Share

Bab 5. Tugas untuk Chloe

"Kau bicara apa, Ken? Tentu aku juga berhak menghukum wanita sialan ini!" sentak Elena.

"Tidak ada di antara kalian yang bisa menghukumku. Kenapa kau selalu menganggapku Chloe? Aku ini Claire!" teriak Claire berani.

Ya, wanita malang itu sejak tadi menyebut nama asli sendiri karena tidak menyangka kalau ternyata Kenneth menyimpan dendam pada Chloe dan saudaranya tidak pernah memberitahu hal itu. Apalagi sekarang belum memiliki alasan kuat untuk bertahan selain keselamatan Jonathan.

Bukannya percaya, Elena dan Keily tertawa keras. Mereka berdua menganggap Claire sedang bersandiwara agar tidak mendapat hukuman padahal dia memiliki banyak kesalahan sebelum pergi dari mansion itu.

Sekalipun sudah tujuh tahun berlalu, tetapi tidak ada yang bisa melupakan bagaimana Chloe bersikap pada mereka. Dari pelayan rendahan sampai kepala pelayan saja ikut berbisik membicarakan wanita itu.

"Diam!" bentak Kenneth.

Lelaki dingin itu menarik lengan Claire menjauh dari sana. Sekalipun Elena adalah ibunya, tetapi dia sama sekali tidak pernah mencintai Kenneth. Apalagi Keily yang hanya seorang menantu, dia betah tinggal di mansion padahal Ethan—suaminya—sudah lama meninggal.

Mereka menaiki anak tangga dengan sedikit berlari. Claire ingin bertanya banyak hal, tetapi tidak ada kesempatan karena Kenneth sedikit lebih cepat darinya. Sampai di depan pintu kamar bernuansa cokelat, langkah kaki Kenneth berhenti.

"Ini kamar Nicholas dan yang kita lewati tadi adalah kamarku. Kau ingat, kan? Tugasmu adalah membersihkannya sampai tidak ada setitik debu pun yang menempel. Sebut saja kau adalah pelayan pribadi kami yang selalu tunduk dan patuh. Ingat, kau tidak ada hak untuk menolak!"

"Kenapa aku harus jadi pelayan Anda, Tuan Kenneth Wilson?" Claire berkacak pinggang.

"Karena aku mau kau hidup menderita melihat putramu yang tidak mengenalimu."

"Putra?" Sejenak Claire terkejut, kemudian lekas meralat, "ah, ya. Aku lupa kalau kau sudah memiliki putra. Namanya Nicholas, kan?"

Kenneth ingin sekali menarik paksa rambut wanita itu lagi kalau saja tidak ada pelayan yang sibuk bekerja di dekat mereka. Namun, perlahan tetapi pasti Kenneth pasti akan membuat hidup wanita itu seperti dalam neraka.

Tidak akan ada kata maaf untuknya. Terutama ketika mengingat semua kesalahan yang dilakukan Chloe. Kenneth meremas celana bahan yang dia kenakan karena amarah seketika memenuhi ruang hatinya.

"Kau memang kejam, Chloe. Bahkan anjing pun sayang pada anaknya dan kau tidak." Kenneth membuang napas. "Satu lagi, kau juga bertugas menjaga taman agar selalu bersih."

"Bagaimana kalau aku tidak mau melakukan perintahmu?" Pertanyaan itu refleks keluar dari mulut Claire dan dia menyesalinya. Wanita itu masih bimbang harus melakukan apa karena berkata jujur pun tidak berhasil membuat Kenneth percaya.

"Hentikan sandiwaramu, Chloe. Semua orang tahu kau adalah wanita licik, maka siapa yang akan percaya dengan elakanmu? Sekarang lakukan tugasmu atau aku akan membunuhmu detik ini juga!"

Kenneth berlalu meninggalkan Claire sendirian karena masih banyak yang harus dia selesaikan, sedangkan wanita itu menuruni anak tangga dengan langkah pelan. Banyak pasang mata yang memandang kepadanya.

Claire berniat untuk memeriksa taman lebih dulu, tetapi dia merasa harus makan untuk memulihkan tenaga. Dengan penuh percaya diri, dia memanggil salah seorang pelayan.

"Kau, siapkan makanan untukku!"

"Baik, Nyonya." Pelayan itu menunduk lantas berlalu menuju dapur.

Benar kata Kenneth, semua orang takut pada Chloe. Wanita itu pun duduk dengan anggun di meja makan.

