Share

Hinaan Yang Pahit

"Jadi kamu sungguh-sungguh?" Tiba-tiba Sandra merasa galau mendengar perkataan calon suami yang sudah memberikannya segalanya.

Memang dia punya uang, tapi apakah pernikahan ini akan lebih baik dari pernikahan pertamanya?

Sebenarnya pertanyaan itu yang paling besar saat ini dikepala Sandra, tapi dia tetap berusaha berbaik sangka meski dia tau dia akan jadi madu dalam pernikahan Tirta dan istrinya.

"Apa aku pelakor?" tanya Sandra sepanjang malam hingga matanya tidak kunjung terpejam. "Tapi aku butuh uang Tirta, tapi..." Galau itu semakin dalam dan Sandra sampai sesak membayangkan pernikahan keduanya.

Tentu dia tidak mungkin membatalkannya mengingat uang Tirta sudah jadi penyembuh untuk putranya. Dia terus meyakinkan dirinya hingga pagi menjelang.

"Sayang," Suara melengking itu terdengar jelas. Tentu itu suara Tirta yang tidak sabar menarik tangan wanita yang sudah dia beri banyak uang menuju Kantor Catatan Sipil.

"Iya," Sandra melangkah menuju tempat Tirta berdiri lalu membuka pintu lebar-lebar. "Kamu sudah bangun?" tanya Sandra yang sadar ini baru jam 6 pagi setelah matanya melirik ke arah jam dinding yang terpajang begitu kokoh di lantai dasar.

"Ya, aku tau ini jam 6, tapi aku mau kamu didandani MUA pilihanku sebelum kita pergi ke Catatan Sipil,"

"MUA?" Kepala Sandra yang masih berat lalu mengangguk pelan. Dia lalu kembali ke tempat tidur untuk duduk di pinggirnya. Dia masih terlalu mengantuk karena memang selalu bangun siang hari saat Tirta nampak melambaikan tangan ke arah pelayannya yang berjalan bersama seorang wanita seusia Sandra menuju kamar pengantin.

"Apa kamu Sandra, ibunya Lexus?" bisik MUA itu yang tidak lain adalah Ibu dari teman putranya.

"Kamu," Sandra nampak bingung harus menjawab apa. Kalau dia jawab tidak, Tirta sedang ada di depannya. Sedang jika dia Ya, dia takut kalau MUA ini akan mengatakan pada semua orang kalau dia akan jadi istri muda seorang CEO tua bangka.

"Kamu kenal dia?" tanya Tirta sambil tersenyum sinis pada MUA pilihannya.

"Ya, Tuan. Ternyata istrimu adalah ibu dari temannya putraku," kekehnya dan Sandra hanya tertunduk karena tawa sinis itu. 

"Kenapa aku harus bertemu orang yang aku kenal disaat seperti ini," kesal Sandra lalu menghembuskan nafasnya ke arah wajahnya.

"Kamu ternyata nikah sama Tuan Tirta," kekehnya lagi membuat Sandra merasa tidak nyaman dengan pertemuannya dengan MUA pilihan calon suaminya.

"Oh, ya, Aku Sandra," Wanita cantik itu mengulurkan tangannya dan terpaksa tersenyum kecut pada wanita sok kenal ini agar tidak semakin diintimidasi dengan tawanya yang begitu menyebalkan.

"Aku Donita. Ibunya Cleo. Kamu pasti kenal putriku,"

Cleo?

Mata Sandra sonta menyipit. Dia ingat anak perempuan yang namanya disebutkan barusan adalah anak yang senang sekali membully putranya. Lexus sampai pernah minta pindah sekolah karena anak perempuan menyebalkan itu tapi sayangnya Sandra yang tidak punya uang hanya bisa meminta putranya sabar karena hanya itu senjata untuk orang-orang tidak berduit seperti Sandra.

"Kau dandani dia. Aku mau dia terlihat cantik di foto pernikahan kami," pinta Tirta sebelum akhirnya memutar tubuhnya meninggalkan keduanya.

"Baik, tuan," ucap Donita lalu meletakkan sebuah tas make up besar di atas meja rias yang tidak jauh dari tempat tidur Sandra. "Tuan memintaku mendadanimu, kamu pasti berpikir pernikahan ini tidak akan diketahui banyak orang, kan?"

"Apa maksudmu?" ketus Sandra lalu melangkah mendekati meja rias dimana Donita sudah siap mewarnai wajahnya.

"Kamu ternyata wanita murahan, Sandra! Hahaha! Kamu pasti menikahi pria tua itu hanya karena uang, kan?"

Sandra meremas jemarinya, rasanya ingin sekali dia menghajar saja wania Donita yang begitu ringan menghinanya padahal dia tidak tau alasan pernikahan ini dia jalankan.

"Apa bisa kamu dandani saja aku, nggak usah banyak komentar!" kesal Sandra sambil memutar bola matanya ke arah Donita yang masih saja tersenyum sinis ke arahnya.

"Ok! Ayo kita mulai saja. Aku juga sudah tidak nyaman berada dekat dengan pelakor!" ketus Donita lalu mulai merias wajah cantik Sandra yang selama didandani terus saja memasang wajah tidak senangnya.

Satu persatu riasan dipoles ke wajah Sandra dan keahlian Donita yang begitu mahir tidak bisa diragukan lagi. Wajah Sandra nampak begitu cantik dengan lipstick pink membuat wajahnya nampak lebih muda 10 tahun. Dia seperti gadis beli namun sayang pria yang dia nikahi adalah pria tua bangka yang meski didandani dengan berkotak-kotak bedak tetap saja wajah tuanya tidak bisa disembunyikan.

Selepas berdandan, seorang pelayan pria segera masuk ke kamar untuk menjemput Sandra dan wanita cantik yang sudah mengenakan pakaian pengantinnya berjalan perlahan menuruni anak tangga rumah mewah Tirta.

Pria tua itu sudah menunggunya di lantai satu dan keduanyapun bersiap untuk pergi untuk mencatatkan pernikahan mereka.

"Nyonya," panggil pelayan pada Donita yang masih berdiri di depan pintu kamar Sandra. "Kami berterima kasih kamu mau mendandani pengantik Tuan Tirta. Karena kebaikan anda, kami akan persilahkan anda ikut dengan pelayan yang lain di mobil tamu untuk memastikan riasan Nyonya Sandra akan tetap bagus saat sesi foto."

"Oh, kalian akan mengajakku?" Senyum Donita mengembang.

"Ya, tentu. Silahkan sebelah sini." 

"Bagus!" Donita tersenyum lebar. "Aku akan menjadikan sesi foto itu sebagai waktu yang tepat untuk mencari bukti agar semua tau siapa Sandra," kekehnya sambil melangkah bersama pelayan Tirta menuju mobil yang akan membawanya menjadi salah satu saksi pernikahan Sandra. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status