Share

Bab 12

Auteur: Amih Lilis
last update Dernière mise à jour: 2021-06-16 18:00:00

*Happy reading*

"Apa maksud kamu tadi?!" 

Kak Sean langsung menghardikku, sesampainya kami di Loft.

"Maksud aku? Apa?" 

Bukan aku tak mengerti arah pertanyaan Kak Sean, hanya saja, aku ingin memastikan saja dugaanku.

"Gak usah pura-pura, Rara. Saya tahu kamu pasti mengerti maksud pertanyaan saya. Kamu itu bukan orang bodoh!" tukas Kak Sean, masih dengan nada kesal yang sama.

Aku pun akhirnya menghela napas sebentar, sebelum menjawab, "Apa yang Kakak maksud adalah, aku yang mengenalkan Kakak sebagai sepupu?"

"Tentu saja! Apa lagi selain itu?!" Jawabnya cepat. Bahkan terlalu cepat menurutku. 

"Lho, aku kira Kakak memang ingin dikenal dengan status seperti itu di sini?"  

Tak ayal, aku pun bertanya balik. Karena bingung dengan sikapnya ini. Kenapa dia harus marah, kalau dia sendiri mengaku sebagai sepupuku pada Ana.

"Saya tidak pernah bilang begitu!" tegasnya.

"Tapi kemarin Kakak mengenalkan diri sebagai sepupu aku 'kan pada, Ana?" Aku mencoba membela diri.

"Ana? Siapa?" Kak Sean makin kebingungan.

"Tetangga Loft ini."

Dia pun lalu terdiam, seraya berpikir. Mungkin dia sedang mencoba mencerna dan mengingat sesuatu.

"Maksud kamu wanita tua yang punya gaya nyentrik itu?" Kak Sean mencoba menkonfirmasi.

"Iya, dia Ana." Aku mengaminkan.

Dia pun terlihat membuang muka dengan tatapan yang ... entahlah, seperti kikuk atau canggung.

Namun dari rona raut wajahnya, aku tahu kekesalannya sudah sedikit berkurang.

"Kalau itu jelas perkara beda." 

Nyatanya, dia tak serta merta mengaku salah. Dia masih bersikukuh, seakan tak mau aku merasa menang menghadapinya.

Padahal, menang apa, sih? Ini kan bukan perlombaan.

"Beda gimana?" 

Tentu saja itu membuat aku kembali bingung. Karena makin ke sini, aku malah merasa Kak Sean ini seperti bunglon.

"Jelas saja Beda. Wanita tua itu kan tetangga kamu. Dia pasti akan bergosip jika tahu saya suami kamu, tapi tidak pernah terlihat. Saya tak ingin jadi buah bibir. Sementara yang tadi di kampus, kan teman-teman kamu. Mereka harus tahu kalau kamu sudah menikah, agar tak ada yang berani mengajak kamu kencan. Ingat Rara, istri itu pakaiannya suami."

Kok, terdengar egois, ya? Maksudnya apa coba? Tetangga gak boleh tahu aku sudah menikah, sementara teman wajib tahu.

Padahal, temanku justru lebih sering berkunjung ke sini daripada tetangga. Lalu, kalau mereka menanyakan keberadaan Kak Sean yang tak pernah terlihat? Aku harus jawab apa?

Apa Kak Sean tak pernah dikunjungi teman selama ini?

"Tapi kak--"

"Sudahlah! Saya malas bahas ini lagi. Kamu tuh emang bandel, ya? Udah tahu salah, masih saja ngeyel. Bisa gak sih, nurut sama suami sedikit aja? Mau, kamu saya labeli istri durhaka?"

Astaga!

Aku salah apa lagi? Kenapa semua yang aku lakukan sepertinya tak ada yang benar di mata Kak Sean.

"Kamu tuh harus benar-benar belajar sama Audy. Karena Audy itu bukan cuma penurut, tapi pandai membuat hati saya tenang. Makanya saya bangga punya istri seperti dia."

Audy lagi! Audy lagi!

