Share

Bab 3. Diperlakukan Seperti Hewan

"Aku memang ingin membunuhmu sejak lama, Chloe. Tepat ketika kau merintih di bawah tubuh lelaki lain, tetapi sepertinya aku harus membiarkanmu hidup dalam neraka sebelum ajalmu benar-benar tiba."

Kenneth menggemakan tawa dalam kamar mandi bernuansa putih itu. Tangannya benar-benar tidak lelah mendorong kepala itu agar tenggelam semakin dalam. Tiba-tiba salah seorang pelayan masuk ke kamar itu.

"Tuan, apakah sudah waktunya?"

"Ya, bawa segera padaku!" perintah Kenneth menyudahi aktivitasnya.

Detik ini dia membiarkan 'Chloe' mengambil napas. Lihatlah, bahkan wajah wanita itu sudah merah bagai seekor kepiting rebus.

Dua orang pelayan ikut masuk ke kamar mandi itu dan menuangkan bongkahan es yang begitu besar ke dalam bath up. 'Chloe' memekik karena rasa dingin yang semakin menusuk. Bibirnya gemetar, sementara wajah cantiknya berubah pucat.

"Apa yang kau lakukan? Kau sungguh ingin membunuhku?"

"Kukira ingatanmu masih bagus, Chloe. Rupanya kau semakin bodoh setelah pisah dariku!"

"Sudah kukatakan, kau tidak boleh melakukan ini padaku. Jangan menghukum orang lain atas kesalahan yang tidak pernah dia lakukan. Silakan kau temukan Chloe, biarkan aku pergi dari sini!" Baru saja 'Chloe' ingin keluar, tetapi kedua pelayan itu sudah lebih dulu menahannya.

Seperti sebelumnya, kepala 'Chloe' kembali ditenggelamkan ke dalam bath up oleh Kenneth. Dia terkekeh pelan melihat wanita itu meronta di bawah sana.

"Mulai hari ini, kau akan hidup dalam neraka, Chloe!" tegasnya menarik kepala 'Chloe'.

Lelaki itu berjongkok, kemudian menatap mata indah 'Chloe' dari dekat. Bibir wanita itu gemetar membuat Kenneth tersenyum simpul.

"Le-lepaskan aku. Kau salah menangkap orang!" pinta 'Chloe'. Tubuhnya pun semakin menggigil dan lemah sampai pandangannya gelap.

Kenneth kesal karena pertunjukan harus selesai saat ini juga melihat wanita sialan itu malah jatuh pingsan. Namun, dia tidak peduli dan malah meminta dua pelayan tadi mengangkat tubuh 'Chloe' ke tempat tidur.

"Jangan biarkan wanita sialan ini kabur atau aku tidak akan segan-segan membunuh kalian!" Suara Kenneth berhasil membuat dua pelayan itu ketakutan. Mereka mengangguk bersamaan, menjawab tanpa suara.

"Tolong lepaskan aku, biar kuberitahu di mana wanita yang kau cari itu," lirih 'Chloe' masih menutup mata.

Amarah Kenneth kembali terpancing, dia menekan dagu 'Chloe' keras, tetapi wanita itu tetap tanpa perlawanan. "Kau bilang apa tadi? Wanita yang aku cari, kau tahu dia di mana?"

"Ya, aku tahu dia ada di mana."

"Tidak usah mengajakku bercanda, Chloe. Kau tidak selucu itu. Lebih baik kau berhati-hati karena aku akan memberi kejutan yang tidak akan pernah kau lupakan!" Kenneth menarik sudut bibirnya sekilas sebelum akhirnya meninggalkan 'Chloe' seorang diri.

Wanita itu menunduk, dia meraih selimut untuk membalut tubuhnya. Air Conditioner dalam kamar itu disetel ke suhu 16° Celcius sehingga tangannya harus meraba nakas, sementara mata memindai seisi ruangan, tetapi tidak berhasil menemukan remot kontrol.

Dia bertanya-tanya dalam hati, apakah sebentar lagi ajal akan menjemput dalam keadaan menyedihkan seperti itu? Kalau bukan Kenneth, lantas siapa yang bisa menolongnya untuk kabur dari sana?

