Maura tersenyum lebar dan bergegas masuk kamar. Sepertinya dia tahu ada rahasia yang disembunyikan dari pernikahan Dira dan Alif.
“Huh, padahal sesaat tadi aku iri pada Dira, tapi nyatanya ---”
Maura tidak melanjutkan kalimatnya malah sudah tertawa sambil bergulingan di kasur. Entah mengapa matanya berbinar kesenangan seolah baru saja memenangkan sebuah pertandingan. Tak lama setelahnya dia sudah tertidur lelap.
Habis subuh, Dira turun ke lantai satu untuk menyiapkan sarapan. Namun, dia langsung terkejut saat melihat Maura ada di dapur. Sebelumnya saat tinggal serumah dengan Maura, Dira tidak pernah melihat Maura turun ke dapur apalagi memasak.
“Hai, Dira!!!” sapa Maura saat melihat Dira.
“Semalam Alif yang menyuruhku menginap di sini. Kami diskusi hingga larut malam dan dia sepertinya mengkhawatirkan aku pulang sendiri.”
Tanpa ditanya Maura langsung menjelaskan kehadirannya pagi ini. Nada bicaranya pun di
“Selamat datang pengantin baru!!! Akhirnya bisa juga ketemu ama kakak iparku,” sambut Alisha begitu menjemput Alif dan Dira di bandara.Alif hanya cemberut mendengar ucapan adiknya. Sementara Dira tersenyum meringis mendengarnya.Meski usia Alisha lebih tua dari Dira, tapi karena Dira istri kakaknya Alisha juga menghormati layaknya kakak.“Gimana penerbangannya?” Kini Alisha mengajukan pertanyaan ke Dira.“Lancar, kok. Gak delay.”Alisha mengangguk sambil tersenyum. Gadis berhijab dengan mata bulat itu tampak senang melihat kedatangan Dira dan Alif.“Maaf, Alisha. Aku gak sempat beli oleh-oleh. Mas Alif ngasih tahunya dadakan.”Alisha tersenyum sambil mengibaskan tangan ke udara.“Alah, itu udah biasa. Palingan nanti yang ada dia malah yang minta ganti duit kalau bawain oleh-oleh buat aku. Sudah kamu tenang aja.”Dira hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.
Sementara itu Dira yang masih mendengar permbicaraan mereka melebarkan mata dengan mulut setengah terbuka.“Kelelahan? Asal saja kalau ngomong. Aku gak kelelahan. Aku hanya mengantuk. Itu pun gara-gara dia.”Dira ngedumel sambil melipat tangan di depan dada. Ia kesal jika Alif bicara seenaknya tentang dirinya.Selanjutnya Dira tidak mendengar pembicaraan mereka lagi dan memutuskan kembali ke kasur. Ia ingin tidur lagi.Namun, baru saja Dira memutar tubuhnya hendak kembali ke kasur, tiba-tiba pintu terbuka dan terlihat Alif sedang berdiri di sana.Dira terkejut setengah mati. Ia takut Alif tahu jika ia menguping pembicaraan mereka. Namun, sepertinya dugaan Dira salah.“Buruan mandi!! Kita cek out pagi ini.”Alif berkata dengan nada dingin seperti biasanya berbanding terbalik dengan semua perbuatannya tadi malam. Dira tercengang dan menoleh ke arahnya.Dira tidak menjawab, tapi kepalanya sudah mengangguk.
