Home / Romansa / Istri Pengganti Tuan Muda / Bab 2 : Rencana Bella

Share

Bab 2 : Rencana Bella

Author: Vanilla_Nilla
last update Last Updated: 2023-07-12 16:17:09

"Gak, Pa, Bella gak mau menikah dengan lelaki yang gak Bella kenal. Bella juga sudah punya pacar. Bella gak mau putus sama pacar Bella! Bella gak mau semua orang menertawakan Bella karena menjadi istri pengganti," protes gadis itu.

Jonathan mengusap kasar wajahnya, Bella selalu saja susah diatur. Ia harus berusaha agar anaknya, mau menerima pernikahan ini.

"Papa mohon Bella ... lagian Maduswara Company sekarang masih berada dalam puncaknya. Kamu pasti akan bisa menikmati semua harta mereka."

"Bella gak percaya Papa akan bilang seperti itu sama Bella, memangnya Papa pikir kebahagiaan Bella bisa dibeli dengan uang? Bella gak peduli mau dia orang kaya atau orang miskin. Bella tetap akan menolak pernikahan ini!"

"Papa gak mau tahu, pokoknya kamu harus menikah. Kalau tidak, Papa tidak akan menganggap kamu sebagai anak Papa lagi." Jonathan langsung pergi dari hadapan keluarganya untuk menuju kamarnya.

"Papa! Bella gak mau menikah sama lelaki itu!" teriak Bella yang tak digubris oleh Jonathan.

Gadis tersebut menangis memeluk mamanya begitu erat. Bella tak menginginkan dirinya menjadi pengantin pengganti, tapi papanya terus bersikeras untuk tetap menjadikan Bella sebagai istri pengganti.

"Ma, tolong beritahu Papa kalau Bella gak mau."

Juwita mengelus rambut Bella begitu lembut. Sebenarnya ia tak masalah bila Bella menikah dengan keturunan Maduswara. Masa depan Bella pastinya akan terjamin.

Siapa yang tak kenal dengan Maduswara Company, sebuah perusahaan yang akhir-akhir ini menduduki peringkat tertinggi di kalangan para pebisnis.

"Sayang, kamu harus terima pernikahan ini. Kamu pasti akan bahagia bila menikah dengan putra Maduswara."

Bella melepaskan pelukannya dengan Juwita. Gadis itu tak menyangka bila mamanya itu akan berkata seperti itu. Juwita malah membujuknya untuk menerima pernikahan itu.

"Kenapa Mama sama saja seperti Papa? Kalian lebih mementingkan harta daripada kebahagiaan putri kalian sendiri?"

Bella segera menghapus kasar air matanya yang terus saja menetes. Ia lalu berlari ke arah kamarnya.

"Bella!" teriak Juwita ketika melihat putrinya yang berlari menjauh.

Blam!

Bella membanting pintu kamar dengan keras, ia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Menarik selimut, membenamkan seluruh tubuhnya di dalam selimut, lalu menangis sejadi-jadinya.

"Kenapa aku harus menikah dengan lelaki yang tidak aku cintai?" Ia tergugu.

Sedari tadi Bella terus saja menangis di dalam kamar. Semua wanita pasti akan mendambakan sebuah pernikahan di dalam hidupnya. Namun tidak dengan gadis satu ini, pernikahan ini membuatnya begitu terasa sedih.

Mengapa tidak? Bagaimana dia tidak sedih bila harus menikah dengan seorang lelaki yang sama sekali tidak dicintainya? Bahkan bertemu saja tidak pernah.

"Aku harus bagaimana? Apa aku harus kabur saja dari sini?" gumam Bella bermonolog.

Bukan kah sebuah pernikahan itu butuh waktu untuk saling mengenal satu sama lain, tapi tidak dengan dirinya. Dia malah dipaksa menikah oleh kedua orangtuanya.

Menolak.

Tentu saja ia sudah menolak pernikahan ini, tapi tetap saja, orang tuanya tetap bersikeras akan menikahkan dirinya dengan lelaki yang harus menjadi suaminya karena sebuah bisnis.

"Ya Tuhan, tolong bantu aku. Aku harus menghubungi Daffa. Iya, aku harus menghubungi dia sekarang."

Bella langsung mencari keberadaan ponselnya. Rasanya ia tak sanggup bila harus menikah dengan lelaki yang sama sekali tak pernah ia cintai. Ia bahkan harus mengorbankan cintanya yang sudah lama terjalin.

