Share

Istri Pengganti
Istri Pengganti
Penulis: Sinokmput

1. Prolog

"Ahahaha, Lucas. .. Jangan seperti itu, kau membuatku geli." Sera tertawa ketika Lucas menggelitiki perutnya. 

Lucas tak menjawab, dia hanya terkekeh dan semakin menggoda isterinya. Dia memeluk erat tubuh Sera, membuat tubuh wanita itu menempel pada dada bidangnya. 

"Lucas, aku ingin bangun. Jangan seperti ini," keluh Sera sambil memukul-mukul kecil tangan Lucas. 

Lucas akhirnya melonggarkan pelukannya, dia membalik tubuh istrinya agar menghadap ke arahnya. "Kau terlihat pucat, Sera," ucapnya heran melihat bibir istrinya tak semerah cerry seperti biasanya. 

"Itu semua salahmu, kau membuatku tak tidur semalaman." 

Perasaan khawatir di hati Lucas menghilang ketika  melihat istrinya yang cemberut, sambil mengingatkan kejadian panas yang mereka alami semalam. Lucas akhirnya kembali memeluk tubuh Sera, dia memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur lagi. 

"Lucas," rengek Sera. Dia menoleh menatap Lucas. "Sepertinya kau akan telat lagi pagi ini."

Lucas langsung melihat jam yang ada di meja di samping ranjang. Matanya melebar melihat jarum jam sudah menunjukan pukul 10 pagi. "Shitt, aku ada meeting penting hari ini," umpatnya lalu melepaskan pelukannya dari tubuh Sera. Dia berjalan dengan tergesa ke arah kamar mandi. 

Sera langsung terlentang sambil memegangi selimutnya. Kepalanya menggeleng karena kelakuan suaminya itu. Dia lalu menyiapkan keperluan Lucas dan kembali lagi ke ranjang. 

Tak lama Lucas keluar dari kamar mandi. Gerakannya cepat mengambil baju yang sudah disiapkan Sera dan memakainya. Dia bahkan menggunakan dasinya secara asal-asalan. Setelah semuanya siap, dia bergerak mendekat ke arah isterinya yang masih tersenyum melihat kelakuannya. 

"Awas saja kau Sera, nanti malam aku akan membuatmu tak bisa berjalan." geram Lucas yang hanya ditanggapi lagi kekehan oleh Sera. 

"Kemarilah, berikan aku semangat pagi."

Sera dengan segera bangun, dia berdiri dan merangkul leher Lucas dengan satu tangannya. Bibirnya bergerak untuk mengecup singkat bibir suaminya. Setelah itu, dia tampak melambai ketika sosok Lucas perlahan menghilang di balik pintu. 

Tubuh Sera terasa lemas, dia memutuskan untuk membaringkan tubuhnya di ranjang sambil bermain handphonenya. Tak lama, pintu diketuk dan Sera mempersilahkan orang itu untuk masuk. 

Ternyata itu adalah Renee, seorang wanita paruh baya yang selama ini menjadi pembantu di rumah Lucas. Sera tersenyum menyambutnya. 

"Pagi Nyonya, tuan meminta saya untuk mengantarkan sarapan anda ke kamar." ucap Renee. 

"Taruhlah di sana, aku akan memakannya nanti." kata Sera. 

Perlahan Renee meletakkan makanannya di meja. Ketika dia berbalik ingin pergi, dia kaget melihat wajah majikannya penuh darah. 

"Nyonya, hidung anda," teriak Renee sambil menunjuk wajah Sera. 

Sera awalnya bingung, tangannya bergerak memegang wajahnya, tapi dia ikut kaget melihat ada darah di tangannya. Dia lalu berlari ke arah cermin, di sana, dia melihat bahwa darah itu keluar sangat banyak. Bahkan Sera tak sadar jika di selimutnya pun ada noda darah. 

Sera panik dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Dia membersihkan noda darah itu dengan gerakan kasar. Dia juga merasa bahwa hidungnya tak berhenti mengeluarkan darah. 

Hampir beberapa saat, Sera keluar sudah menggunakan piyama handuknya. Di kamarnya masih ada Renee yang menunggunya dengan panik. 

"Aku tak apa Renee, hanya kelelahan saja. Jangan beritahukan hal ini pada tuan," ucap Sera mencoba menenangkan pembantunya itu. 

Akhirnya Renee hanya bisa mengangguk, dia segera keluar setelah Sera memintanya keluar kamar. 

Sedangkan Sera, dia langsung bergegas memakai baju. Dia memoleskan make-up tipis pada wajahnya. Dia mengambil tas dan handphonenya lalu segera keluar dari kamar. 

Di bawah, ada Erick yang sedang membersihkan mobilnya. Erick adalah sopir pribadi Sera yang diberikan oleh Lucas. Sera mendekati lelaki paruh baya itu dan tersenyum. 

"Pagi Erick."

"Pagi Nyonya, anda ingin keluar. Saya sudah siap sekarang." balas Erick. 

"Tak usah mengantarkanku, aku hanya ingin ke toko bunga ibu sebentar," ucap Maria menolak Erick yang akan mengantarkannya. 

Erick hanya bisa menurut, dia membukakan pintu untuk majikannya. Setelahnya, mobil itu melaju meninggalkan rumah. Erick segera beralih membersihkan mobil yang lain. 

