO tua itu menuju booth tempat mereka akan mengambil gambar.

Senyum!

Aba-aba itu dilontarkan fotografer yang sudah siap mengabadikan moment manis yang akan dikenang Sandra selamanya.

"Nyonya, selamat," seru semua pelayan yang datang membawa seikat bunga berwarna merah jambu untuk pengantin baru ini.

"Terima kasih," Sandra menerimanya dengan senyum yang lebar sampai saat Donita mendekat ke arahnya dengan wajahnya yang sinis.

"Nyonya, selamat." Donita  mengulang perkataan pelayan Tuan Tirta tapi dengan ekpresi wajah yang meledek. "Kamu jadi orang kaya sekarang, Sandra. Hahahaha. Walau dengan jalur pelakor." ketus Donita pada Sandra namun sayangnya saat itu tidak seorangpun mendengar perkataan kasar ibu dari teman sekolah Lexus itu hingga tidak ada yang bisa membela Sandra.

"Berani kau berkata begitu padaku!" balas Sandra dengan kasar dan sayangnya pembelaan diri Sandra itu terdengar para pelayan yang membuat mereka menilai Sandra sebagai wanita yang tempramen.

"Wah, kenapa kamu kasar sekali," tutur Donita dengan memasang wajah sebagai orang yang tersakiti.

Bisik-bisikpun terdengar dari bibir para pelayan menilai sikap Sandra yang begitu kasar pada MUA yang harusnya mendapatkan ucapan terima kasih dari pengantin karena telah mendandaninya dengan begitu apik.

"Ada apa?" tanya Tirta yang baru sadar jika dia meninggalkan Sandra di tempat itu. "Kenapa kalian melihat Nyonya muda seperti itu?" 

"Tuan, ternyata dia wanita yang temprament. Hati-hati dengannya, Tuan," ucap salah satu pelayan kepercayaan Tirta yang segera membuat pria pemilik banyak bisnis itu mengerenyitkan keningnya. 

"Apa mungkin dia seperti itu?" tanya Tirta tidak percaya karena saat itu istri barunya tersenyum ramah pada Donita, tidak seperti yang didengarnya.

"Hai, Sayang," sapa Sandra lalu meraih tangan Tirta yang begitu kaku setelah mendengar bisik-bisik tentang istri barunya. "Kenapa kamu terlihat begitu kaku? Bukankah kamu yang mau kita menikah?"

Tirta menggelengkan kepalanya lalu melempar senyuman ke arah Donita yang belum mau beranjak dari tempat peresmian pernikahan pernikahan keduanya. "Aku ingin bicara denganmu, Nyonya. Jangan pulang dulu, ya."

"Baik, Tuan," Donita lalu tersenyum dan kembali bergabung dengan pelayan yang lain sebelum bertemu Tirta siang harinya.

Saat itu mereka sudah kembali ke rumah mewah Tirta dan Sandra masuk kamar karena lelah. Tirta lalu mengajak Donita menuju ruang kerjanya untuk menanyakan apa yang terjadi di kantor catatan sipil.

Tentu Donita tidak mau pria tua ini menyukai Sandra hingga dia menceritakan semua hal buruk tentang Sandra yang dia kenal sebagai ibu dari teman putrinya.

"Oh, jadi dia punya putra?" tanya Tirta yang memang belum bertemu dengan Lexus.

"Ya, tapi anak itu sakit-sakitan. Saya sarankan Tuan untuk memeriksakan istri tuan sebelum kalian lebih jauh. Ups! Hehehe! Bukan apa-apa. Saya cuma takut kalau wanita itu justru datang bawa penyakit ke kehidupan Tuan yang begitu sempurna." tambah Donita dengan penuh kebencian.

"Dia punya putra sakit-sakitan?" Tirta menganggup. "Dia memang pernah pergi ke rumah sakit untuk mengoperasi putranya, tapi aku tidak sempat menjengguk bocah itu."

"Benar. Dia pernah mengoperasi putranya. Kata putriku, anak laki-laki itu juga sering tidak masuk sekolah karena alasan kesehatannya. Jadi sudah jelas rasanya Tuan harus memeriksakan wanita itu sebelum kalian begitu-begitu," kekeh Donita dan Tirta semakin jijik pada istri mudanya.

"Kenapa aku tidak berpikir sejauh itu. Aku terlena pada caranya melayaniku di ranjang hingga tidak berpikir jauh,"

Donita menghela nafas berat mendengar fakta yang diucapkan langsung oleh pria tua itu. "Sepertinya kamu tertipu, Tuan. Baiknya Tuan hati-hati saja,"

"Ya, kamu benar. Tapi terima kasih sudah menjelaskan kondisi istri mudaku. Rasanya aku hanya akan menikahinya sementara saja, tidak mau lama-lama karena aku takut dia membawa penyakit seperti yang kamu katakan tadi."

Donita tentu tersenyum lebar mendengar pernyataan Tirta dan merasa memenangkan perseteruan kali ini.

Pelayan kemudian mendekatinya dan menuntunnya hingga pintu utama. Donita yang pulang dengan mobil sedannya kemudian bergegas masuk dan berlalu. 

Selama perjalanan dia terus tersenyum senang, dia tidak peduli dengan nasib pernikahan Sandra dan Tirta yang berhasil dirusaknya di hari pertama pernikahan resmi mereka.

Donita lalu melangkah menuju minimarket karena dia ingin membelikan sekotak coklat untuk Cleo, putrinya. Tangannya segera meraih sekotak coklat yang dia mau tapi belum sampai tangannya meraih kotak tiba-tiba...

"Kamu yang mendadani istri muda suamiku?" tanya seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah Madam, begitu semua orang memanggil istri tua Tirta Gunadi.

"Suamimu? Siapa suamimu?" tanya Donita memastikan.

"Tirta Gunadi. Itu nama suamiku. Perkenalkan, aku Madam, istri tuanya."

"Oh, Nyonya. Ya, aku memang MUA yang dipilih Tuan untuk mendandani istri muda Tuan. Ada apa, ya?"

Madam tersenyum simpul ke arah Donita. "Aku mau memberimu hadiah karena kamu, mereka bertengkar hebat." 

"Wah, aku berhasil?" tanya Donita begitu senang.

"Benar, aku akan memberimu apapun yang kamu mau. Tapi aku mau kamu melakukan sesuatu untukku."

"Apa?" tanya Donita tidak sabar.

"Aku dengan putrimu satu sekolah dengan putra wanita itu."

"Benar."

"Kalau begitu, ganggu putranya hingga wanita itu tidak sanggup lagi tinggal di kota ini."

Donita tersenyum lebar dan yakin jika tugas yang diberikan Madam akan mudah baginya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status