Share

Bab 5

Author: Aira Tsuraya
last update Huling Na-update: 2025-06-03 15:00:58

Dira terpaku mendengar ucapan pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu.

Namun, ia tidak melayangkan protes sedikit pun. 

Percuma, Alif hanya akan semakin murka padanya. 

“Baik, Mas,” ucap Dira akhirnya. Tidak ada ketakutan terlihat di wajah wanita cantik itu, apalagi kesedihan.

Malah kini matanya sudah menatap Alif yang berdiri di depannya.

Alif langsung melengos tanpa berkata sepatah pun. Namun, baru beberapa langkah dia sudah berhenti dan bersuara kembali.

“Aku lapar. Siapkan makanan!”

Dira mengangguk, kemudian langsung turun ke lantai satu. Dia ingat jika tadi melihat dapur sebelum naik ke lantai dua. Untung saja di kulkas banyak persediaan bahan makanan sehingga Dira bisa mengolah makanan dengan cepat.

Dira sudah terbiasa mandiri, jadi rasanya tidak kesulitan jika harus memasak dengan cepat.

Satu jam kemudian, mereka sudah makan malam bersama. Alif terlihat menikmati, tapi sama sekali tidak berkomentar apa pun tentang masakannya.

“Aku nggak suka makan di luar, jadi kamu harus selalu masak.”

Dira manggut-manggut mencerna kalimat Alif. Dia sudah sejak kecil mengenal Alif. Mertuanya sangat pintar memasak bahkan mempunyai sebuah kafe yang terkenal. Itu juga sebabnya Alif tidak pernah makan di luar rumah.

“Iya, Mas. Nanti aku usahain masak setiap hari.”

Alif tidak berkomentar. Ia menyudahi makannya dan pergi begitu saja meninggalkan Dira.

Selanjutnya Dira yang membersihkan semua bekas makan mereka.

Keesokan paginya, Alif bangun lebih dulu dan sudah berteriak memanggil Dira.

Dira tergopoh-gopoh datang dengan wajah berantakan. Dia sudah bangun sejak subuh, tapi karena banyak pekerjaan rumah yang harus ia selesaikan, ia belum siap.

“Iya, Mas. Ada apa?”

“Mana sarapanku? Kenapa nggak ada makanan di meja?”

Dira menelan ludah sambil melirik meja makan. Karena sibuk membersihkan rumah, ia lupa untuk menyiapkan sarapan pagi.

“Sebentar ya, Mas. Aku siapkan.”

Dira langsung berlari ke dapur dan terlihat sibuk mengolah makanan. Alif berdecak kesal sambil melirik jam di pergelangan tangannya.

“Kelamaan. Aku ada meeting pagi ini. Kamu mau aku terlambat?”

Dira terdiam, menghentikan gerakannya dan menoleh dengan bingung ke Alif.

Alif menyeringai, kemudian berjalan mendekat hingga berdiri sejajar di depannya.

“Ini pertama dan terakhir kamu melakukan kesalahan. Selanjutnya, aku tidak akan mentolerir.”

“I-iya, Mas.”

Tanpa berkata apa-apa lagi, Alif langsung membalikkan badan dan berlalu pergi meninggalkan Dira.

Dira hanya diam sambil menatap punggung Alif yang menjauh. Helaan napas panjang pendek berulang keluar masuk dari bibirnya.

Sekarang Dira tahu kenapa Alif ingin melanjutkan pernikahan dengannya. Apa lagi kalau bukan karena ingin membalas sakit hatinya karena kehilangan Disa?

Bisa jadi juga tuduhan Alif padanya yang membuat pria itu ingin membalas dendam padanya.

Suara dering ponsel Dira membuyarkan lamunannya. Dira melihat ada nama papanya di layar.

“Iya, Pa?”

“Dira, jangan lupa untuk ngantor hari ini, ya? Sekalian Papa minta tolong kamu kontrol rumah sakit. Kemarin Papa dapat laporan tentang banyaknya keluhan pasien.”

Dira menarik napas panjang sambil mengangguk lesu.

Selama ini, yang mengontrol rumah sakit milik keluarganya adalah Disa. Dira hanya bertanggung jawab pada perusahaan peninggalan keluarga. Namun, sepeninggal Disa, sepertinya semua menjadi tanggung jawab Dira.

“Iya, Pa. Nanti Dira usahakan ke sana.”

Fabian sudah mengakhiri panggilan. Sementara Dira hanya diam sambil mengedarkan matanya ke penjuru rumah. Hanya lantai dua rumah ini yang sudah ia bersihkan, selainnya belum. Belum lagi tugas memasak dan pekerjaan rumah yang lainnya.

Dira berusaha tersenyum, lalu mengangkat tangannya ke udara sambil berseru nyaring.

“Semangat Dira!”

Beberapa jam kemudian, Dira sudah terlihat memimpin meeting di kantornya. Lalu menjelang sore, Dira mampir ke rumah sakit milik keluarganya.

Pukul setengah enam petang, Dira akhirnya pulang. Ia langsung membersihkan rumah dan menyiapkan makan malam untuk Alif.