Ketika Bella sedang mencari ponselnya dan memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa kabur dari ruangan ini, tiba-tiba ada yang mengetuk pintunya.

Tok! Tok! Tok!

"Siapa?"

"Delisha."

"Masuk!"

Delisha masuk ke dalam ruangan Bella, dilihatnya Bella yang belum tidur. "Kamu belum tidur Bella?"

"Bagaimana aku bisa tidur? Kalau besok saja adalah hari pernikahanku dengan lelaki yang tidak aku kenal sama sekali."

"Maaf Bella, tapi ini sudah keputusan Papa, kamu harus menerimanya."

Bella meraih tangan Delisha. "Delisha, apa kamu mau membantuku? Aku sangat membutuhkan bantuanmu."

Delisha menaikan kedua alisnya. "Bantuan? Memangnya kamu butuh bantuan apa?"

"Aku ingin kamu menggantikan aku menjadi pengantin wanita."

Deg!

Delisha terperangah mendengar perkataan dari Bella, yang benar saja. Bella menyuruhnya untuk menggantikan posisi Bella. tidak, itu tidak mungkin.

Papa sama tantenya pasti akan marah bila mereka tahu yang berada di pelaminan bukanlah Bella, tapi melainkan dirinya.

"Tidak, aku tidak mau," tolak Delisha.

"Aku mohon, hanya kamu yang bisa menolong aku." Bella menyatukan kedua tangannya di atas dada memasang wajah yang sedih.

Tak biasanya memang, selama ini Bella tak pernah memasang wajah seperti itu di depan Delisha, yang ia berikan hanya wajah ketidaksukaannya kepada Delisha.

Bagaimana Bella tak suka kepada Delisha? Delisha itu anak haram papanya bersama dengan wanita lain, tetapi papanya selalu saja menempatkan anak haram itu lebih segalanya dari pada dirinya yang notabenenya sebagai anak kandung yang sah.

"Delisha, bantu aku. Aku mohon."

Hiks!

Bella menjatuhkan tubuhnya di depan Delisha, ia sampai bersujud memohon agar Delisha mau membantunya kali ini.

"Aku mohon Delisha, hanya kamu yang bisa menolong aku, kamu tahu bukan. Aku tidak mungkin menikah dengan lelaki yang tidak aku cintai, kamu juga tahu kalau selama ini aku sudah memiliki kekasih. Hanya kamu yang bisa membantu aku, jadilah pengganti aku. Aku mohon."

Delisha tak bisa melihat Bella yang berlutut di kakinya, ia tahu selama ini Bella memang tak pernah menganggapnya sebagai seorang kakak. Namun, selama ini Delisha selalu menganggap Bella itu adiknya, tak pantas bila seorang adik berlutut di kaki kakaknya.

Delisha mengangkat bahu Bella. "Bangunlah, aku mohon jangan seperti ini. Besok adalah hari pernikahanmu, aku tidak mungkin menggantikan posisi kamu. Papa sama Tante pasti akan marah. Apalagi dengan keluarga calon suami kamu, aku tidak mau membuat Papa sama Tante malu."

Lelaki yang dijodohkan dengan Bella memang lelaki keturunan dari Maduswara, keluarga yang paling disegani di kota ini, bukan karena harta dan kekayaannya saja, tetapi karena kedermawannya juga.

"Aku tidak mau menikah dengan lelaki itu. Aku mohon tolonglah aku, jadilah pengganti aku. Aku akan berikan apa pun yang kamu mau. Kasih sayang orang tua, aku akan memberikannya kepada kamu. Harta, aku juga pasti akan memberikannya kepada kamu, tapi tolong aku. Aku tidak mau menghabiskan sisa hidupku dengan lelaki yang tidak aku cintai."

Delisha tidak tahu lagi harus berkata apa kepada adiknya itu, ia juga bingung apa yang harus ia lakukan kini.

Mata sembab Bella menjadi bukti kalau Bella tidak menginginkan pernikahan ini.

"Emm … begini saja, Bella. Kamu tunggu di sini dulu, aku akan panggil Papa."

Delisha akan melangkah menuju ke luar ruangan. Namun, tangannya ditahan oleh Bella.

"Jangan! Aku mohon jangan beritahu Papa. Papa pasti akan marah sama aku. Aku gak mau, aku takut."

Bella dengan sangat memohon kepada Delisha agar Delisha tak memberi tahu semua itu kepada Jonathan.

Delisha menghela napasnya gusar. "Baiklah, aku tidak akan memberi tahu Papa."

"Terimakasih, Delisha."

