Share

Bab 6

Author: Aira Tsuraya
last update Last Updated: 2025-06-03 16:00:51

Dira terdiam usai mendengar kalimat Alif. Segitu bencinya Alif pada dirinya hingga menginginkan kematian Dira. Melihat Dira yang hanya diam saja, Alif langsung berdecak.

“Nangis? Buruan kalau mau nangis. Sekalian ngadu ke papamu!”

Bukannya menenangkan Dira, Alif malah mengintimidasinya. Namun, Dira hanya diam dan memilih memalingkan wajah dari Alif. Ia bahkan sudah tidur membelakangi Alif.

“Aku ngantuk, mau tidur. Kalau Mas Alif mau pulang, pulang saja.”

Alif jengkel mendengarnya, tapi dia juga tidak mau berdebat lagi. Tanpa berkata apa pun Alif berlalu pergi meninggalkan Dira.

Dira meliriknya sekilas. Ia melihat suaminya sudah keluar dari ruangan.

Dira menghela napas panjang sambil melihat pergelangan tangannya yang dibalut perban. Dia benar-benar ketakutan saat melihat darah dan selalu langsung pingsan seperti tadi.

Hal ini terjadi usai Dira mengalami kecelakaan mobil. Saat SMA, Dira pernah mengalami kecelakaan mobil bersama mamanya.

Dalam kecelakaan itu, mamanya langsung meninggal sedangkan Dira selamat tanpa mengalami luka parah sedikit pun.

Masih diingat Dira darah yang keluar begitu banyak dari tubuh mamanya. Ia ketakutan, histeris dan sejak saat itu Dira selalu trauma setiap melihat darah. Sayangnya, Alif tidak tahu tentang hal ini.

“Ah … mana mungkin aku jelaskan hal ini pada Mas Alif. Yang ada nanti aku dituduh menarik perhatiannya,” gumam Dira.

Dira tidak ambil pusing dengan kejadian hari ini. Malah dia sedikit senang. Dengan begitu, dia tidak perlu sibuk mengerjakan pekerjaan rumah dan bisa bangun lebih siang.

Namun, sepertinya dugaan Dira salah. Buktinya pagi sekali Alif sudah datang ke rumah sakit bahkan saat Dira masih terlelap.

“Bangun!”

Suara Alif menginterupsi mimpi Dira. Perlahan ia membuka mata dan terdiam beberapa saat melihat Alif sudah berdiri di depannya. Pria tampan dengan rahang yang tegas, hidung mancung dan rambutnya yang setengah basah merupakan pemandangan terindah bagi Dira.

Sayangnya bukan senyum manis yang menyambut Dira, malah tatapan penuh amarah milik sepasang mata elang itu.

“Kamu nggak terluka parah, kenapa harus berlama-lama di rumah sakit? Bangun.”

Dira menurut. Ia gegas bangun dan duduk di atas brankar. Alif hanya berdiri diam tidak jauh dari tempat Dira.

“Hari ini Ayah dan Bunda mau ke rumah.” Alif membuka pembicaraan.

Dira hanya diam menelan ludah. Sekarang dia tahu kenapa suaminya datang sepagi ini untuk menemuinya.

“Aku mau kamu membersihkan rumah dan menyiapkan makan malam.”

Dira hanya mengangguk lesu mendengar perintah Alif. Padahal dia sudah berinisiatif untuk istirahat sepanjang siang ini. Kini sepertinya akan batal keinginannya itu.

“Mereka datang nanti sore. Aku jemput sekalian pulang kantor.”

“Iya, Mas.”

Alif tidak menjawab bahkan tidak melihat ke arah Dira sedikit pun. Ia langsung membalikkan badan dan berlalu pergi begitu saja.

Beberapa saat kemudian, Dira terlihat sudah meninggalkan rumah sakit. Ia langsung menelepon asistennya dan meminta menghandle kerjaannya seharian ini. Sementara Dira memilih membersihkan setiap sudut rumah.

Pukul enam sore, semua pekerjaan rumah termasuk memasak sudah selesai. Bahkan Dira juga sudah bersiap menyambut mertuanya datang. Setengah jam kemudian Dira mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. Ia bergegas keluar.

“Selamat sore, Om, Tante,” sambut Dira dengan senyum manisnya.

“Loh, kok masih manggil Tante. Manggil Bunda saja, Dira sama kayak Alif,” ucap Widuri.

Dira tersenyum sambil menganggukkan kepala. Wanita berhijab dengan wajah teduh itu tampak menatap Dira dengan penuh cinta. Dira sudah mengenal Widuri dan Emran sejak masih kecil. Dan sikap mereka padanya tidak pernah berubah sedikit pun.

“Kabarmu gimana? Apa Alif tidak menyusahkanmu, Dira?” Kini Emran yang bertanya.