BRUK!!!Alif menjatuhkan Dira di atas kasur. Sementara ia langsung membuka jas dan dasinya.Dira duduk di atas kasur sambil memperhatikan. Berulang kali ia menelan saliva tiap mengingat ucapan Alif di dalam lift tadi.“Honeymoon? Dia tidak bohong,” batin Dira.Alif mengulum senyum sambil melihat Dira dengan sudut matanya. Perlahan ia buka kancing baju kemudian melemparkannya ke sembarang arah. Selanjutnya Alif langsung naik ke atas kasur merayap mendekati Dira.Dira menahan napas duduk bersandar di kepala ranjang sambil menekuk kakinya.“Kamu … mau apa?”Suara Dira terdengar bergetar dan gugup. Bisa dipastikan wajahnya merah padam saat ini. Alif tidak menjawab, tapi mata elangnya nan tajam sudah menelanjangi Dira.Spontan Dira langsung menyilangkan tangannya ke depan dada. Meski ia sudah beberapa kali melakukan hal ini dengan Alif, tapi Dira belum sepenuhnya menikmati.Menurutnya Alif melak
“Rayhan!! Kamu di sini juga.”Tiba-tiba sebuah suara menyapa mereka. Dira menoleh dan melihat Vania sedang berdiri di belakang Alif.Wanita cantik dengan tampilan menawan nan seksi itu berjalan mendekat sambil melenggak lenggokkan tubuhnya. Dira hanya diam sambil melirik suaminya, di saat yang bersamaan Alif malah sedang membalas tatapannya.Dira menelan saliva dan buru-buru menunduk. Ia pikir Alif akan memperhatikan penampilan Vania, tapi malah beradu tatap dengannya.“Apa kabarmu, Ray?”Vania langsung mengulurkan tangan menyambut Rayhan. Rayhan membalas senyuman sambil menganggukkan kepala. Kemudian mata Vania mengarah ke Dira yang masih berdiri di samping Rayhan.“Akh … siapa ini? Pasti pacarmu ya, Ray?”Vania bersuara dengan genit sembari mengedipkan sebelah matanya menggoda Rayhan. Rayhan hanya tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dira yang berdiri di antara Alif dan Rayh
Dira tergesa masuk toilet dan berdiri diam di depan vanities sambil menatap pantulan wajahnya di depan cermin.Bahunya naik turun mengolah udara berusaha menenangkan napasnya yang memburu. Perlahan ia mendongak dan menatap wajah ayunya yang sudah terpoles make up.Tampilannya sungguh menawan hari ini dan sama sekali tidak mengecewakan, hanya saja kenapa Dira merasa sedih dan tak enak hati.“Akh … aku kenapa sih? Kenapa aku jadi peduli dengan semua urusannya belakangan ini?”Dira mendengkus sambil menggelengkan kepala. Sesekali ia mendongak, menatap langit-langit di dalam toilet itu. Cukup lama Dira melakukan hal itu hingga setelah cukup tenang, ia memutuskan keluar.Baru saja Dira membuka pintu, ia sudah dikejutkan dengan seorang wanita cantik berpenampilan sangat menawan dan seksi berdiri menghadangnya.“Eng … maaf.” Dira bersuara sambil menunduk.Pasti dia terlalu lama menggunakan toilet hingga
Entah berapa lama Dira terlelap, yang pasti kini dia terbangun usai mendengar suara bel di kamar terus berdenting.Usai kesadarannya kembali sepenuhnya, Dira bangkit dan membuka pintu kamar.“Selamat sore, Bu Dira. Saya diminta Pak Alif mengantar ini.”Dira terdiam sambil menatap sebuah gaun yang terbungkus rapi menggantung di sebuah hanger.“Bapak bilang, Ibu disuruh bersiap untuk acara malam ini.”“Acara?” Kening Dira mengernyit dengan tatapan penuh tanya menatap pelayan tersebut.“Benar, Bu. Malam ini ada acara reuni di area taman belakang. Itu juga sebabnya kamar kami full booked dua hari ini.”Dira terdiam dengan kepala yang terus mengangguk. Kini dia mengerti mengapa Alif mengajaknya ke sini. Ternyata tak lain dan tak bukan untuk menghadiri acara reuni-nya. Dira sendiri tidak tahu, reuni apa yang diadakan malam ini.“Saya juga diminta Bapak mengantar makan siang. Katan