Hari sudah berganti, Juwita pun akan segera menuju kamar Bella untuk membangunkan putrinya karena hari ini adalah hari pernikahannya.

"Sayang, buka pintunya, keluarga mempelai pria sudah menunggu kedatangan kita, waktunya kamu untuk bersiap-siap."

Tok! Tok! Tok!

"Sayang, kamu dengar Mama!"

Juwita berteriak memanggil putrinya yang masih berada di dalam kamar. Akan tetapi, sedari tadi Bella tak menyahutnya, hati Juwita pun sudah mulai gelisah sendiri.

"Ma, kenapa Mama lama sekali panggil Bella?" tanya Jonathan yang sudah berada di hadapan Juwita.

"Ini, Pa, Mama sudah mengetuk pintu kamar Bella, tapi Bella tidak membukanya sedari tadi."

"Bella, buka pintunya, kalau tidak, Papa akan mendobraknya!"

Karena dari tadi tak ada suara dari kamar Bella. Akhirnya, Jonathan mendobrak pintu kamar Bella. Namun ketika pintu sudah berhasil didobrak, betapa terkejutnya Jonathan ketika tak mendapati putrinya di dalam kamar.

"Anak sialan!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Vika
Bgs ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Pengganti Tuan Muda   Bab 104 : Akhir Cerita

    Delisha yang duduk di dekatnya mengangkat alis, ekspresinya penuh tanda tanya. "Ada apa, Sayang?"Rey memandang Delisha dengan serius. "Ada masalah yang perlu aku selesaikan sekarang juga. Aku harus pergi sebentar."Delisha melihat ke dalam mata Rey, memahami keadaan darurat yang tengah dihadapinya. "Aku akan menemanimu, Rey."Rey mengangguk, setelah menitipkan Gilang kepada Arumi dan Emran dengan cemas di hati, Rey dan Delisha segera menuju mobil mereka. Mereka berkendara dengan cepat menuju rumah sakit, hati mereka dipenuhi kekhawatiran yang begitu mendalam.Rey dan Delisha masih duduk di dalam mobil, perasaan heran dan kebingungannya tergambar jelas di wajah mereka. Delisha memutuskan untuk mengungkapkan pertanyaannya."Rey, bagaimana bisa Erlin dimasukkan ke rumah sakit jiwa?" tanya Delisha dengan perasaan herannya. Suaranya penuh dengan rasa ingin tahu dan kebingungan yang sudah merajainya.Rey mengedikkan bahunya, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan da

  • Istri Pengganti Tuan Muda   Bab 103 : Penjelasan Singkat

    Delisha tersenyum bahagia saat menaburkan bedak halus pada tubuh mungil Gilang. Bayi kecil itu terlihat begitu tenang, matanya berkilauan dari kebersihan setelah mandi. Udara di ruangan itu terasa hangat dan penuh kasih.Sambil memandang putranya, Delisha mulai memutar dalam benaknya rencana untuk hari ini. Ia ingin membawanya ke taman bermain di dekat Mansion Wijaya, tempat di mana mereka dapat menikmati matahari bersama-sama. Delisha juga berencana untuk mengunjungi toko mainan setelahnya, memberikan Gilang kesempatan untuk memilih mainan kesukaannya.Saat Delisha sibuk dengan Gilang, Rey menyaksikan adegan itu dengan penuh kebahagiaan. Langkahnya pelan melintasi ruangan, dan ia menghampiri Delisha dengan senyum lebar di wajahnya."Kamu selalu begitu hebat, Sayang," ucap Rey dengan lirih. "Gilang sungguh beruntung memiliki ibu sepertimu."Delisha tersenyum dan membalas, "Kita beruntung memiliki dia dalam hidup kita, Rey. Dia membawa begitu banyak kebahagiaan."Rey memeluk Delisha er

  • Istri Pengganti Tuan Muda   Bab 102 : Permintaan Maaf

    "Maafkan aku, Rey, aku belum siap bertemu dengan kamu. Aku ingin menenangkan pikiranku sejenak," gumam Delisha lirih.Delisha berbalik dari jendela dan melangkah perlahan ke arah tempat tidurnya. Ia mengambil napas dalam-dalam, melihat ke arah putranya yang sedang tertidur pulas.Delisha menatap putranya yang sedang tertidur pulas dengan penuh kasih sayang. Gilang adalah sumber kekuatan dan kebahagiaannya. Meskipun mereka sedang menghadapi masa sulit, kehadiran Gilang selalu memberi mereka alasan untuk tetap kuat.Dengan hati yang penuh harap, Delisha duduk di samping tempat tidur Gilang, mengelus lembut pipinya. "Kamu adalah keajaiban dalam hidup Mama, Nak. Bersamamu, Mama selalu merasa terlindungi."Kemudian, Delisha membiarkan dirinya terlelap di samping putranya. Meskipun pikirannya penuh dengan kekhawatiran, kelembutan napas Gilang membawanya ke dalam alam mimpi yang damai.Sementara itu, Rey menunggu dengan sabar di mobil, memberi Delisha ruang dan waktu yang ia butuhkan. Ia mem