Dira tersenyum sambil menggeleng. Wajah Emran sebelas dua belas dengan Alif, hanya dibedakan dengan usia saja. Semua orang juga bilang kalau Alif bentuk mini ayahnya saat kecil dulu.

“Bunda dan Ayah mau langsung makan atau istirahat dulu?” tawar Dira.

“Hmm … kalau langsung makan, boleh, kan? Alif bilang masakanmu enak.”

Dira langsung terdiam saat Widuri berkata seperti itu. Apa benar Alif yang berkata seperti itu? Padahal selama ini Alif tidak pernah memujinya. Ya … meskipun dia tidak pernah komplain dengan masakannya.

Dira melirik Alif sekilas, tapi pria itu malah memalingkan wajah begitu saja. Rasanya tidak mungkin kalau Alif yang mengatakannya.

“Eng … boleh, Bunda. Silakan, Dira sudah siapkan, kok.”

Widuri dan Emran mengangguk. Mereka melangkah lebih dulu masuk ke dalam rumah, kemudian disusul Alif yang berjalan di belakang sambil membawa travel bag mereka, dilanjut Dira.

Namun, baru beberapa langkah Alif sudah menghentikan langkah dan menoleh ke Dira. Dira yang berjalan dengan menunduk tak ayal langsung menabrak Alif.

Dia terkejut setengah mati. Kini Dira mengangkat kepala sambil menatap Alif dengan bingung.

“Aku nggak pernah ngomong kayak gitu. Itu hanya basa-basi Bunda,” katanya dengan nada sinis. 

Dira mengangguk. “Iya, aku tahu kok, Mas.”

Alif terlihat masih kesal dan siap bersuara lagi, tapi tiba-tiba Emran sudah berseru di belakangnya.

“Sudah, nanti di kamar saja dilanjut. Ayah dan Bunda lapar, Alif.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pengganti untuk Tuan Arogan   Bab 7

    Alif terlihat kesal. Ia bersungut-sungut sambil berjalan mendahului ayah dan bundanya. Widuri hanya mengulum senyum melihat ulah putranya.“Alif memang sering gak sabaran, Dira. Kamu harap maklumi, ya?”Dira hanya tersenyum meringis mendengar ucapan mertuanya.Selanjutnya mereka berempat sudah duduk di ruang makan, terlihat asyik menikmati makan malam. Alif dan Dira duduk bersebelahan dengan Widuri dan Emran duduk di depan mereka.“Hmm … ternyata benar kata Alif, masakanmu enak, Dira.”Lagi-lagi Widuri memuji Dira. Tentu saja Alif kesal apalagi namanya diikutsertakan.“Udah deh, Bun. Makan aja jangan pakai ngobrol.”Emran tersenyum mendengar ucapan Alif. Sepertinya putranya tidak mau menunjukkan perhatiannya ke Dira. Bisa jadi karena pernikahan mereka terjadi di luar prediksi membuat Alif belum bisa menunjukkan perasaannya.Emran memaklumi, dia juga pernah di posisi seperti ini sebelum

  • Istri Pengganti untuk Tuan Arogan   Bab 6

    Dira terdiam usai mendengar kalimat Alif. Segitu bencinya Alif pada dirinya hingga menginginkan kematian Dira. Melihat Dira yang hanya diam saja, Alif langsung berdecak.“Nangis? Buruan kalau mau nangis. Sekalian ngadu ke papamu!”Bukannya menenangkan Dira, Alif malah mengintimidasinya. Namun, Dira hanya diam dan memilih memalingkan wajah dari Alif. Ia bahkan sudah tidur membelakangi Alif.“Aku ngantuk, mau tidur. Kalau Mas Alif mau pulang, pulang saja.”Alif jengkel mendengarnya, tapi dia juga tidak mau berdebat lagi. Tanpa berkata apa pun Alif berlalu pergi meninggalkan Dira. Dira meliriknya sekilas. Ia melihat suaminya sudah keluar dari ruangan.Dira menghela napas panjang sambil melihat pergelangan tangannya yang dibalut perban. Dia benar-benar ketakutan saat melihat darah dan selalu langsung pingsan seperti tadi.Hal ini terjadi usai Dira mengalami kecelakaan mobil. Saat SMA, Dira pernah mengalami kecelakaan mobil bersama mamanya. Dalam kecelakaan itu, mamanya langsung meningga

