Kepala Pelayan membawanya ke Taman yang ada di Mansion itu,
Sebelum si Kepala Pelayan menyuruh Alia untuk merawat tanaman, seorang Pelayan berjalan dengan membawa beberapa Pot Bunga Mawar, kemudian meletakkannya di hadapan Alia, Alia merasa senang ketika ia mengetahui bahwa ia tidak diberi pekerjaan yang terlalu sulit.
"Bersihkan semua mawar dalam waktu satu jam, dan pastikan semua kelopak, daun, serta batang bersih, sehingga tidak ada debu yang menempel di atasnya" ucap Kepala Pelayan sambil menunjuk ke Pot Bunga itu
Alia melihat pemandangan di hadapannya dengan perasaan cemas, Ada sekitar selusin pot bunga mawar, yang membutuhkan waktu setidaknya setengah hari untuk dibersihkan secara menyeluruh, terlebih lagi semua mawar itu memiliki duri.
Namun, Kepala Pelayan hanya memberinya waktu satu jam untuk menyelesaikan semua pekerjaan itu, jelas bahwa Kepala Pelayan itu sengaja membuatnya kesulitan.
Namun, apa yang bisa ia lakukan? batin Alia, ia tidak memiliki pilihan selain mencoba secepat mungkin untuk menyelesaikannya.
Alia mulai menyeka bunga-bunga itu secepat mungkin, karena gerakannya yang cepat, membuat jari-jarinya tertusuk duri dari waktu ke waktu, darah mengalir keluar dari ujung jarinya dan menodai daun hijau.
"Hei si barang imitasi! darahmu telah menodai bunga!" teriak Sang Kepala Pelayan dengan tidak senang melihat darah Alia menodai daun hijau itu
Alia tidak tahan lagi disebut "imitasi", ia mendekati Kepala Pelayan itu
"Bagaimana kamu tahu bunga-bunga ini masih kotor setelah aku menyekanya" ucap Alia
Sebelum hari ini, para Pelayan yang ada di Mansion milik Adrian ini tidak pernah ada yang melawan kepada Kepala Pelayan, namun sekarang, apa wanita ini benar-benar berani membantahnya? seringai muncul di raut wajah Kepala Pelayan sebelum dia berbalik dan pergi.
Alia menghela napas lega begitu dia menghilang dari pandangan, ia memutuskan untuk tetap fokus pada pekerjaannya.
Kemudian, Alia merasa lapar karena belum sarapan pagi itu.
Ketika Kepala Pelayan kembali satu jam kemudian untuk memeriksa pekerjaan Alia, hanya ada satu pot bunga mawar yang tersisa, ia memandang wanita yang berjongkok di tanah sambil merawat tanaman itu,
Alia masih mengenakan pakaian milik Nyonya muda Denaswara dan bukan seragam Pelayan yang sama dengan dirinya, ini membuat Kepala Pelayan merasa agak tidak senang.
Kemudian, Kepala Pelayan mengangkat tangannya dan mendorong Alia, Dorongan itu membuat Alia jatuh dan menyebabkan tangannya menekan batang mawar berduri yang ada di tanah, Alia hanya bisa meringis kesakitan.
Setelah meyadari apa yang terjadi, Alia menatap Kepala Pelayan, dan dengan jelas menekan amarahnya,
"Siapa namamu?" tanya Alia dengan tenang
"Endah Sunarya, apa ada masalah dengan itu?" jawab Kepala Pelayan sambil menatapnya dengan tatapan jijik
Bibir Alia berkedut saat ia mencoba untuk tidak membiarkan Kepala Pelayan ini memancing emosinya
"Kamu hanyalah barang imitasi, jangan berharap Tuan Muda Denaswara akan membelamu, kamu tidak dapat menyelesaikan bunga-bunga ini dengan tepat waktu, jadi jangan berharap untuk mendapatkan makan siang hari ini" ucap Endah sambil menatap Alia dengan pandangan menghina
Ucapan Kepala Pelayan itu hanya membuat Alia semakin menyadari betapa lapar dirinya, perutnya mulai terasa sakit, dan lagi dia sering menderita masalah lambung, lebih buruk lagi penyakit lambungnya cukup serius dan akut.