Alif selalu datang on time pukul tujuh malam.

Mungkin sehari dua hari, Dira tidak mempermasalahkannya. Namun, sudah hampir sebulan Dira melakukan aktivitas seperti ini. Suatu hari, Dira sangat lelah. Aktivitasnya seharian ini begitu padat.

Begitu tiba di rumah, Dira langsung memasak menyiapkan makan malam untuk Alif. Setelahnya dia tampak mencuci alat masak dan beberapa alat makan.

Namun, karena tidak berhati-hati tangan Dira terlepas saat memegang gelas. Tak ayal gelas pecah dan pecahannya menggores pergelangan tangan Dira.

Dira terperangah kaget saat melihat darah keluar dari pergelangannya.

Gadis itu langsung terlihat panik, wajahnya pucat, kakinya gemetaran kemudian tak lama dia terjatuh pingsan.

Alif yang baru datang terkejut melihat keadaan rumah yang sepi.

“Dira!”

Alif terus memanggil hingga kakinya terhenti di area dapur. Ia melihat Dira tergeletak di lantai dan dari tangannya mengeluarkan banyak darah.

Tanpa bicara apa pun, Alif langsung menggendong Dira dan membawanya ke rumah sakit.

Selang beberapa saat, Dira membuka mata dan terkejut saat melihat sudah berada di rumah sakit. Ingatannya perlahan kembali bersamaan dengan matanya yang mengarah ke pergelangan tangan yang terbalut perban.

Dira menarik napas sambil memejamkan mata. Tanpa diketahui Alif, Dira mempunyai trauma jika melihat darah.

“Apa maksudnya ini?” Tiba-tiba suara Alif terdengar dari samping Dira.

Dira terkejut. Ia menoleh dan baru sadar jika ada Alif yang duduk di sampingnya.

“Kamu mau cari perhatianku?”

Dira tercengang. Mulutnya sudah terbuka siap memberi penjelasan.

“Enggak, Mas. Aku tadi

“Apa? Mau bunuh diri agar aku peduli padamu. Begitu?”

Dira menelan saliva sambil menggelengkan kepala. Selama ini Alif selalu menganggapnya seperti itu. Bahkan saat Dira terjatuh dari lantai dua rumahnya kala itu karena terpeleset, Alif mengira ia sedang mencari perhatiannya.

“Aku nggak seperti itu, Mas. Tadi

Alif berdecak dan membuat Dira menggantung kalimatnya. Mata mereka bertemu dan saling bersitegang.

Untuk beberapa saat hanya hening yang terasa. Hingga akhirnya Alif yang bersuara lebih dulu.

“Kenapa kamu nggak mati saja sekalian?”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Soes Susiani
Alif kamu bakal nyesel saat tahu kebenarannya
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
tokoh ceritanya terlalu goblok, gampang ditindas dan g masuk akal. g pantas cerita ini berada di pustaka. cerita dg karakter tokoh kayak si dira ini cuman pantas utk th 70 an.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Istri Pengganti untuk Tuan Arogan   Bab 196

    Pukul sembilan malam saat Dira dan Alif tiba di rumah. Mereka pulang sedikit terlambat karena harus mengurusi beberapa hal di rumah sakit.Malam ini, Bi Rahmi diminta Dira untuk menjaga Fabian di rumah sakit. Semoga saja besok keadaan Fabian sudah lebih baik sehingga bisa pulang cepat.“Hufft … .”Dira mendesah sambil membaringkan tubuhnya di kasur. Seharian ini, dia hampir tidak beristirahat dan merasa lelah. Usai membersihkan diri, Dira langsung naik ke atas kasur.Sementara Alif tampak sibuk menelepon sedari tadi. Dari yang didengar Dira, Alif sibuk berbincang dengan Firman, Rendy dan juga kedua orang tuanya. Sepertinya ia menceritakan apa yang baru saja mereka alami hari ini.Tak berapa lama, Alif meletakkan ponselnya di nakas kemudian naik ke kasur dan berbaring di sebelah Dira.“Capek?” tanya Alif.Dira tidak menjawab hanya tersenyum meringis sambil mengangguk. Tanpa diperintah tangan Alif langsung

  • Istri Pengganti untuk Tuan Arogan   Bab 195

    “Kamu punya, Sayang?” tanya Alif dengan kedua alis terangkat.Dira mengangguk, kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku jasnya.“Iya, tadi saat melihat surat yang kita temukan. Aku mau mengambil fotonya, tapi keburu Tante Mery datang.”“Selain itu, kamu menyuruhku berdiri, kan?” Alif mengangguk, “untung aku sudah membuka kamera dan langsung menekan tombol rekam lalu menyimpan di saku jas. Jadi secara tak sengaja, aku merekam semua ucapan Tante Mery di kamar tadi.”Sontak Alif tersenyum lebar. Hal yang sama juga terlihat oleh Rendy. Selanjutnya Dira sudah menyerahkan ponselnya ke Rendy.Rendy langsung memutar rekaman yang dimaksud Dira. Tak ayal semua percakapan di kamar tadi terdengar dengan jelas di rekaman tersebut.“Anak pintar!!” puji Alif sambil mengelus kepala Dira.Dira hanya meringis mendengar ucapan Alif.“Oh ya, apa menurutmu Maura tahu tentang hal ini