"Nyonya, Anda harus tidur sekarang karena besok Tuan Kenneth akan menjemput Anda!" kata seorang pelayan wanita yang baru saja membuka pintu.

Menjemput? Apakah Kenneth akan membawa wanita sialan itu ke neraka atau langsung menyembelihnya di tanah lapang? 'Chloe' berharap mati detik ini juga agar tidak lagi melihat wajah Kenneth yang menyeramkan.

"Kenapa aku harus tidur? Bahkan malam saja belum tiba."

"Ini perintah dari Tuan Kenneth, Anda harus mengikutinya kalau masih ingin hidup, Nyonya." Pelayan itu hendak menutup pintu, tetapi kemudian dia melanjutkan, "oh iya, kata Tuan Kenneth, jangan berharap ada makanan malam ini."

Daun pintu dibanting begitu keras sampai 'Chloe' tersentak di tempat. Kepalanya bersandar pada headboard sambil meratapi nasib yang tidak berpihak padanya. Mengingat Kenneth akan menjemput besok menambah ketakutan dalam diri wanita itu.

"Lepaskan aku! Aku bukan Chloe yang kalian cari! Wanita sialan itu bukan aku!" teriak 'Chloe' sambil memukul kepalanya sendiri.

***

Malam berganti siang dan Kenneth masih sibuk berpikir dengan apa yang terjadi pada mantan istrinya. Penampilan mereka memang berbeda, tetapi wajah itu sangat tidak bisa menipu Kenneth. Siapa pun yang melihat 'Chloe' tidak akan percaya kalau dia orang lain.

Dia membuang napas kasar, kemudian mempercepat langkah menuju ruangan di mana 'Chloe' berada. Dia tidak boleh merasa iba oleh rintihan yang keluar dari bibir kecil wanita itu. Penderitaan yang Kenneth rasakan selama bertahun-tahun harus mendapat balasan.

"Makanlah, setelah itu kau harus mandi!" perintah Kenneth begitu sampai. Dia melempar sepiring makanan basi ke dalam kamar itu, kemudian mengukir senyum manis.

"Kau memang kaya, Ken, tetapi aku bukan hewan yang bisa kau rendahkan sesuka hati. Bahkan anjing peliharaan pun mendapat perlakuan baik dari tuannya."

"Itu karena kau lebih hina dari seekor anjing." Kenneth mendekat menarik paksa tubuh 'Chloe' hingga jatuh ke lantai.

Wanita gila itu terlihat ingin menangis, tetapi air matanya telah kering. Dia bahkan tidak bisa melihat sisi baik dari lelaki di hadapannya walau dalam terangnya siang apalagi di gelapnya malam.

Kenneth menatap tajam pada 'Chloe', dia berpikir bagaimana bisa dia jatuh cinta pada wanita sialan itu dulu? Bahkan dia memperkenalkannya sebagai istri di depan semua orang dengan sangat bangga.

"Makanan itu sebenarnya terlalu istimewa untuk seekor hewan sepertimu!" Hinaan yang begitu menusuk hati 'Chloe'.

"Kau bilang aku seekor hewan, lalu kenapa kau menyiksaku? Apa itu membuktikan bahwa kau lebih buruk dari seekor hewan yang tidak bersalah ini?" sindir 'Chloe' tidak tahan lagi.

"Habiskan. Sebelum aku kembali ke sini, kau sudah harus selesai mandi!" Kenneth menjentikkan jarinya, kemudian masuklah seorang pelayan wanita yang membawa pakaian baru.

Lelaki itu melangkah ke luar karena ingin menemui orang kepercayaannya. Dia merasa harus mencari tahu apa saja yang sudah terjadi pada 'Chloe' sejak tujuh tahun yang lalu.

Kenneth bukan orang bodoh dan kali ini tidak akan membiarkan wanita itu kabur lagi. Cinta yang begitu melukai dan sekali lagi Kenneth menyesal pernah memanjakannya. Bayangan tentang perselingkuhan 'Chloe' kembali membuat hatinya remuk.

"Cari tahu tentang Chloe, apa saja yang sudah terjadi padanya beberapa tahun terakhir!" perintah Kenneth pada lelaki yang sedang menunduk itu.

"Baik, Tuan," jawab lelaki itu sebelum akhirnya pergi dengan beberapa pengawal lainnya.