"Berdiri dan kembali bekerja" perintah Endah ketika melihat Alia meletakkan tangan diatas perutnya yang sakir, Endah berpikir bahwa Alia hanya mendramatisir
"Endah, aku tahu bahwa aku hanyalah seorang Pelayan, tapi kamu setidaknya harus membiarkanku makan, aku belum sarapan pagi ini, jadi aku merasa tubuhku agak lemah karena merasa lapar" ucap Alia, sambil menatap Endah lalu bangkit berdiri,
"Barang imitasi, kamu sangat tidak tahu malu, jika kamu memiliki waktu untuk memikirkan makanan, kamu pasti memiliki waktu untuk menyelesaikan pekerjaanmu" ucap Endah dengan seringai di wajahnya
"Berhenti menyebutku barang imitasi" ucap Alia dengan nada membentak memperingati Endah, ini sudah melewati batas kesabarannya
"Barang imitasi, barang imitasi, barang imitasi...." ledek Endah berulang kali, sambil melipat tangannya di depan dada
Tatapan tajam di mata wanita itu, sudah cukup untuk mendorong kemarahan Alia, dengan mengabaikan rasa sakit di tangannya, Alia melemparkan dirinya ke arah Endah kemudian mencengkeram lehernya.
Meski marah, namun dia mencoba sebaik mungkin untuk mengendalikan kekuatannya dan memastikan bahwa Pelayan yang menyebalkan ini masih bisa bernapas.
"Endah, karena aku tidak tumbuh besar sebagai anggota Keluarga Bratakusuma, jadi aku sangat berbeda dari para wanita manja itu, aku tidak pernah menerima perlindungan dari mereka sebagai seorang Anak, jadi tentu saja, aku belajar bagaimana untuk membela diriku sendiri, kamu sebaiknya tidak memancing emosiku lagi, atau kamu akan menganggung akibatnya" ucap Alia dengan suara dingin
Alia baru mengendurkan cengkeramannya di leher Endah setelah mengatakan kalimat itu, ia mengerti bahwa Adrian adalah Orang yang ditipu oleh dirinya dan keluarganya, jadi tentu saja, dia memiliki hak untuk marah dan memperlakukannya dengan buruk,
Alia tidak punya pilihan lain selain menerima semuanya. akan tetapi ia tidak bisa menerima bagaimana bisa Kepala Pelayan ini memperlakukannya dengan sikap yang begitu arogan
"Huh!" Endah mendengus dengan kesal, setelah mengatur napasnya, Endah menatap Alia dengan tatapan tidak percaya,
"Tunggu dan lihat saja nanti" ucap Endah, setelah mengatakan itu sang Kepala Pelayan itu berbalik dan lari meninggalkannya.
Alia ditinggal sendirian dan lanjut menyelesaikan Pot bunga terakhir, namun tidak lama kemudian, Endah kembali dengan sekelompok pelayan,
"Hajar dia" teriak Endah sambil menunjuk Alia
"Apa, dia sungguh berani" batin Alia, Alia berpikir demikian, tapi ia sudah di dorong ke lantai dan ditinju serta ditendang oleh para Pelayan, rasa sakitnya tak tertahankan, tapi dia menggertakkan giginya dan tidak meneteskan air mata sedikitpun.
***
Siang hari, Adrian pergi ke Ruang makan setelah semua hidangan telah diletakkan di atas meja makan.
Adrian duduk di ujung meja, dan perlahan mengambil peralatan makan, tiba-tiba, Adrian teringat dengan wanita itu, tepat ketika ia akan memakan makanan di hadapannya. Alia belum sarapan apapun di pagi hari, dan sekarang sudah masuk jam makan siang, ia pasti sudah lapar sekarang.
Karena ia telah memberi tahu Bimo Bratakusuma, bahwa ia akan memberinya dua hari untuk menemukan Alina, jadi ia harus memastikan bahwa wanita ini aman dan sehat sampai saat itu tiba.
