Share

Istri Pengganti Tuan Muda
Istri Pengganti Tuan Muda
Auteur: Vanilla_Nilla

Bab 1 : Sebuah Pengkhianatan

Seorang lelaki sedang berjalan menuju apartemen kekasihnya dengan membawa sebuah buket bunga mawar yang begitu cantik.

Rey memesan bunga itu dari toko langganannya. Pria tersebut memang sering memesan bunga untuk kekasih yang paling dicintai. Dia sudah tak sabar karena satu hari lagi pernikahan mereka akan terlaksana.

"Semoga saja Erlin suka dengan bunganya," gumam Rey bermonolog.

Pria itu mulai membuka unit apartemennya menggunakan kartu akses. Apartemen ini sengaja Rey belikan untuk calon istrinya. Lelaki tersebut berencana akan tinggal di apartemen ini ketika mereka berdua sudah menikah nanti.

Pintu ruangan sudah mulai terbuka. Rey melangkah masuk hendak mencari keberadaan Erlin. Pria itu berjalan perlahan dan menaiki anak tangga. Mungkin saja Erlin masih berada di dalam kamarnya.

Akan tetapi, ketika Rey menaiki anak tangga satu per satu, ia mendengar suara desahan dari kamar kekasihnya.

"Kurang ajar! Apa yang sudah Erlin lakukan di dalam sana?" umpat Rey kesal dengan suara lirih.

Rey semakin menajamkan pendengarannya. Pria itu tidak salah dengar, itu memang suara Erlin dengan seorang lelaki. Namun, Rey tak tahu Erlin sedang bermain dengan siapa di dalam sana.

'Awas saja Erlin, kalau kamu sampai berani bermain di belakangku. Aku tidak akan memberi ampun!' geram Rey dalam hati sembari mengencangkan rahang kukuhnya.

Kedua tangan Rey mengepal. Ia pun mulai membuka pintu kamar Erlin dengan perlahan, ternyata Erlin tak mengunci pintu kamarnya.

Kedua bola mata Rey membulat sempurna. Seketika dadanya terasa begitu sesak ketika mendapatkan Erlin sedang berada dengan seorang lelaki di atas ranjang. Pria itu pun melempar buket yang berisikan bunga mawar ke sembarang arah.

"Bajingan!" umpat Rey berang.

Erlin dengan seorang lelaki yang sedang memeluknya di atas ranjang terkesiap tatkala mendapati Rey yang sudah berada di ambang pintu kamar.

"Rey," ucap Erlin lirih. Wanita itu terlihat sangat gugup saat ini.

Erlin lekas menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang pun.

"Kurang ajar!" maki Rey, "jadi ini kelakuan kamu di belakang aku, hah?! Aku bahkan memberikan kamu sebuah apartemen untuk kita tinggali sesudah menikah nanti. Tapi apa ini? Kamu malah mengotori apartemenku dengan membawa bajingan ini!"

"Ma–maafkan aku, Rey. Aku ... aku khilaf," ucap Erlin terbata-bata dengan wajah yang sudah panas dingin. Apalagi sisa-sisa keringat percintaannya masih tercetak jelas di wajahnya.

"Apa kamu bilang? Khilaf? Kamu bilang khilaf, tapi kamu menikmatinya, kan?! Dan bisa-bisanya kamu bercinta dengan bajingan ini dan membawanya ke apartemenku!" sergah Rey dengan wajah yang sudah merah padam karena emosi.

"Rey ... Sayang, tolong dengerin aku dulu," pinta Erlin memohon dengan sangat kepada tunangannya. Erlin mendekat dan meraih tangan Rey mencoba untuk menenangkan calon suaminya.

Dengan refleks Rey menghempaskan tangan Erlin. Dia merasa begitu jijik dengan wanita yang tak mengenakan busana.

"Ke sini kamu! Kamu jangan bisanya bersembunyi di balik selimut!" teriak Rey kepada pria selingkuhan tunangannya di sana.

Rey sudah sangat geram dengan lelaki yang bisanya cuma bersembunyi di balik selimut. Ia melangkah maju dan menarik tangan lelaki yang masih bersembunyi tersebut.

Rey tidak peduli bila lelaki itu tak mengenakan sehelai benang pun. Ia mulai menghajarnya dengan membabi buta, sesekali Rey pun menendang perutnya.

Bugh!

Bugh!

"Uugh!" Pria itu kesakitan sambil memegang perutnya yang barusan dipukul oleh Rey.

Rey terus saja meninju, menendang, dan memukul seperti samsak yang ia miliki di rumahnya. Pria yang kini dipenuhi oleh amarah itu tak akan segan-segan mematahkan kaki lelaki yang sudah kurang ajar menyentuh wanitanya.

"Rey, berhenti Rey! Aku mohon!" Erlin berteriak memohon kepada Rey agar pria itu menghentikan pukulannya.

