Share

Bab 5: Beri Racun saja?

Author: Suhadii90
last update Last Updated: 2024-10-29 09:19:47

Fandy melangkah dengan tatapan dingin, mendekati Riana yang kini berdiri kaku di sudut ruangan, tubuhnya merapat ke dinding seolah mencari perlindungan dari ancaman yang membayangi.

Bayangannya menjulang, menyelimuti ruang di sekelilingnya dengan ketakutan yang pekat. Sorot matanya tajam, penuh kendali yang tak berbelas kasihan. Riana, yang biasa tampak tegar, kini tak kuasa menahan rasa takutnya.

“Apakah kamu lupa kalau kamu sudah menjadi istriku?” tanya Fandy, tangannya bergerak menyentuh dagu Riana, mengangkat wajah perempuan itu agar mata mereka bertemu.

“Jangan pernah sentuh aku lagi, Fandy! Kamu tidak pernah menginginkanku jadi istrimu,” desis Riana, suaranya gemetar, namun ada keberanian yang terpendam dalam tatapannya.

Namun, tatapan Fandy tak goyah sedikit pun. Ia tersenyum sinis, senyum yang lebih mirip ejekan daripada kasih sayang. “Kamu lupa, Riana? Mahar yang kuberikan bukan sekadar untuk menyenangkan orang tuaku. Aku juga punya hak untuk mendapatkan kesenangan itu,” ucapnya, suaranya dingin, seolah-olah Riana adalah miliknya semata.

Riana hanya terdiam, menahan napas dalam-dalam, tubuhnya gemetar menahan ketakutan yang mendalam.

Kenangan akan malam sebelumnya berputar di pikirannya. Malam itu, kesuciannya direnggut dengan paksa, meninggalkan luka yang belum pudar dari batinnya.

Riana hanya bisa menelan kembali ketakutannya, berharap semua ini segera berakhir, namun sadar bahwa kehadiran Fandy tak akan mudah terelakkan.

“Kamu tidak berhak—” Riana berusaha berkata, namun Fandy menyela, nadanya tak terbantahkan.

“Jangan menolak, Riana. Aku akan menggaulimu sekarang juga,” ujarnya seraya membuka bathrobe yang dikenakan Riana dengan kasar, seolah-olah tidak ada rasa hormat atau penghargaan pada dirinya.

Riana terbelalak, rasa takut dan perlawanan berperang di dalam hatinya. Namun, Fandy tak peduli, ia tak memberinya pilihan, menjadikan malam itu saksi bagi kesewenang-wenangan yang diabadikan dalam luka.

**

Pagi datang seperti tamu tak diundang. Cahaya matahari yang menyelinap di balik tirai membawa sinar yang terasa pedih, menerangi wajah Riana yang masih terbaring dengan lemah.

Tubuhnya terasa berat, pegal di setiap persendiannya seakan seluruh tenaganya terkuras. Saat ia mencoba bergerak, rasa nyeri menusuk di pangkal pahanya, seolah mengingatkannya pada malam kelam yang baru saja berlalu.

“Aaaww…” keluhnya, suaranya pelan tapi penuh rasa sakit. Pandangannya terpaku pada tanda-tanda merah yang menghiasi dadanya, bekas perlakuan Fandy yang kasar. Ia menarik napas panjang, perasaan jijik menjalar di dalam dirinya.

“Menjijikkan,” gumamnya lirih, menyesali setiap keputusan yang membawanya pada pernikahan ini.

“Kalau saja aku tahu seperti apa sifat aslimu…” ucapnya sambil mengusap wajahnya dengan lelah.

Baginya, ini adalah penyesalan pahit yang harus ditelan. Pernikahan yang terjalin bukan atas dasar cinta atau kasih sayang, melainkan rasa tanggung jawab yang akhirnya menjadikannya terjebak dalam permainan yang ia sendiri tak tahu caranya berhenti.

Pikiran Riana melayang, menyesali saat di mana ia memutuskan untuk meminta Fandy bertanggung jawab.

Bila ia tahu semua ini akan membuat tubuhnya terasa remuk seperti sekarang, mungkin ia takkan membiarkan Fandy merenggut kesuciannya.

Namun kini, yang tersisa hanyalah kebencian dan penyesalan yang terus berputar di benaknya.

Tiba-tiba, suara teriakan Fandy memecah keheningan. “Riana!” panggilnya, suara beratnya menggema hingga ke seluruh ruangan.

Riana terkesiap, seolah mendengar suara itu saja sudah cukup membuatnya kembali ke dalam rasa takut yang belum sempat hilang.

Ia segera melangkah ke kamar mandi, mengunci pintunya erat-erat. Sejenak ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.

Tak ada keinginan sedikit pun baginya untuk menuruti kemauan Fandy lagi. Tubuhnya masih terasa sakit, ia tak sanggup lagi meladeni lelaki yang sama sekali tak peduli pada perasaannya.

