“Aku tidak akan meninggalkan Amara sendirian, hanya untuk dikenalkan ke ayah dari teman baikmu itu,” ketus Nic. Betapa teganya dia sampai membela wanita lain di depan istrinya sendiri.Amara merasa menang karena dibela, sedangkan Cloud hanya diam tak membalas, sampai dia sadar putranya berlari kecil mendekat ke arah mereka.“Jaga bicaramu di depan Kala!” ucap Cloud tanpa menoleh sang putra.Orangtua dan kakaknya juga mendekat, tapi Nic masih saja menatapnya penuh kebencian. Hingga Skala menyapa dan seketika raut muka Nic berubah, dia menyambut Kala dan menggendongnya seperti biasa.“Kala mengagetkan Papa saja, Papa pikir Kala menginap di rumah mabibi dan opa,” kata Nic.“Iya, tapi ‘kan mau ikut pesta dulu,” jawab Kala dengan muka polos.Nic pun menyapa sang mertua, dia tanpa ragu berkata mengajak Amara datang bersama. Cloud sendiri bersikap tak peduli, dia mencoba bersikap mesra ke Nic dengan membenarkan bagian jas yang ada di pinggang pria itu, lalu mengusap lengan. Sesuatu yang lag
"Cemburu? Padamu? Apa kamu berpikir aku memiliki perasaan semacam itu ke anak pria yang paling aku benci?" Nic menyeringai, menatap tajam seolah ingin menerkam wanita itu. Ia masih mencengkeram erat lengan Cloud, bahkan tanpa sadar kukunya melukai kulit mulus wanita itu. Cloud sebenarnya merasakan sakit di sana, tapi dia diam karena rasa sakit fisik seperti ini tak seberapa jika dibandingkan dengan luka batin yang Nic berikan."Kamu pikir hanya perasaanmu yang harus dijaga?" Tanya Cloud."Bukankah kamu istri yang baik? Turun kebawah dan buatkan aku makanan karena aku sama sekali tidak selera makan di acara temanmu tadi!"Nic melepaskan tangan, hingga dia melihat bekas merah di lengan sang istri. Cloud diam, dia terus menatap punggung Nic yang pergi dengan langkah lebar. Meski diperlakukan kasar, dia masih bersyukur karena setidaknya Nic pulang dan tidak bermalam dengan Amara. Cloud tak bisa membayangkan entah sudah berapa kali suaminya menjamah tubuh wanita selingkuhannya itu.Clou
Pagi itu, Cloud berjalan menuruni anak tangga sedikit tergesa. Kemarin, dia janji akan menjemput Kala sekaligus sarapan di rumah orangtuanya. Namun, karena terlalu lelah dia sampai kesiangan seperti ini. Bianca bahkan menghubungi Cloud beberapa kali tapi tidak dia jawab, dan ternyata tak hanya mengirim dan menelepon ke nomor putrinya, Bianca ternyata juga menghubungi Nic, hingga saat Cloud sampai di bawah dia kaget mendapati suaminya sudah duduk di ruang tamu.Nic menyilangkan kaki memandang ke arah Cloud dengan tatapan meremehkan. Tanpa bicara dia mendekat dan merampas kunci mobil di tangan wanita itu."Bisa tidak kalau membuat janji dengan keluargamu beri tahu aku? Aku tidak ingin terlihat seperti suami yang tak tahu apa-apa," kata Nic."Sejak kapan kamu peduli? Aku hanya ingin menjemput Kala dan sarapan di rumah mama, lagi pula bukannya setiap hari minggu kamu akan pergi bermain golf atau tenis bersama temanmu," balas Cloud. "Aku pikir hari ini pun sama," imbuhnya.Nic tak menjawab
"Kala, Papa lupa kalau siang ini ada janji bertemu teman Papa. Bagaimana kalau Kala ke mallnya bersama Mama saja?"Nic baru memberitahu Kala saat mobil yang dikendarainya sudah berjalan sekitar lima menit. Cloud yang duduk di sampingnya langsung melirik tajam, setelah itu memandang ekspresi putranya dari spion tengah. Kala jelas kecewa, anak itu seketika memasang muka masam. "Nanti kalau aku dicubiti ibu-ibu gimana?" Tanya Kala. Mulai mencari alasan yang masuk akal untuk mencegah Nic membiarkannya pergi ke mall hanya berdua bersama sang mama.Nic tertampar. Bukankah memang dia sendiri yang melarang Kala untuk pergi bermain di mall.Tadi dia mengiyakan karena lupa memiliki janji ke Amara. "Papa mau pergi sama siapa? Om Rio? Atau tante yang kemarin datang sama papa di acara om Aryan?"DEGTak hanya Nic, Cloud juga tertampar dengan ucapan Kala. Wanita itu menoleh dan menggeleng pelan menolak ucapan sang putra barusan. "Kala, tidak baik mencampuri urusan orangtua. Kelak ada waktunya sen