Adrian memerintahkan seorang Pelayan untuk membawa Alia ke Ruang makan, saat memikirkan hal ini.
"Baik, Tuan" ucap Pelayan itu, sambil berlari untuk memanggil Alia
Lima menit kemudian, Alia berjalan terhuyung-huyung memasuki Ruang makan dengan dibantu oleh seorang Pelayan, pakaiannya berantakkan dan kuyu, tubuhnya dipenuhi oleh memar dan noda darah,
"Apa yang terjadi?" tanya Adrian sambil menyipitkan matanya
"Tuan, si barang imitasi ini bertengkar dengan Mbak Endah, jadi dia dipukuli" ucap salah satu Pelayan yang membantu Alia dengan ragu-ragu
Warning 18+++"Bukan apa-apa" ucap Alia"Jawabanmu sulit dipercaya, aku baru saja melihatmu sedang tersenyum" ucap Adrian, Alia hanya mengernyitkan wajahnya padanya, dia terlalu tercengang untuk bisa mengucapkan sepatah katapunEkspresi Adrian begitu jujur dan blak-blakkan sehingga Alia harus menahan tatapannya kemudian dia bertanya "Apa kamu ingin memakan sesuatu?""Tidak" ucap AdrianAlia menganggukkan kepalanya dan melanjutkan "Jadi, katakan padaku apa kamu bisa memasak?"Terlihat kilatan nakal di mata Adrian sambil dia melirik Alia "Apa kamu berpikir bahwa aku bisa memasak?""Tidak, aku tidak percaya kamu bisa masak" ucap Alia"Yah, kalau begitu tidak perlu menanyakan pertanyaan bodoh seperti itu padaku" ucap Adrian membuat Alia menggelengkan kepalanya perlahan lalu tersenyum, dia menundukkan kepalanya mulai menyendok makanan yang ada di piringnya dan berkata "Aku tidak pernah berharap untuk menikah dengan Pria kaya sebelumnya, jadi hidup yang kita jalani sangat berbeda dari apa y
Adrian menjawab dengan tenang "Bagiku, lebih aman dan nyaman untuk menghabiskan hidupku bersama denganmu, yang aku tahu pasti mencintaiku, dibandingkan menghabiskan semua waktuku untuk Alina yang melarikan diri dari pernikahan, kamu mencintaiku bukan?"Alia memasang ekspresi keras kepala lalu berkata "Itu urusanku apakah aku mencintaimu atau tidak""Yah, seperti yang sudah kukatakan, aku lebih suka hidup bersama wanita yang mencintaiku" ucap Adrian membuat Alia mengangkat alisnya seolah baru menyadari sesuatu"Bukankah kamu selalu merasa tidak aman?" tanya Alia"Ya, terkadang aku merasa sedikit tidak aman" ucap Adrian menjawab dengan jujur membuat Alia terkejut mendengar jawabannya, dia tidak pernah bisa percaya atau membayangkan tentang hal itu, akan tetapi Alia berusaha untuk menutupi keterkejutannya"Mengapa kamu merasa tidak aman? apa karena hal yang telah terjadi di masa lalu?" ucap Alia setelah menatap Adrian selama beberapa detikAdrian menempelkan dahinya ke dahi Alia lalu ber
"Tidakkah menurutmu kata-kata seperti itu seharusnya diucapkan oleh seorang wanita? Kamu tahu biasanya hanya para Wanita yang membuat permintaan seperti itu" ucap Alia sambil tersenyum geli padanyaAdrian menatapnya, lalu menjawab dengan alasan "Mungkin itu karena kamu terlalu sulit, tidak seperti Wanita lain" membuat Alia terdiam mendengar jawabannyaAlia tidak tahu apakah Pria itu sedang memuji atau menghinanya, Alia menarik tangannya dari telapak tangan Adrian lalu berkata "Lanjutkan perkerjaanmu, aku akan pergi keluar" kemudian Alia membalikkan badannya untuk berjalan pergi, tapi sebelum dia bisa pergi melalui pintu, Suara Adrian terdengar dari belakang,"Aku tidak punya banyak pekerjaan karena ini adalah akhir pekan" membuat Alia menghentikan langkahnya lalu berbalik sambil mengangkat alisnya, "Jadi apa yang kamu inginkan?"Adrian menatapnya selama beberapa detik sebelum membuang muka sambil sedikit terbatuk, kemudian dia bertanya "Apa kamu ingin melakukan sesuatu? aku akan menem