Dari balik pintu, suara Fandy masih terdengar. “Selesai mandi, siapkan sarapan untukku! Aku harus ke kantor pagi ini juga,” perintahnya dengan nada yang tak mau ditawar.

Riana hanya memejamkan mata, menghela napas panjang. “Semoga saja kamu cepat pergi, Fandy,” gumamnya dengan suara hampir tak terdengar.

“Jauh lebih baik kalau kamu tidak ada. Aku bisa beristirahat tanpa harus merasa takut.” Dalam hatinya, ia hanya berharap Fandy akan segera meninggalkan rumah itu, setidaknya untuk sementara.

Selesai mandi, Riana melilitkan handuk di tubuhnya, mengunci pintu kamar, dan segera berganti pakaian. Hanya dengan mengunci diri seperti ini ia merasa sedikit terlindungi, setidaknya dari ancaman yang kini selalu ada di dekatnya.

Setelah selesai berpakaian, ia pun keluar dari kamar. Fandy sudah duduk di ruang tamu, sibuk dengan ponselnya, wajahnya tampak tersenyum samar saat ia menatap layar yang menampilkan wajah seorang wanita.

Wajah itu tak asing baginya; Citra, wanita yang selalu menjadi bayang-bayang dalam pernikahan ini, cinta Fandy yang tak pernah tergantikan.

Riana menghela napas, perasaan getir menelusup di hatinya. “Mau dibuatkan apa untuk sarapan?” tanyanya datar, berusaha menjaga sikap netral.

“Yang simple saja, nasi goreng,” jawab Fandy tanpa menoleh. Tatapan matanya tak pernah lepas dari ponselnya, seolah keberadaan Riana tak lebih dari sekadar bayangan di rumah ini.

Riana mengangguk tanpa bicara lagi. Langkahnya membawa dirinya ke dapur, hatinya terasa sepi meskipun ia tahu kehadiran Fandy di dekatnya.

Setiap gerakan tangannya saat menyiapkan bahan-bahan untuk sarapan terasa lambat, kosong, seolah-olah jiwanya terjebak dalam rutinitas tanpa makna.

“Haruskah kuberi racun, ke dalam makanannya?” gumam Riana dengan nada yang tak terdengar seperti dirinya. Jarinya bergerak-gerak lamban, mengaduk nasi goreng dengan pandangan kosong.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 140: Cinta yang Penuh Untukmu - Tamat

    Waktu sudah menunjuk angka satu pagi. Riana sudah memasuki bukaan lengkap. Dokter Mery dan juga tiga perawat sudah berada di sana hendak membantu proses persalinan Riana."Tarik napasnya dalam-dalam, lalu keluarkan. Oke! Satu ... dua ... tiga ...."Riana menarik napasnya dan mengeluarkannya kembali. Mengejan dengan sekuat tenaga dengan tangan memegang erat tangan Satya.Lelaki itu benar-benar tak pernah meninggalkan Riana sejak mereka tiba di rumah sakit."Ayo, Sayang. Kamu pasti bisa," ucap Satya sembari mengusapi kening Riana yang sudah bercucuran keringat."Eeuurrnghhh ...." Dengan sekuat tenaga ia mengejan agar bayinya segera keluar.Riana mengatur napasnya yang sudah tersengal sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tubuhnya sudah sangat lemas. Namun, bayinya belum juga ingin keluar dari sana."Ayo, Bu. Tarik lagi, yuk! Tarik napasnya, kemudian keluarkan." Dokter Mery memberikan interupsi lagi kepada Riana.Perempuan itu kembali mengejan. Tangannya sudah semakin erat memegang tang

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 139: Detik-Detik Menegangkan

    Sembilan bulan sudah, usia kandungan Riana. Perkiraan Riana akan melahirkan sekitar dua sampai tiga harian lagi."Kamu sudah cuti, Kak?" tanya Riana menghampiri Satya yang baru saja selesai mandi."Iya, Sayang. Waktu lahir Fabian dulu, kamu lahiran lebih cepat dari perkiraan. Aku tidak ingin hal yang dulu terjadi, terjadi lagi untuk saat ini. Aku mau stay di rumah dan menemani kamu."Riana menerbitkan senyumnya. "Manis banget. Suaminya siapa sih, ini?""Kamu nggak ngakuin aku?"Riana terkekeh pelan kemudian menggeleng pelan. "Aku anggapnya kamu teman hidupku. Forever."Satya mencubit gemas hidung istrinya itu. "Bisa aja. Mau sarapan apa? Mau aku buatkan lagi?""Boleh. Roti bakar selai strawbery, yaa.""Siap! Tunggu sebentar, yaa. Fabian udah bangun?""Udah. Mulai hari ini kan, Fabian udah sekolah. Lupa?""Oh, iyaa. Aku udah janji ke Fabian akan antar dia ke sekolah hari ini. Astaga! Untung kamu ingetin."Satya segera keluar dari kamarnya dan menghampiri Fabian. Riana yang melihatnya h

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 138: I Trust You!