Cloud menutup panggilan dan mendekat ke pria yang sedang mengajak Kala bicara. Ia menyapa dengan ramah, meski yakin pria itu belum pernah dia temui sebelumnya. Cloud masuk ke dalam tempat mandi bola di mana Kala berada. Ia tersenyum lalu menarik pelan lengan anak itu. Naluri Cloud sebagai ibu berkata bahwa pria ini memiliki niat jahat ke sang putra."Maaf! Tap .... " Benar saja, belum juga Cloud selesai bicara, pria itu sudah menarik tangan Kala dan membuat Cloud berteriak histeris. Semua orang yang ada di arena bermain itu bahkan sampai mengamankan anak mereka masing-masing."Pak, apa yang Anda lakukan?" Tanya Cloud panik. Satu petugas yang berjaga di sana bergerak cepat berlari mencari bantuan satpam, sedangkan yang lain mendekat untuk membantu Cloud."Mama!" Kala menangis ketakutan. Pria itu melingkarkan tangan ke dada anak itu. Menahan agar Kala tidak bisa lari ke mana-mana."Pak, apa yang Anda lakukan? Anda membuat anak kecil takut." Cloud mencoba membuat pria itu sadar deng
Beberapa saat yang lalu, Nic baru saja sampai di apartemen. Dia mencium aroma wangi masakan, sehingga yakin kalau Amara pasti sudah ada di dalam sana.Meski makanan yang Amara bawa selalu diklaim sebagai masakan sendiri, tapi Nic tahu wanita itu berbohong. Amara membeli makanan-makanan itu di salah satu restoran yang sama setiap kali bertemu dengannya.“Nic, apa kamu mau makan?” Tanya Amara dengan wajah semringah. Ia agaknya kecewa saat Nic menggeleng lalu duduk di sofa.“Aku baru saja makan di rumah mertuaku.”“Menjemput Kala? Bersama Cloud?” Amara mengedikkan bahu saat Nic hanya menatapnya datar tanpa menjawab. Pria itu pasti berpikir untuk apa dirinya bertanya jika sudah tahu jawabannya.Amara mengambil bantal sofa dan memeluknya, dia kadang merasa Nic tidak benar-benar mencintainya padahal mereka sudah berselingkuh selama tiga tahun. Nic tidak pernah mengajak bercinta lebih dulu selayaknya pria yang menggilai seorang wanita. Kadang Amara merasa hanya dimanfaatkan Nic sebagai alat
“Kala baru saja tidur, tidak usah mengganggunya!”Cloud baru saja menutup pintu kamar Kala saat Nic mendekat. Ia tidak ingin ketenangan Kala terganggu karena kehadiran pria itu.“Aku hanya ingin melihatnya sebentar.”“Sampai kapan kamu akan terus bersikap egois seperti ini?” Tanya Cloud sambil menahan pergelangan tangan sang suami. “Besok pagi baru bicara ke Kala kalau kamu memang menyesal,”imbuhnya.Nic menatap tangan Cloud, hingga wanita itu buru-buru melepaskan. Cloud kembali mengingatkan agar Nic tidak masuk sebelum berlalu dari sana.Namun, tak Cloud duga Nic mendahului langkah dan menyambar tangannya. Pria itu menggelandangnya masuk ke dalam kamar yang biasa mereka tempati saat tidur bersama Kala.“Katakan! Kenapa kamu menghubungi Arkan dan bukan aku?”Cloud tersenyum miring karena sudah bisa menebak apa yang ingin Nic katakan. Sebenarnya dia ingin membicarakan hal ini besok, tapi berhubung Nic membahasnya lebih dulu, maka Cloud pun menjawab dengan berani. Ibunda Kala itu melepa
Sejak bangun, Kala tampak bersemangat. Anak itu bahkan menyiapkan sendiri baju yang ingin dia bawa bermain ke pantai. Cloud sendiri memutuskan untuk tidak berangkat kerja. Ia ingin menemani Kala seharian ini. Setidaknya sebelum meninggalkan Kala kembali bersama Nina dan sekolah. “Ada kapal tidak, Ma? Apa aku boleh naik kapal?” Tanya Kala antusias. “Tidak ada, kalau mau naik kapal besok minta sama Opa,” jawab Cloud. Ia sejak tadi juga tak bisa menyembunyikan rasa bahagia karena Kala sangat ceria. Cloud menggiring Kala masuk ke kamar mandi lalu menutup pintunya, dia meminta anak itu buru-buru membersihkan diri. “Jangan lama-lama mandinya, nanti om Arkan keburu datang.” Cloud putar badan setelah bicara, dia tak sadar Nic sudah berdiri di belakang hingga kepalanya menubruk dada bidang pria itu. “Kenapa berdiri di sini?” “Kenapa lagi-lagi tidak meminta izin dulu? Apa kamu pikir aku akan membiarkan kalian pergi?” Nic bicara dengan pelan, tapi terlihat kesal karena giginya saling berad