"Apa yang membuatmu bisa berkata seperti itu? apapun alasan di balik itu, itu adalah masalah di antara kamu dan Andra, atau mungkin hanya prasangkamu padanya, yang pasti itu sama sekali tidak ada kaitannya denganku, jadi jangan memintaku untuk bertingkah seperti yang kamu inginkan" ucap Alia sambil menatap mata Adrian dalam-dalam"Ini tidak ada kaitannya denganmu?" tanya Adrian"Ya, Benar, itu tidak ada kaitannya denganku" ucap Alia membuat Adrian menatap Alia dengan raut wajah tidak senang"Apa kamu lupa kamu Wanita milik siapa?" ucap Adrian, bagaimana mungkin Alia bisa lupa? dia adalah Nyonya Adrian Denaswara, namun itu tidak berarti bahwa dia harus mengikuti semua yang Pria itu katakanAlia menatap kembali matanya lalu menjawab "Apa kamu bahkan berpikir bahwa aku adalah Wanitamu? lagi pula tidak ada perbedaan di antara Aku dan Karyawan wanitamu, kecuali kita tidur di ranjang yang sama setiap malam bukan? Kami harus melakukan semua hal sesuai dengan keinginanmu, dan kami tidak dapat
"Bagaimana Adrian bisa menebak begitu cepat?" pikir Alia dalam hatinya, lalu dia menjawab setelah ragu-ragu sejenak "Orang itu... adalah Andra"Namun kata-kata berikutnya yang dia dengar dari mulut Adrian terlontar dengan suara yang sangat dingin "Dalam 20 menit, aku ingin melihatmu berada di Rumah""Tapi..." ucap Alia yang terpotong karena Adrian sudah mematikan teleponnyaAlia mengatupkan bibirnya dan menyimpan kembali ponselnya, dia berjalan ke arah Adrian dan Maria, tapi sebelum dia bisa mengatakan apa-apa Maria duluan yang bertanya padanya "Siapa yang meneleponmu?"Namun Alia hanya melirik Maria sebentar, dan tidak menjawab pertanyaannya, lalu dia menatap lurus ke arah Andra dan berkata "Andra, jika kamu punya waktu luang, tolong bawa Maria untuk menunggang kuda, aku tidak akan ikut bersama dengan kalian, aku harus pulang ke Rumah sekarang""Alia, aku sangat ingin menunggang kuda, tapi aku ingin kamu menemaniku" ucap Maria sambil merengek"Mungkin lain kali, oke?" ucap Alia, Alih
Sementara itu Alia membeku di tempatnya berdiri, mencoba untuk memahami apa yang baru saja dikatakan Maria padanya, tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang, Andra sudah melihat mereka masuk ke dalam Restaurant, jadi mereka tidak bisa pergi dari sana, Alia memberikan tatapan yang tegas pada Maria, Kemudian dia menggertakkan gigi dan berkata pada Maria dengan nada marah "Aku akan berurusan denganmu begitu kita pulang nanti"Maria menyatukan kedia tangannya dan memohon kepada Alia "Tolong Alia, maafkan aku"Alia sudah merasa kesal, jadi dia mengabaikan permohonan maaf Maria dan berjalan mendekat ke arah Andra, dia tahu bahwa dia tidak bisa mendekat ke arahnya dengan ekspresi marah, jadi dia dengan cepat tersenyum, lalu menyapanya dengan sopan, "Hallo Andra, apa kabarmu?""Aku baik-baik saja, duduklah Alia, Maria" ucap Andra"Terima kasih Andra" ucap Alia membalas, kemudian mereka semua duduk di kursi yang ada di hadapan AndraTidak lama kemudian Andra memanggil Pelayan untuk membawakan