Pagi ini Delisha sudah rapi dengan kemeja berwarna putih dan juga rok yang panjangnya selutut, hari ini wanita itu berharap bila dia akan diterima dalam perusahaan yang akan dilamarnya."Delisha, bagaimana? Apa kamu sudah siap?" tanya Anna ketika melihat Delisha yang masih berada di depan cermin."Aku sudah siap Anna. Bagaimana dengan pakaianku?" Delisha tak ingin karena pakaiannya membuat orang tak suka, pakaian yang wanita itu kenakan begitu sederhana, begitu juga dengan rambut yang Delisha ikat ke belakang menggunakan jepit rambut."Kamu sudah pas mengenakan kemeja tersebut, bukannya kamu suka dengan kesederhanaan? Kamu cantik Delisha, kamu mengenakan pakaian apa pun pasti akan cocok di tubuh kamu," ucap Anna."Sudahlah aku tak perlu rayuanmu."Gadis itu mengambil tas dan juga sebuah amplop berwarna cokelat dari atas meja. "Oh iya, aku lupa belum memberi tahu pemilik kontrakan ini, kalau aku juga mau ngontrak di sini," sambungnya lagi.Betapa bodohnya Delisha, gadis itu sudah berad
Betapa terkejutnya Delisha ketika melihat wanita yang ada di depannya kini, wanita yang pernah dia kenali, siapa lagi kalau bukan Erlin, wanita yang sudah merebut kekasihnya enam tahun yang lalu."Erlin," gumam Delisha dengan suara yang begitu lirih.Erlin yang berada di hadapan Delisha persis menaikan ujung bibirnya."Hai, kita berjumpa kembali, ternyata kamu masih ingat denganku," kata Erlin dengan senyuman liciknya.Entah mimpi apa semalam, mengapa Delisha bisa bertemu dengan wanita yang tak ingin dia temui lagi selama ini?"Mana mungkin aku lupa dengan wanita yang suka merebut kekasih orang," jawab Delisha santai.Erlin tersenyum menyeringai ke arah Delisha. Dia tak menyangka bila wanita yang sudah dia hina dulu kini sudah ada tepat di depannya lagi. Erlin tak suka dengan Delisha karena dari dulu wanita itu bisa dengan mudahnya memiliki apa yang ia inginkan."Semuanya bukan salah aku, itu semua salah kamu sendiri, itu artinya … kamu tidak becus dalam menjaga pacar sendiri, dan kamu
Setelah berdebat beberapa waktu lalu dengan Erlin, kepala Delisha sedikit pening, kini wanita itu sudah berada di dalam kontrakannya.Wanita yang penampilannya itu masih berantakan, karena telah bertengkar hebat dengan Erlin itu membuka pintu kamar, dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar.Terlihat sebuah ranjang yang sudah lusuh yang terbuat dari kayu, kelihatannya sudah berumur puluhan tahun, dengan seprai yang berwarna abu rokok polos. Delisha menuju ke arah tempat tidurnya, dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk."Mengapa aku bisa bertemu dengan wanita itu lagi?" ucap Delisha bermonolog.Gadis itu melihat ke arah langit-langit kamar yang akan menjadi tempatnya kini beberapa hari ke depan.Delisha memiringkan tubuhnya ke arah jendela yang sudah terbuka, cahaya matahari sudah masuk ke dalam kamar tersebut, membuat ruangan yang tampak sempit itu menghangat."Rey, apakah tadi dia benar-benar menghubungi Rey? Apakah Rey masih berhubungan dengan wanita itu?"Pikiran gad
"Kamu jahat Rey, kamu memang tidak pernah berubah," ujar Delisha dengan suara lirihnya.Hatinya teramat sakit melihat apa yang sudah ia lihat, Delisha menundukan pandangannya, kepalanya ia taruh di bagian setir. Dia ingin sekali turun dari dalam mobil dan memberi pelajaran kepada wanita pengganggu itu, tetapi entah mengapa tubuhnya seperti terpaku.Delisha begitu berat untuk beranjak, hanya sebuah tangisan yang mulai menderainya."Bagaimana aku bisa percaya lagi sama kamu? Kalau kamu saja terus membohongiku, Rey. Apa kamu pikir aku ini wanita bodoh yang bisa kamu mainkan begitu saja?"Air matanya sudah mengalir begitu deras, Delisha sudah tak bisa lagi membendung air bening yang mengalir dari matanya."Aku benci kamu, Rey." Delisha bergumam, kemudian menghapus air matanya begitu kasar. Tak lama kemudian Anna kembali ke dalam mobil."Delisha, ayo kita pulang!" kata Anna yang sudah masuk ke dalam mobil.Beberapa detik kemudian, Anna melihat ke arah Delisha yang hanya terdiam. "Hai, kamu
