Beruntung keluarga kerajaan yang datang adalah pangeran Bian bukannya putri Amelia. Setidaknya aku bisa bernafas lega dan sekarang tubuhku sudah lebih baik setelah beristirahat."Apa ada surat lain yang datang padaku, Hilda?" tanyaku pada pelayan pribadiku yang baru.Dia berhenti dari kegiatannya membersihkan kamarku lalu menggelengkan kepala. "Tidak ada Nona. Tapi tadi pagi ada seorang pelayan pria yang mencari Anda. Siapa ya namanya....""Andre?" tanyaku mencoba menebak karena dia sepertinya masih kesulitan untuk mengingat semua orang yang ada di kediaman ini."Ah! Benar, dia bilang ada yang ingin di sampaikan pada Anda.""Bisa panggilkan dia sekarang?""Baik Nona."Jika itu Andre, berarti ada surat yang datang dari Alfonso, karena aku menugaskannya untuk menjadi perantara surat menyuratku dengan pria itu.Kulihat dari balik jendela kereta kuda kerajaan perlahan pergi meninggalkan rumah ini. Padahal aku juga ingin segera pergi dari tempat ini tapi jika pergi begitu saja, rasanya ada
"Gunakan otakmu itu jika kau tidak ingin mati," ucap Pria yang sedang menolongku -pada pria cabul tadi-.Kini dia berbalik dan bertanya padaku dengan suara yang lebih rendah. "Apa Anda baik-baik saja?" "Sa-saya baik-baik saja, terima kasih."Akhirnya pria cabul tadi di urus oleh penjaga yang bertugas. Sepertinya dia tidak akan bisa datang lagi ke tempat ini. Karena tidak berhasil menemukan Alfonso aku menghabiskan waktuku disana di temani pria yang menolongku tadi. Dia memperkenalkan diri sebagai Lio."Jadi, Anda tidak bisa menemukan teman itu?" tanyanya."Belum, sepertinya dia terlambat datang."Saat ini kami sedang duduk dan mengobrol di bar yang memang di sediakan di dalam ruang perjudian yang luas ini. Dari bar aku bisa melihat berbagai macam permainan untuk judi dan orang-orang yang mengelilinginya. Mereka nampak antusias dalam bermain dan menertawakan yang kalah."Kenapa Anda datang ke tempat ini sendirian?" tanya Lio yang menarik perhatianku kembali padanya."Karena ada urusan
Beberapa menit setelah Alfonso dan Andre pergi, Marquis akhirnya siuman. Dia mengerjapkan matanya sebelum akhirnya benar-benar terbangun. Dahinya mengernyit saat melihatku sedang duduk disamping ranjangnya."Ayah? Anda sudah sadar?" tanyaku.Dia tidak langsung menjawab melainkan memastikan bahwa yang dilihat ini adalah nyata."Putriku? Kenapa kau ada disini?" tanyanya dengan setengah sadar."Tadi ayah pingsan jadi aku meminta bantuan penjaga untuk membawa ayah ke kamar. Kenapa Ayah bisa pingsan disana? Bukankah harusnya anda pergi ke istana?"Dia memberiku isyarat untuk membantunya duduk, satu tangannya mengelus tengkuk leher yang mungkin masih sakit karena pukulan dari Alfonso membekas disana."Aku kembali untuk membawa ber ...kas?! Cecil apa kau melihat berkas yang kubawa?!" Marquis yang tadinya setengah terbangun akhirnya benar-benar membuka mata saat menyadari berkas miliknya tidak ada. Dia menoleh ke kanan dan kekiri dengan sangat cepat untuk meneliti sekitarnya.Kugenggam tanga
"Maafkan saya terlambat memperkenalkan diri, saya Cecilia Magrita. Putri angkat dari Marquis Magrita.""Nona Eva, apa Anda mau menyisihkan waktu sebentar untuk saya?" Ugh! Apa dia baru saja mengabaikan ku? Kulihat gadis-gadis di sekitarku terdiam melihat pengabaian yang dilakukan oleh putri Amelia.Eva tidak langsung menjawab pertanyaannya dan justru melirik ke arahku dengan tatapan iba yang justru membuatku semakin merasa di permalukan.Kuhela nafas panjang untuk mengatur emosiku. Tidak ada hal baik yang akan datang jika aku memarahi wanita ini sekarang, lebih baik kunikmati saja makanan disini."Nona Cecil, Anda baik-baik saja?" tanya si kembali Mielle dan Minnie hampir bersamaan."Jangan masukkan itu dalam hati, Putri memang orang yang seperti itu," lanjut Minnie setelah melihat Eva pergi menemani Putri."Aku baik-baik saja," jawabku.Aku tahu kalau dia membenciku. Putri Amelia adalah kandidat kedua untuk suksesi tahta, sekarang dia sedang mengumpulkan kekuatannya untuk melawan Pa