Jujur saja, aku sebenarnya tidak pernah ingin cemburu, atau menganggap Kak Audy itu adalah sainganku selama ini. 

Karena apa? Karena aku sadar diri aku cuma piguran di sini. Aku pengganggu dan hanya cadangan. 

Aku tahu dan berusaha menerima takdirku itu.

Tetapi, jika Kak Sean terus saja membandingkan kami dengan sengaja. Lama-lama aku bisa kesal juga.

Karena aku juga manusia biasa, yang bisa sakit hati dan punya rasa egois.

Tidak masalah jika dia tidak mencintaiku, atau terpaksa ada di sini bersamaku karena tuntutan Mama Sulis. Makanya dia selalu ketus dan tak sudi melirikku. Aku mengerti itu.

Namun bagaimanapun aku ini juga istrinya, kan? Bisakah dia menghargai aku sedikit saja?

Tak perlu berlebihan. Cukup jaga perasaanku dan tak usah membandingkan aku dengan istrinya yang lain. Karena aku juga bisa sakit hati. Atau ... lebih baik diam dan acuhkan aku saja. Aku akan lebih menghargai itu.

"Ck, benar-benar payah." Kak Sean pun berdecak kesal. Sebelum akhirnya pergi meninggalkanku, menuju lantai atas tempat kamar utama berada.

Tuhan ... sampai kapan aku harus bertahan dengan pernikahan ini?

***

Setelah kejadian itu. Aku pun memilih meminimalisir interaksiku dengan Kak Sean. 

Bukan menghindar tentu saja, karena itu tidak mungkin dan rasanya terlalu childish. 

Aku tetap melayaninya sesuai permintaannya, kok. Menyiapkan baju dan sarapannya. Pulang lebih cepat jika dia minta, bahkan tidur lebih cepat jika dia mulai mengeluh tak bisa tidur jika lampu masih menyala. 

Aku turuti semua maunya. Meski tugas-tugas kuliahku kadang jadi kacau dan sering mendapat teguran dari kelompok kerjaku. Tapi bagiku, menghadapi mereka lebih mudah daripada menghadapi Kak Sean.

Entahlah. Aku malas saja berdebat dengan Kak Sean. Apalagi jika sudah membawa-bawa nama Kak Audy. Malasku jadi double-double.

Karena itulah, aku mencoba tak banyak bicara lagi padanya, dan hanya berinteraksi secukupnya. Apa pun aku lakukan agar dia tidak sampai ngomel.

Aku benar-benar mencoba menjadi istrinya yang baik. Agar dia tak menyakiti hatiku lagi.

Sayangnya harapanku terlalu tinggi sepertinya. Karena sebaik apapun aku menjaga hatiku. Kak Sean bisa dengan mudahnya membuatnya hancur hanya dengan satu kata.

Audy!

Dia menyebutkannya saat mendapatkan pelepasannya, ketika memperkosaku!

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Asri Asri
lah katanya nggak akan menyentuh kalo nggak cinta, lah ini? sebel aku
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Istri Nomor Dua   Last extra part

    Pov Kenneth” “Bang?”“ “Hm ....”“ “Itu siapa?”“ Kairo mengangkat wajahnya dengan kesal, sebelum mengikuti arah pandangku.” “Maba,” jawabnya singkat. Membuat aku kesal sekali.” Abang kembarku ini memang pelit sekali berkata-kata. Seakan setiap kata dia ucapkan itu harus membayar.” “Ck, Dari baju yang dia pakai pun, gue juga bisa nebak kalau di masih Maba.” Aku berdecak cukup keras, menyuarakan kekesalanku pada pria yang lahir tiga menit lebih awal dariku.” “Kalau begitu, kenapa masih tanya?” gumamnya kemudian, membuat kekesalanku makin menjadi-jadi.”