  • Istri Pengganti untuk Tuan Arogan   Bab 5

    Dira terpaku mendengar ucapan pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu.Namun, ia tidak melayangkan protes sedikit pun. Percuma, Alif hanya akan semakin murka padanya. “Baik, Mas,” ucap Dira akhirnya. Tidak ada ketakutan terlihat di wajah wanita cantik itu, apalagi kesedihan. Malah kini matanya sudah menatap Alif yang berdiri di depannya.Alif langsung melengos tanpa berkata sepatah pun. Namun, baru beberapa langkah dia sudah berhenti dan bersuara kembali.“Aku lapar. Siapkan makanan!”Dira mengangguk, kemudian langsung turun ke lantai satu. Dia ingat jika tadi melihat dapur sebelum naik ke lantai dua. Untung saja di kulkas banyak persediaan bahan makanan sehingga Dira bisa mengolah makanan dengan cepat.Dira sudah terbiasa mandiri, jadi rasanya tidak kesulitan jika harus memasak dengan cepat. Satu jam kemudian, mereka sudah makan malam bersama. Alif terlihat menikmati, tapi sama sekali tidak berkomentar apa pun tentang masakannya.“Aku nggak suka makan di luar, jadi kamu harus

  • Istri Pengganti untuk Tuan Arogan   Bab 4

    Dira mematung mendengar kalimat pria itu. “A-apa maksud Mas Alif?" tanyanya gugup. Resah di wajahnya tak bisa disembunyikan. "Aku sama sekali tidak mau menikah dengan Mas.”Alif tersenyum miring mendengarnya. Ia lantas menunjukkan sebuah surat yang ia temukan di buku harian Disa.“Tidak mau katamu? Lalu apa maksudnya ini?”Dira terdiam, matanya melirik ke arah surat yang berada dalam genggaman Alif. Ia tidak tahu apa isinya dan ada hubungan apa dia dengan surat itu.“Kamu memang wanita licik! Teganya kamu lakukan semua ini ke Disa.”"Aku nggak ngerti—"“Kamu yang membunuh Disa, Dira! Kamu pelakunya!”Dira terhenyak. Ia sama sekali tidak paham dengan ucapan Alif. Selama ini, hubungannya dengan Disa baik-baik saja. Memang mereka tidak begitu akrab belakangan ini. Itu pun karena Dira kuliah di luar kota dan jarang bertemu. Namun, apa maksud ucapan Alif dengan menuduhnya sebagai pembunuh Disa?“Aku nggak ngerti maksud ucapanmu, Mas. Aku nggak pernah melakukan seperti yang kamu tuduh.

  • Istri Pengganti untuk Tuan Arogan   Bab 3

    “Ini ... apa maksudnya, Pa?” tanya Dira linglung.Ia tidak jadi masuk dan hanya berdiri diam di depan pintu. Hal yang sama dilakukan Alif. Pria itu hanya membisu dengan pandangan yang mulai tidak fokus.“Tadi polisi menelepon, mereka menemukan mobil Disa di jurang. Ia mengalami kecelakaan dan meninggal di TKP.”Dira tersentak kaget, dengan spontan menutup mulutnya. Rautnya memucat dengan bulir-bulir yang menggenang di pelupuk matanya.Sedangkan Alif hanya diam sambil menundukkan kepala. Bahunya merosot jatuh mendengar berita itu.“Maafkan Papa, Dira, Alif. Papa benar-benar tidak tahu apa yang menyebabkan Disa seperti ini. Maafkan Papa....”Fabian langsung menangis usai berkata seperti itu. Dira gegas memeluk pria paruh baya itu dan membawa masuk dalam pelukannya. Mereka berdua saling berbagi duka, berusaha menegarkan satu sama lain dalam tangis.Alif melipir menjauh dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak menduga wanita yang dia cintai akan meninggal dengan cara seperti ini. Bahkan Alif b

  • Istri Pengganti untuk Tuan Arogan   Bab 2

    “Apa katamu?”Dira tidak menjawab hanya menundukkan kepala. Sedangkan Alif langsung merampas kertas yang diberikan Dira tadi. Alif terdiam saat membacanya. Ia tahu, itu memang tulisan tangan Disa. Di sana disebutkan jika Disa membatalkan pernikahannya dengan Alif.“Aku dan Papa menemukan surat itu di kamarnya beberapa jam sebelum pernikahan. Itu sebabnya Papa memintaku menggantikan posisi Disa. Namun, ini hanya sementara, Mas. Nanti kalau Disa sudah ditemukan, kalian bisa melanjutkan pernikahan dengan benar.”Alif hanya membisu, meremas kertas itu dengan wajah mengeras. Kemudian tanpa menoleh ke Dira, ia berkata dengan suara seperti menggeram marah.“Keluar!”Dira terkejut mendengar ucapan Alif. Ini sudah hampir tengah malam dan mereka sedang berada jauh dari keramaian.“Aku bilang keluar!” sergah Alif karena Dira tidak langsung merespon. "SEKARANG!"Dira menelan ludah sambil menatap nanar ke arah pria yang diliputi amarah itu. Sepertinya, Alif melihat reaksinya. Dia menoleh, menyip

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status