Share

21. Pertengkaran Kiya dan Elang

Telepon berdering, Huri tersentak dari tidurnya. Leher bekangnyan terasa begitu kaku. Ia baru menyadari jika semalamam ia tertidur di meja gambarnya. Udara Lembang yang begitu dingin membuat matanya selalu ingin terpejam. Jarum jam tepat berada di angka lima. Huri segera beranjak dari kursi dan berjalan setengah terhuyung menuju kamar mandi. Dengan jari telunjuknya ia merasa dinginnya air bak. Seluruh aliran darahnya bagai tersengat listrik saat merasai begitu dinginnya air. Tidak, ia tidak akan pernah mau mandi Subuh sejak sampai di Lembang.

Siang hari adalah jadwalnya mandi dan itu pun hanya satu kali dalam sehari. Ia cuti dari kampus, sehingga bisa sejenak santai dari rutinitasnya. Sambil menenangkan hati setelah memutuskan untuk berpisah dari Elang.

“Mama harus ke Jakarta, ada orang yang mau membeli rumah kita,” ujar Bu Rima membuka percakapan saat mereka tengah menikmati sarapan bubur kecang hijau. 
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status