  • Istri Nomor Dua   Extra part 3

    “Loh, Kak Sean? Udah pulang? Kok, gak ngabarin? Gimana kabar Kakak sama Kak Audy? Baikkan?”“ Aku cukup terkejut melihat keberadaan Kak Sean di Ruang tamu kediamanku, saat baru saja menidurkan Kean yang lumayan rewel hari ini.” Kak Sean tidak menjawabku. Hanya tersenyum tipis, sebelum menyerahkan sebuah amplop padaku.” “Aku baru datang. Sengaja langsung ke sini untuk memberikan itu padamu,” ucapnya sendu, tidak seperti biasanya.” Entah kenapa, aku melihat kesedihan yang teramat sangat dalam matanya.” “Ini apa?” tanyaku kemudian, sambil menerima amplop yang sepertinya berisi surat di dalamnya.” “Baca aja, itu dari Audy.”“ Eh?”

  • Istri Nomor Dua   Extra part 2

    *Happy Reading*” “Saya terima nikah dan kawinnya Andara prameswari Binti Matheo Prameswari dengan mas kawin tersebut, tunai!”“ “Bagaimana para saksi? Sah?”“ “Sah ....”“ Alhamdulilah ....” Rasa haru pun menyeruak tak terbendung, saat moment itu kembali terulang dalam hidupku.” Meski ini memang bukan yang pertama ku alami. Tapi rasa haru ini benar-benar pertama kali aku rasakan dan ....” Terima kasih Tuhan. Akhirnya aku punya hari bahagiaku sendiri.” Aku benar-benar tak pernah menyangka akan punya kesempatan lagi, bisa merasakan moment ini kembali dalam hidupku, setelah semua yang sud

  • Istri Nomor Dua   Extra part 1

    *Happy Reading*”“Andara Prameswari. Kau ku talak.”“Alhamdulilah ....”Senyumku pun langsung terbit, setelah mendengar kata talak kembali diucapkan pria ini.”Please ... tolong jangan bilang aku gila. Karena apa? Karena ini memang harus dilakukan, agar aku bisa meraih kebahagiaanku yang sudah menunggu.”“Makasih ya, Kak,” ucapku tulus, seraya menatap pria yang sekarang sudah sah ku sebut Mantan suami.”Iya, dia adalah Sean Abdilla, yang baru saja mengucapkan kata talak untuk kedua kalinya terhadapku.”Kenapa bisa begitu? Ya ... karena aku sendiri sebenarnya selama ini r

  • Istri Nomor Dua   Epilog

    “Sudahlah, Nak. Jangan menangis lagi.” Mama Sulis terus membelai rambutku, mencoba menenangkan aku yang benar-benar tak bisa menghentikan tangis.”Bagaimana tidak? Aku harus menerima kenyataan kembali ditinggalkan, oleh pria yang sangat penting dalam hidupku. Juga pria yang sudah aku labeli akan menjadi pasangan hidup sampai tua nanti.”Demi Tuhan. Tujuanku ke Rumah ini kan, untuk menyelesaikan masa lalu, agar bisa hidup tenang dengan pria itu.”Tetapi pria itu malah seenaknya pergi, tanpa memberi kabar apapun padaku. Seakan aku ini sudah tak penting dan ....”“Apa perlu kita pesan tiket ke London sekarang. Agar kamu bisa menyusul Dokter Ken ke sana?” usul Kak Sean kemudian. Tampak ikut bersalah akan kejadian itu.”

  • Istri Nomor Dua   Bab 55

    “Kalau begitu, apa Kakak keberatan jika aku bilang kita impas?” ucapku kemudian, setelah cukup lama membiarkan Kak Sean larut dalam penyesalannya.”Sayangnya, Kak Sean malah menggeleng, dan tersenyum miring saat mengalihkan atensinya padaku.”“Kurasa kata impas lebih tepat diucapkan Papimu, Ra. Karena kamu tak punya salah apapun di sini. Hanya aku saja yang bodoh sudah menjadikanmu alat untuk balas dendam. Jadi, kamu tak pantas mengucapkan hal itu,” balasnya dengan bijak.”Ah, i see.”“Kalau begitu. Apa ini sudah cukup untuk kakak, agar tak menggangguku lagi. I mean, Kakak gak akan meminta aku kembali sama Kakak lagi, kan? Karena aku benar-benar tidak--”“&ldqu

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status