Erlin sudah menangis sedari tadi, kata-kata maaf pun sudah wanita itu lontarkan berkali-kali. Namun, sayangnya, Rey tak mendengarkannya. Pria itu malah menendang tubuh lelaki itu sampai tubuhnya terbentur tembok.

"Aagh!" Pria tersebut meringis kesakitan, "apa kamu akan membunuhku? Harusnya kamu sadar diri mengapa Erlin berselingkuh denganku? Semua itu karena aku bisa memberikan kepuasan untuknya, tidak seperti kamu. Dasar pecundang!" ucap lelaki yang sudah bersimbah darah tersebut. Ternyata ia masih punya nyali untuk menghina, pikir Rey.

"Cih! Apa kamu bilang? Pecundang? Bahkan kamu lebih pecundang daripada aku. Aku akan membunuhmu sekarang juga!"

Rey terus saja memberikan pukulannya kepada lelaki itu. Meskipun dia sudah terluka parah di bagian wajah, kening, perut, kaki, bahkan bibirnya pun sudah robek.

Lelaki itu sudah mengeluarkan darah segar. Namun, Rey tak menghentikannya, ia terus saja menghajarnya habis-habisan tanpa ampun.

"Jangan, Rey!" teriak Erlin. Wanita itu menjatuhkan tubuhnya di samping Rey, ia menahan kaki pria yang sudah dibaluti dengan emosi yang luar biasa itu.

Namun, Rey seakan hilang ingatan. Ia sama sekali tidak menghentikan pukulannya sampai pria di hadapannya ambruk dan babak belur.

"Rey, tolong hentikan, nanti dia bisa mati. Aku mohon, Rey!" Erlin memohon dengan deraian air mata.

Rey menghempaskan tubuh Erlin agar menjauh darinya. "Jangan sentuh aku dasar wanita murahan! Selama ini aku selalu memberikanmu yang terbaik. Apa pun aku selalu kasih, tapi apa ini? Apa ini balasan dari kamu? Apa kamu lupa satu hari lagi pernikahan kita? Tiga ribu undangan sudah tersebar dan kamu sepertinya melupakan itu semua!"

Rey mencoba meredam semua emosinya yang sudah membara, mata elangnya sudah menyala. Tangannya sedari tadi terus mengepal, dadanya naik turun menahan amarah yang sudah memuncak.

Wanita yang selama ini Rey perjuangkan ternyata telah mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan pria lain. Namun, Rey juga bersyukur, ternyata perselingkuhannya itu segera diketahui olehnya, sebelum pernikahan terlaksana. Ternyata Tuhan masih sayang kepadanya.

"Erlina Aguswari, mulai hari ini hubungan kita sudah berakhir!"

Deg!

Jantung Erlin seperti berhenti berdetak ketika mendengar perkataan dari Rey. "Tidak, Rey. Aku tidak mau."

Rey melepaskan sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya—cincin pertunangannya dengan Erlin—. Kemudian ia lempar ke wajah Erlin dengan begitu keras. Sampai Erlin pun refleks menundukkan pandangannya untuk menghindari cincin itu agar tak mengenai wajahnya.

"Mulai hari ini kamu tidak perlu lagi tinggal di apartemen ini! Aku akan menjualnya, aku tidak ingin menghabiskan sisa hidupku dengan tinggal di sebuah apartemen yang sudah kamu kotori bersama kekasih gelapmu itu! Kalian memang berengsek!"

Rey pun melangkahkan kakinya dengan lebar dan pergi meninggalkan kamar Erlin. Namun, pria itu menghentikan langkah ketika sudah berada di ambang pintu.

"Dan satu lagi, aku harap bila nanti kita bertemu, kamu jangan menyapaku! Anggap saja kita tidak pernah saling kenal, paham?!" Rey berucap tanpa menoleh ke arah Erlin yang masih terduduk di samping ranjang.

"Rey, aku mohon jangan tinggalin aku!" Erlin masih berharap Rey tak akan meninggalkannya. Namun, pria tersebut tak menggubris perkataan Erlin, ia terus melangkahkan kakinya semakin menjauh.

Kini, Erlin hanya bisa menatap kepergian Rey dari hadapannya dengan linangan air mata yang terus saja menetes. Wanita itu sangat-sangat menyesali semua perbuatannya. "Rey, maafkan aku ...."

Rey selama ini memang selalu memberikan apa yang ia mau. Sampai Erlin meminta sebuah apartemen, Ia pun memberikannya untuk Erlin.

Kehidupan Erlin pun selalu tercukupi oleh Rey. Namun sayangnya, karena saat ini pria itu sudah mengetahui perselingkuhannya, ia pun harus kehilangan mesin ATM berjalannya.

Setelah keluar dari apartemen, Rey mencoba menghubungi seseorang.

"Halo, kenapa, Rey?" tanya orang di seberang sana.

"Tolong carikan wanita untukku."

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status