Setelah terpaku cukup lama, Kenneth bergumam, "tidak, aku harus memberinya hukuman yang lebih berat!"

Dia memutar badan, melangkah cepat ke ruangan 'Chloe' lagi. Pintu sedikit terbuka, dia sengaja mengintip lebih dulu berharap ada jawaban dari pertanyaan yang mengusik pikirannya.

"Nyonya, setelah makan Anda harus segera mandi!" Pelayan itu mengingatkan.

"Tidak perlu mengingatkanku. Untuk apa aku menuruti perintah tuanmu jika dia saja tidak bisa mengerti kalau aku ini bukan istri yang dia cari? Apa tuanmu itu sudah buta?"

"Maaf, Nyonya. Anda harus menuruti perintah dari Tuan Kenneth atau dia akan marah," sahut pelayan itu lagi.

'Chloe' mendengkus kesal. Rupanya pelayan itu sama keras kepalanya dengan Kenneth. Orang-orang seperti mereka memang tidak pantas berada di dekatnya.

"Nyonya, tolong dengarkan perintah Tuan Kenneth!"

"Hey, Jalang. Kenapa kau sangat lambat? Bahkan anjing pun berlari cepat demi sebuah tulang." Hinaan dari Kenneth tidak lagi menusuk hati 'Chloe'.

"Bagaimana bisa kau menyebutku jalang, heh? Kau bahkan tidak punya adab pada orang asing, lantas kau menyebut dirimu lebih mulia dari seekor anjing?"

Amarah Kenneth memuncak, kesabarannya menghilang begitu saja. Dia menyeret paksa 'Chloe' masuk kamar mandi dengan menarik rambutnya, sementara pelayan tadi dia usir keluar kamar.

Kenneth seperti orang kesetanan, dia memaksa 'Chloe' membuka pakaiannya. Wanita itu lantas menolak, tetapi tidak berhasil mencegat Kenneth. Dia terlalu mengulur waktu menuju kematian.

"Kenapa wajahmu merah, Chloe? Apa kau berpikir aku akan melakukan hal mesum denganmu? Bahkan ketika kau berdiri tanpa sehelai benang pun, aku tidak akan pernah menyentuh tubuh kotormu!"

"Hentikan hinaanmu, aku bukan jalang seperti yang kau pikir, Ken. Kau sudah melampaui batas dan aku benci itu!"

Kenneth tertawa, dia bertepuk tangan tiga kali mengangumi keberanian wanita sialan itu. Kenneth tidak habis pikir, kenapa dia begitu berani kembali ke Phoenix? Apakah ada rencana di balik semua ini?

Apapun itu, Kenneth tidak akan pernah membiarkan 'Chloe' melangkah satu senti pun kecuali atas perintahnya. Wanita gila itu harus menderita seumur hidup di tangan Kenneth sendiri.

Hinaan yang dilontarkan 'Chloe' dulu selalu terngiang dalam pikirannya, Kenneth pun bersumpah tidak akan memberi maaf. Tangan kekarnya meraih shower begitu menyadari 'Chloe' hanya terpaku di tempat.

"Apa kau tuli, Chloe? Sejak tadi pelayan memintamu untuk mandi. Aku bahkan dengan senang hati membawamu ke sini dan kau masih belum menurut?" Kenneth tersenyum simpul. "Aku ragu kau masih memiiki otak atau tidak."

'Chloe' membuang napas kasar. "Tuan, tolong jangan berlaku kasar padaku. Aku tahu Anda orang terhormat di Phoenix, maka dari itu bersikaplah yang sopan!"

Kenneth menarik sudut bibirnya sambil menatap tajam pada wanita sialan itu. "Tidak perlu mengubah caramu berbicara, Chloe. Kau tahu? Aku sangat jijik mendengarnya!"

Tangan 'Chloe' terkepal kuat, dia membalas tatapan Kenneth tidak kalah tajam. Wanita itu harus berani melawan meski sebenarnya rasa takut begitu mendominasi. Kalau bukan karena Chloe, maka aku tidak akan sudi ke Phoenix! batin wanita itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Irene
Ceritanya semirip itu sama novel sebelah, beda nama karakter doang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status