  • Istri Pengganti untuk Tuan Arogan   Bab 194

    PRANG!!Suara kaca pecah disertai serpihannya yang berhamburan ke lantai. Dira sudah merunduk bersimpuh di lantai sambil memegangi kepalanya. Sedangkan Alif meringsek menyergap Mery hingga tak bergerak.Usai menendang tangan Mery, pistolnya meletus dan mengenai cermin rias di kamar. Saat lengah, Alif langsung menangkap tangan Mery dan melintir ke belakang tubuhnya.Mery mendengkus kesal sambil melihat Alif dengan penuh amarah.“Ini belum berakhir. Ini belum berakhir. Maura akan melanjutkan rencanaku,” geram Mery.“Iya, sampaikan saja semua rencana Tante ke polisi,” ucap Alif.BRAK!!!Di saat bersamaan pintu terbuka dan tampak Rendy dengan beberapa orang anggota polisi menerobos masuk ke dalam kamar.“Lif, apa semua baik-baik saja?” tanya Rendy.Alif hanya mengangguk sambil menatap bingung. Kemudian Alif menjelaskan apa yang terjadi ke Rendy. Rendy mengerti dan segera meminta petugas po

  • Istri Pengganti untuk Tuan Arogan   Bab 193

    “TANTE MERY!!!”Alif langsung menarik Dira untuk bangkit dari lantai. Mery tersenyum sambil mengangguk, berjalan perlahan mendekat ke arah mereka berdua. Entah mengapa salah satu tangannya bersembunyi di belakang seolah sedang menyimpan sesuatu.“Tante yang memalsukan semua surat itu?” tanya Dira.Tidak ada jawaban dari Mery, hanya sebuah senyum aneh.“Iya. Aku yang melakukannya. Asal kamu tahu, aku punya keahlian ini sejak kecil.”“Aku bisa meniru semua tulisan dengan cepat. Itu juga sebabnya aku bisa memalsukan surat wasiat dari mamamu.”Dira mengernyitkan alis dan terlihat bingung. Ia tidak ingat jika Luna meninggalkan surat wasiat.“Aku sengaja menulis agar Fabian menikah denganku atas nama Luna.”Dira sontak tercengang kaget. Pantas saja neneknya sangat bersikeras membujuk ayahnya untuk menikahi Mery saat itu. Bahkan Fabian tidak bisa menolak sedikit pun. Ternyata

  • Istri Pengganti untuk Tuan Arogan   Bab 192

    “Kamu gak punya kunci serepnya?” tanya Alif.Dira terdiam sejenak. Ia ingat papanya mempunyai kunci serep semua ruangan di rumah ini dan menyimpannya di ruang kerja.Dira berjalan menuju ruang kerja Fabian. Masuk dengan tergesa kemudian langsung membuka laci meja kerja Fabian. Dira tersenyum lebar saat menemukan kunci yang ia maksud.“Papa tidak memindahkan tempatnya,” gumam Dira.Mereka kembali berjalan menuju kamar dan membukanya. Dira dan Alif tampak terkejut melihat kamar yang terlihat rapi. Seolah tidak pernah ada peristiwa yang mengejutkan di sini.Harusnya kalau Mery melihat Fabian pingsan di lantai. Ia pasti panik, kemudian langsung menelepon ambulan. Ia pasti sibuk mengurus Fabian dan mengabaikan keadaan kamar, tidak serapi ini.Alif menoleh ke Dira sambil mengulum senyum.“Ada yang aneh.” Dira mengangguk, mengiyakan ucapan Alif.Ia tidak menanggapi dan memilih bergerak memeriksa sem

  • Istri Pengganti untuk Tuan Arogan   Bab 191

    “Bukannya Om Fabian baru saja pulang kemarin?” tanya Alif.Dira mengangguk di seberang sana dengan mata berkaca. Ia sendiri tidak tahu mengapa tiba-tiba mendapat kabar seperti ini. Padahal Dira sudah berkonsultasi dengan dokter yang menangani.“Aku sendiri gak tahu. Tante Mery yang menelepon tadi dan beliau juga terkejut.”“Terus dimana sekarang?”“Tante Mery sudah membawanya ke rumah sakit. Aku sedang perjalanan ke sana.”Alif sontak terkejut mendengar tambahan kalimat Dira. Ia ingin marah dan sedikit kesal dengan sikap istrinya. Harusnya Dira memberitahunya dulu, menunggunya pulang baru berangkat bersama ke rumah sakit.“Mas … .”Panggilan Dira menginterupsi lamunan Alif. Alif mendengkus. Rasanya marah pun percuma.“Iya, aku otw ke sana. Hati-hati nyetirnya!!”Dira tersenyum ringan sambil mengangguk. Kemudian tak lama ia sudah mengakhiri pan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status