Beberapa pelayan tiba, mereka memberi chimichanga pada Chloe. Wanita itu tidak banyak protes karena chimichanga sudah termasuk makanan kesukaannya mengingat selama ini hidup sederhana.

"Dia bersikap seolah nyonya di rumah ini padahal aku mendengar tuan memintanya jadi pelayan pribadi sekaligus mengurus taman. Apa kau bisa menebak alasan wanita licik itu kembali?" bisik salah seorang pelayan.

"Tentu saja untuk menggoda Tuan Kenneth agar kembali padanya. Wanita itu terlihat sangat menyedihkan, ketika sudah miskin saja baru dia ingat pulang."

"Apa Tuan Muda Nicholas sudah tahu kalau iblis ini ibunya? Ah, aku berharap tidak atau dia akan mengamuk."

"Aku rasa tidak. Tuan Muda Nicholas pasti sangat membenci ibu yang sudah tega meninggalkannya demi lelaki lain.

Claire pura-pura tidak mendengar para pelayan itu, kemudian menyudahi makannya. Dia kembali melangkah anggun menuju taman diantar seorang pelayan. Dia sedikit kikuk, tetapi berusaha menutupinya atau para pelayan rendahan itu akan kembali menggunjing.

"Hai, Nicholas. Apa kau mungkin mengenaliku?" sapa Claire ramah. Dia ingat bahwa sosok yang harus dia dekati lebih dulu adalah anak itu.

"Kau siapa dan kenapa kau berani memanggil namaku?"

Claire tidak peduli, dia meraih tangan anak lelaki yang sangat menggemaskan itu. Siapa sangka, Nicholas menurut saja membuat para pelayan saling melempar pandangan.

Mereka duduk di sebuah kursi panjang di bawah pohon. Claire memegang tangan Nicholas, para pelayan kembali berbisik merendahkan wanita iblis itu.

"Kenapa kau berusaha mendekatiku? Apa kau kekasih ayahku, huh?"

"Nicholas, apa kau tidak bisa menebak sesuatu? Dan ingat, kau tidak boleh bertanya dengan nada ketus seperti itu."

"Aku tidak dekat dengan ayahku, jadi lebih baik kau enyah dari sini! Satu lagi, tidak usah mengaturku, kau tidak punya hak!"

"Hey, kenapa kau sangat marah?"

"Pergi kataku!" Nicholas berdiri.

Lihat, bahkan anak berusia delapan tahun pun sudah pandai membentak. Hal itu membuat Claire semakin berpikir bahwa Nicholas sedang tidak baik-baik saja. Walau harus disiksa karena Kenneth yang menyimpan dendam, dia berencana untuk kembaki melakukan strategi awal.

Para pelayan memberanikan diri untuk mengajak Nicholas pergi dari sana sebelum anak itu kembali mengamuk dan memecahkan barang apa saja yang bisa dia raih.

"Nicholas, kuberitahu padamu, kau tidak boleh membentakku."

"Kenapa aku tidak boleh membentakmu? Apakah sekarang orang asing bisa dengan mudah mengatur pemilik rumah?"

"Karena aku ini–"

"Tuan Muda, bukankah Anda harus belajar sekarang?" Pengasuh Nicholas sengaja memotong pembicaraan mereka berdua karena khawatir terjadi keributan besar.

Dia tidak mau mendapat hukuman dari Kenneth hanya karena Nicholas dekat dengan wanita yang tuannya benci. Dengan penuh rasa takut, dia menuntun Nicholas pergi dari taman.

"Nyonya, Tuan Kenneth memanggil Anda!"

Wanita itu menepuk jidat. Sepertinya dia memang sudah menjadi boneka mainan Kenneth yang bisa dipanggil dan diusir sesuka hati. Dengan kesal dia mengikuti langkah pelayan itu.

Apakah sekarang dia harus mendapat siksaan yang sama dengan sebelumnya atau jauh lebih berat karena berani mendekati Nicholas? Claire berharap dalam hati, ajal menjemputnya segera.

"Wow, siapa ini? Apa kau sungguh Chloe Dakota?" sapa Jennifer begitu melihat Claire.

Claire tidak menanggapi padahal tahu kalau wanita itu adalah Jennifer, adik kandung Kenneth. "Kau sengaja tidak memperdulikanku? Seharusnya kau malu karena sudah mencuri dan selingkuh dari Kenneth. Kenapa kau begitu percaya diri?" lanjutnya.

"Jangan bicara padaku, kau tidak memiliki hak untuk itu!" sentak Claire berhasil membuat Jennifer bungkam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status