    Riana mengerucutkan bibirnya. Satya kemudian menarik tangan Riana hingga kini perempuan itu duduk di sampingnya.Bibirnya menyapu bibir mungil perempuan itu dengan lembut. Tangannya melingkar di ceruk leher Riana merasakan sensasi ciuman yang semakin nikmat mereka rasakan.Lelaki itu sudah tidak sabar lagi. Ia lantas membuka celana dan juga kaus yang ia kenakan dan mengambil majalah yang ada di tangan Riana.Meraup bibir Riana lagi dengan ganas seraya meremas dada Riana dengan gemas. Suara desahan dari mulut Riana sudah mulai terdengar. Begitu jelas dan membuat Satya semakin ingin menghujam lebih dalam ciumannya itu.“Mmmpphh …,” desah Riana merasakan ciumannya itu. Lalu melingkarkan tangannya di ceruk leher Satya dengan tangan satunya membuka tali dress yang ia kenakan.Hingga kini, hanya celana dalam yang ia kenakan. Bagian atasnya sudah tereskpos dan tangan kekar itu kembali meremas gundukan kenyal dan indah milik istrinya itu

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 137: Modus Satya

    Satya menghela napasnya dengan panjang. "Nggak banyak, hanya segilintir saja. Lagian kan, jam tiga nanti baru berangkat. Jadi ini kan, alasan kamu nggak mau ikut karena lagi hamil?"Riana mengangguk. "Iya. Kalau lagi nggak hamil sih, aku pasti ikut. Kapan-kapan aja, yaa. Itu pun kalau nggak malas sih.""Babymoon?""Eum! Boleh deh."Satya kemudian mencium punggung tangan istrinya itu dan menatapnya sekali lagi. Membuat Riana yang melihatnya lantas salah tingkah karena ulah suaminya itu."Udah, aah. Aku mau ke dapur dulu. Mau minum susu hamil.""Biar aku saja. Kamu tunggu di sini, sambil nunggu Fabian bangun." Satya beranjak dari duduknya dan berlari kecil ke luar untuk membuatkan susu hamil untuk sang istri.Kali ini, ia benar-benar menikmati peran sebagai suami yang harus standby untuk istrinya yang tengah hamil bayinya itu.Lima menit kemudian, Satya masuk lagi ke dalam dan memberikan satu gelas susu hamil kepada sang istri.

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 136: Jangan Banyak Alasan!

    Riana menerbitkan senyumnya lalu melingkarkan tangannya di ceruk leher Satya yang kemudian mengecup singkat bibir lelaki itu."Terima kasih, sudah mau bertahan demi aku. Kalau nggak ada kamu, entah apa yang akan terjadi pada hidupku dan juga Fabian. Mungkin akan sengsara selamanya."Satya menghela napasnya dengan panjang dan menatap wajah Riana dengan lekat. "Jika aku tidak ada, mungkin akan ada pria lain yang akan buat kamu bahagia. Dan sepertinya aku tidak terima."Riana mengerucutkan bibirnya. "Alasan kamu nggak mau pulang ke Indonesia itu karena kamu tidak yakin akan sembuh?" tanyanya ingin tahu.Satya menggeleng pelan. "Karena aku tidak ingin melihat air mata Mama dan Papa yang terus meratapi kesedihan akan kondisiku. Itulah kenapa Mama sangat menyayangi kamu. Karena kamu sudah menyelamatkan hidup anak sulungnya."Riana mengulas senyumnya kepada suaminya itu. "Begitu rupanya. Aku bersyukur punya Mama dan Papa yang care dan sayang sama aku, Kak

  • Istri Pengganti CEO Arrogant   Bab 135: Rasa Syukur Satya

    Riana menganggukkan kepalanya dan menerbitkan senyum kepadanya. "Semangat."Tak lama kemudian, Satya pun datang menghampiri istrinya itu. Ia lalu menyapa Deasy yang tengah duduk di samping istrinya."Kenalin, ini suami saya. Namanya Satya.""Deasy." Perempuan itu memperkenalkan dirinya kepada Satya."Satya." Ia hanya tersenyum kepada perempuan itu tanpa menjabat tangannya."Suami saya pernah memiliki penyakit aneh. Dia tidak berani menyentuh perempuan mana pun kecuali mamanya. Dan sampai sekarang, dia masih belum berani menyentuh perempuan lain selain saya dan mamanya."Riana menjelaskan kepada Deasy tentang Satya yang menolak jabatan tangannya.Deasy akhirnya paham kemudian mengulas senyumnya. "Memang ada, penyakit seperti itu dan sangat langka."Riana mengangguk. "Iya. Dan suami saya merupakan salah satunya yang mengalami penyakit itu."Deasy mengangguk. Ia kemudian pamit kepada Riana sebentar untuk mengambil ponselnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status