Share

15. Ketegaran

Kucoba mencari sisa-sisa ketegaran, yang berserakan di dalam puing-puing kesabaran. Berharap suatu hari Allah akan menggantinya dengan kebahagiaan.

**********

Aku yang merasa tersisih memutuskan memutar tubuh menuju ke dapur. Tapi tak berapa lama Umi mendekat, dan mengatakan hal yang membuat dadaku semakin perih.

"Kamu sebenarnya dari mana seharian ini? Kamu seharusnya sadar, kamu itu sudah bersuami. Nggak baik pergi tanpa izin dari Adit," ujar Umi dengan nada sinis.

Kupejamkan mata, dan menarik napas panjang. Lalu kutatap wanita paruh baya di depanku. Mencoba sekuat hati menahan emosi agar tak keluar saat ini juga, sungguh berat rasanya.

"Kay hanya pergi dengan sahabat Kay, Umi." Aku menjawab dengan

Nurmoyz

Si Adit cemburu aja pake ngambek, kudu diapain ya dia? Ngeselin soalnya ckckc. Kalian kesel juga nggak sih? Jangan lupa tinggalkan jejak ya.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status