Sejauh ini tidak ada yang salah bahkan saat para gadis meminum tehnya tidak ada yang terjadi pada mereka. Apa aku yang berfikir berlebihan? Hanya saja ekspresi Eva terlihat janggal.Ku angkat cangkirku perlahan dan saat kulirik sekarang Putri Amelia lah yang sedang memperhatikanku."Nona Eva, kudengar keluarga Valerian sedang mengembangkan bisnis baru. Apa Anda mau menceritakan sedikit tentang bisnis itu pada kami?" tanya Putri mengalihkan pembicaraan mereka tentang teh tadi."Benar Yang mulia, karena ada lahan gambut tipis di wilayah Valerian. Ayah saya sedang mencoba untuk mengelola tanah tersebut agar bisa menjadi ladang pertanian. Ini bukan bisnis baru hanya mengembangkan bisnis lama yang terbengkalai," jawab Eva."Tanah gambut? Bukankah itu tanah yang sulit untuk di tangani?" celetukku."Benar, karena itu kami masih melakukan penelitian tentang tanah itu," jawab Eva.Tanah gambut ada berbagai macam, salah satunya tanah gambut tipis yang memang bisa di gunakan untuk pertanian tapi
Perjalanan berlanjut dengan suasana yang canggung. Ini pertama kalinya aku melihat pria di hadapanku ini kehabisan kata-kata. Padahal ini hanya perjalanan dekat tapi terasa sangat panjang."Aku lupa menanyakannya, kenapa kau tiba-tiba datang? Memangnya Eva memberikan sinyal apa?" tanyaku saat dia membantuku turun dari kereta.Sekarang setelah turun perasaan canggung tadi sudah hilang entah kemana dan justru rasa curiga yang muncul karena pria ini selalu membantuku bahkan tanpa aku memintanya."Sudah kubilang karena kau calon istriku, maka aku akan menjagamu sebelum kau mati dan membuat perjanjian ini semakin lama dan merepotkan," jawabnya dengan acuh tak acuh.Ha, apa yang sebenarnya aku harapkan dari pria sepertinya. Sekarang kami memasuki kediaman Marquis bersama dan membuat kami terlihat seperti pasangan asli.Orang-orang di kediaman ini menjadi semakin dekat denganku setelah kematian Danis, meskipun Marquis mengatakan bahwa apa yang di lakukan Danis tidak ada hubungannya dengan or
Kupikir jika di biarkan kedua pria ini akan berhenti dengan sendirinya, tapi ternyata aku salah. Mereka malah makin gencar mengejek satu sama lain sampai aku harus menarik Revanov keluar dengan paksa."Apa yang sebenarnya kalian lakukan?!" tanyaku begitu berhasil membawa Revanov keluar.Pria itu masih nampak menggebu-gebu dengan rasa kesalnya. "Darimana kau mendapatkan teman seperti itu?" "Ha? Tentu saja dari kecil karena kami selalu bersama.""Benarkah? Tapi kenapa aku tidak-""Ya?"Kenapa dia tiba-tiba berhenti dan malah menatapku dengan mata merah yang menyelidik itu? "Haah sudahlah lupakan," ujar Revanov setelah menghela nafas panjang."Memangnya kau ingin mengatakan apa?"Ini membuatku tidak tenang karena dia langsung memotong perkataannya sendiri dan mengalihkan pandangan matanya dariku dengan sangat cepat. Saat kucoba melihat matanya dia langsung menutup mataku dengan tangan besarnya."Kubilang lupakan jika kau tidak ingin kehilangan matamu," ujarnya seketika membuat tubuhku
Pada akhirnya Revanov benar-benar pergi dari rumahku setelah memberikan larangan untuk dekat dengan siapapun. Padahal tanpa dia larang pun aku sudah tidak ada minat untuk menjadi dekat dengan siapapun."Nona, anda sedang memikirkan apa?" tanya Silia.Sekarang aku sudah berada di ruang baca bersama Silia, tentu saja pertemuan ini tidak ada yang mengetahuinya apalagi Silia membawa semua berkas yang sudah kuminta bersamanya."Tidak, aku hanya sedang memikirkan caranya meyakinkan Ayah untuk tidak membawa keluargamu ke pengadilan," jawabku yang membuatnya membelalakkan mata."Bu-bukankah waktu itu Anda bilang. Kalau kejadian itu tidak akan di bawa ke pengadilan?" "Iya, tapi tiba-tiba saja Ayah kembali membahasnya. Dia bilang dirinya terus di hantui rasa bersalah padaku.""Nona, tolong jangan biarkan Marquis melakukan itu. Saya akan terus memberikan informasi yang Anda inginkan sebaik mungkin."Sudah tidak ada informasi yang bisa kau berikan padaku Silia, dengan berkas yang kau bawa saja s