  • Istri Pengganti Tuan Muda   Bab 101 : Membutuhkan Waktu

    "Papa, Rey!" teriak Arumi tiba-tiba, muncul di dekat mereka dengan wajah yang penuh kepanikan."Kenapa, Ma?" tanya Rey dengan kening terangkat, keheranan jelas terpancar dari wajahnya."Delisha, dia dan Gilang tidak ada di kamar," ujar Arumi dengan napas yang terengah-engah.Rey dan Emran saling pandang, keduanya terkesiap. "Apa?" seru mereka hampir bersamaan, kekhawatiran mencengkam hati mereka.Tanpa membuang waktu, mereka bergegas menuju kamar Delisha. Setelah berada di kamar, mereka melihat kamar itu kosong, tempat tidur yang biasanya digunakan Delisha masih rapi. Tapi ketiadaannya bersama Gilang menimbulkan rasa cemas yang semakin mendalam.Emran mencoba menghubungi Delisha melalui telepon, tapi tak ada jawaban. Tatapan panik mengisi matanya. "Rey, kita harus mencarinya sekarang juga!"Rey mengangguk, tak ada waktu untuk memikirkan segala hal. Mereka berdua keluar dari Mansion dengan langkah cepat, berencana untuk memeriksa setiap tempat yang mungkin menjadi tujuan Delisha.Rey s

  • Istri Pengganti Tuan Muda   Bab 100 : Kepergian Delisha

    Ruangan kerja Rey dipenuhi dengan suara dari klakson kendaraan dan hiruk pikuk kota yang sibuk. Rey duduk di meja kerjanya, mata terfokus pada tumpukan dokumen dan laporan yang tersebar di sekitarnya. Ia sibuk menyelesaikan tugas-tugasnya, tak menyadari waktu yang berlalu begitu cepat.Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka dengan cepat. Abbas, sekretaris setia Rey, memasuki ruangan dengan napas terengah-engah. Wajahnya tampak pucat dan khawatir."Rey," panggil Abbas dengan suara terbata-bata.Rey mengangkat pandangannya dari dokumen-dokumen di meja. "Ada apa, Abbas?"Abbas menelan ludah, mencoba untuk menemukan kata-kata yang tepat. "Ini penting, Rey. Aku harus memberitahumu sesuatu yang tak bisa kau percayai."Rey menatap Abbas dengan penuh kekhawatiran, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Sebuah desiran rasa cemas melintas di dalam dadanya. "Baik, apa yang terjadi? Tenanglah, Abbas. Katakan dengan tenang. Apa kejadian ini menyangkut orang yang sudah menculik Delisha?"Abbas mengambil

  • Istri Pengganti Tuan Muda   Bab 99 : Peringatan Tegas

    Malam telah berlanjut dengan langit yang menggelap, menciptakan latar belakang yang terasa bahagia. Rey dan Delisha yang sedang asyik makan malam, mengisi malam mereka dengan tawa dan cerita. Namun, tiba-tiba, mata Delisha tertuju kepada sosok seorang lelaki yang memiliki tubuh gempal. Sorot matanya memancarkan ketakutan yang mendalam.Rey, yang merasa curiga melihat ekspresi istrinya yang sudah berubah, segera bertanya dengan khawatir. "Sayang ada apa?" tanyanya dengan nada cemas.Delisha menelan ludah, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. "Rey, le-lelaki itu yang dulu telah menculikku," ujar Delisha bergumam begitu lirih.Rey merasa detak jantungnya berdegup kencang mendengar pengakuan itu. Dia langsung menoleh ke arah sosok lelaki yang ditunjuk oleh istrinya. Lelaki itu memiliki tubuh yang berisi dan kepala botak. Wajahnya terlihat kusam, dan tatapannya kosong.Delisha gemetar, ingatan akan masa lalunya yang traumatis mulai kembali menghantui dirinya. Dia merasa pusing dan ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status