Delisha sedang merevisi beberapa dokumen laporannya yang sudah dibuat, karena dari kemarin Bu Ranti terus saja mengomel, bila laporannya banyak yang salah. Gadis itu hanya tak ingin bila dirinya terus mendapatkan omelan lagi.Dia pun kini harus berusaha lebih baik lagi dalam menjalankan tugasnya.Delisha menelan saliva begitu susah ketika melihat sosok wanita berkacamata dengan badan gempal menghampirinya lagi, siapa lagi kalau bukan Bu Ranti.Wanita itu persis sekali seperti guru killernya dulu ketika waktu masih sekolah, itu membuat Delisha begitu takut ketika melihat wajahnya saja."Bagaimana? Apa pekerjaan kamu sudah selesai?" tanya Bu Ranti yang sudah berada di hadapan Delisha.Pandangan Delisha yang tadinya sedang melihat ke arah beberapa dokumen yang ada di atas mejanya, kini beralih ke arah Bu Ranti."Su-sudah, Bu," ucap Delisha terbata-bata.Tanpa ba-bi-bu, Bu Ranti langsung mengambil alih laporan yang sedang di revisi oleh Delisha.Wanita tua itu mencebik ketika melihat lapor
Delisha termenung dengan sudah apa yang dia lihat, dengan tatapan yang wanita itu tajamkan membuatnya tak percaya.Alih-alih ingin menghindar dari Rey. Namun takdir lagi-lagi mempertemukan mereka, dan menyatukan mereka kembali, mungkin ini yang dinamakan jodoh, sejauh mana kita melangkah, tetapi akan bertemu jua."Selamat pagi, Tuan." Nicholas menyapa Rey dengan kepala sedikit menunduk."Bagaimana dengan semuanya? Saya harap tidak akan ada masalah yang terjadi." Suara Rey terdengar begitu dingin, dan mampu berkomunikasi dengan baik sampai bisa menarik perhatian orang lain yang menatap ke arahnya."Tuan tenang saja, semuanya sudah saya urus."Rey mengangguk mengerti.Pandangan Nicholas yang awal mulanya melihat ke arah Rey, kini sudah melihat ke arah para karyawan."Semuanya, perkenalkan ini adalah Tuan Reyhan Alkantara Maduswara, beliau adalah keturunan dari pemilik MD Corporation, dan juga sebagai CEO muda pada perusahaan MD Grup." Nicholas menoleh ke arah Rey. "Tuan, apa Tuan akan m
Deg!Jantung Delisha berdetak begitu cepat, sorot mata yang begitu tajam memandangnya begitu lekat, seperti akan menelannya hidup-hidup. Mungkinkah lelaki itu akan memarahinya, atau kah akan langsung menghukumnya karena beberapa hari ini tak pernah dia membalas pesannya.Sungguh.Seandainya Delisha mempunyai kekuatan untuk menghilang, gadis itu ingin segera menghilang dari tempatnya kini.'Ya Tuhan. Apakah Rey akan memarahiku?' Wanita itu bergumam di dalam hatinya, kalau saja nanti Rey akan memarahinya, habislah riwayatnya kini.Sudah cukup baginya kemarahan yang diberikan oleh Bu Ranti. Namun, apakah suaminya akan memarahinya pula?Semua karyawan melihat ke arah kekacauan yang sudah diperbuat oleh Delisha. Tak heran bagi mereka bila gadis itu akan membuat masalah lagi, karena setiap hari pula Bu Ranti memarahinya.Bu Ranti segera menuju ke arah Delisha yang hanya terdiam sedari tadi, tanpa kata maaf yang terlontar dari mulutnya."Ya ampun, Tuan, maaf, Delisha memang selalu berbuat ona
Gadis itu mendorong tubuh Rey agar menjauh darinya, selepas Rey sudah menjauh beberapa cm dari tubuh Delisha, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangan kerja Rey.Tok! Tok! Tok!Delisha terkesiap ketika ada seseorang yang akan masuk ke ruangan tersebut, dikarenakan penampilannya sudah berantakan, kemeja yang susah terlepas kancingnya, rambut yang tak tentu arah seperti belum disisir karena saking paniknya, Delisha langsung memasukkan kembali kancing kemejanya. Lalu mulai merapikan rambutnya yang sudah kusut.Rey hanya menarik-narik dasinya saja, gairah yang sudah memuncak harus dia pendam lagi, dirinya sadar bila kini mereka sedang berada di kantor, kemungkinan besar berbagai hal akan terjadi, seperti saat ini juga bila ada yang tiba-tiba mengetuk pintu ruangannya.Setelah melihat Delisa merapikan pakaian dan rambutnya, Rey pun menyuruh orang yang ada di luar ruangannya agar segera masuk."Masuk!" Abbas yang berada di luar segera masuk ke dalam ruangan Rey."Ada sesuatu hal yang ha—"