~

Setelah sampai di rumah sakit, Sera segera menemui dokter Nagin. Di dalam ruangan itu, jantung Sera berdetak dengan sangat kencang, menunggu hal apa yang akan disampaikan padanya. 

Dokter Nagin tampak membaca berkas-berkas kesehatan Sera yang sudah diperiksanya minggu lalu. Wanita itu tampak menghembuskan nafas pelan lalu menatap ke arah pasiennya. 

"Kau harus segera melalukan kemotherapy Sera, jika tidak, kesehatanmu akan memburuk. Apa kau tidak ingin sembuh?" tanya Dokter Nagin, sebenarnya wanita itu adalah teman Sera saat dia kuliah dulu. Tak disangka mereka akan bertemu lagi dengan kondisi yang begini. 

Sera tampak menunduk, air matanya menetes perlahan membasahi pipi mulusnya. "Untuk apa aku sembuh jika aku juga tak bisa mempunyai anak, Nagin?" ucapnya sambil memandang dokter cantik itu dengan sendu. 

"Kau mempunyai suami yang sangat mencintaimu Sera. Bahkan keluarga yang sangat menyayangimu. Kau tak ingin bertahan untuk mereka? Setidaknya untuk kebahagiaanmu sendiri," ucap Nagin memberikan nasihat untuk temannya. 

"Hidupku sudah tak sempurna, apalagi yang  akan diharapkan oleh mereka?" gumam Sera yang masih terdengar di telinga Nagin. 

Terjadi keheningan beberapa saat di ruangan itu. Nagin sudah berusaha meyakinkan Sera agar dia segera melakukan kemotherapy. Tapi sepertinya wanita itu sudah tak ada niatan untuk melanjutkan hidupnya lebih lama lagi. 

"Aku akan pergi, terimakasih Nagin. Kau sudah membantuku selama ini." Sera tersenyum, lalu segera berpaling pergi dari sana. Dia . meninggalkan resep-resep  obat untuknya agar tubuhnya bisa bertahan dari penyakitnya. Nagin yang melihat itu hanya bisa menghela nafas kasar. 

Saat sampai di halaman parkir rumah sakit, Sera yang lengah membuat seorang yang sedari tadi diam memperhatikannya segera mendekatinya. Lelaki itu menarik kasar tas Sera, membuat Sera terjatuh dan kaget. 

"Tolong, ada pencopet."

Teriakan Sera membuat orang-orang segera mendekat ke arahnya. Sebagian ada yang membantunya berdiri dan sebagian ada yang mengejar pencopet tasnya. 

Di saat Sera diobati oleh salah satu suster yang ada di sana. Seorang wanita cantik dengan tubuh mungil menyeruak masuk ke dalam kerumunan. Dia segera berdiri di hadapan Sera. 

"Nyonya, ini tasmu. Tenang saja, orang yang mencopet tadi sudah diamankan oleh satpam." Wanita itu menyodorkan tas milik Sera. 

Sera segera menerimanya, dia tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Saat wanita yang memberikannya tas itu berpaling, Sera segera berdiri dan mencekal tangan wanita itu. 

"Siapa namamu?" tanya Sera dengan lembut. 

"Elena, Nyonya," jawab wanita itu. 

"Sekali lagi terimakasih Elena, aku hanya bisa memberikanmu ini karena telah mengembalikan tasku. Ada banyak hal penting di sini." Sera menyodorkan uang yang sangat banyak ke arah Elena. Wanita itu tampak melongo, tangannya bergetar melihat uang sebanyak itu. Orang-orang yang ada di sana segera menyingkir setelah tak ada hal yang terjadi lagi. 

"Nyonya, iiniii beenarr unntukk saayaa?" tanya Elena dengan gugup, bola matanya bergerak tak beraturan. 

"Ya, ambillah." kata Sera. 

Elena segera menyahut uang yang ada di tangan Sera dengan kasar. Dia bahkan langsung berlutut di hadapan Sera. 

"Nyonya, terimakasih. Ini sangat membantuku. Akhirnya aku bisa membayar biaya perawatan ibuku di rumah sakit ini."

Sera tampak kikuk, apalagi banyak orang yang melirik ke arahnya. Dia membantu Elena agar wanita itu bangun. 

"Tak usah seperti itu, aku malu dilihat banyak orang," tegur Sera. 

"Aku hanya tak menduga akan mendapat uang sebanyak ini Nyonya. Sekali lagi terimakasih, ini bisa membantuku menyicil biaya rumah sakit ibuku." Elena bahkan tak berhenti menunduk hormat pada Sera. 

"Memangnya kurang berapa biaya perawatan ibumu?" tanya Sera yang penasaran. 

"Emm...itu...masih kurang 100 juta lagi Nyonya." Elena tertunduk dengan sedih. "Ibuku menderita penyakit jantung," imbuhnya dengan nada tercekat. 

Sesaat Sera hanya diam, memikirkan hal yang baru saja terlintas di pikirannya. Dia mengamati wanita di depannya itu dengan seksama. Wanita itu bertubuh mungil, bahkan tingginya masih berada di bawah Sera. Rambutnya panjang di bawah bahu, dengan kulit yang lumayan putih. Wajahnya juga manis, ada lesung pipit di 2 pipinya. 

Sera tersenyum, dia meminta Elena untuk mendongak dan menatapnya. Sera bahkan menggenggam tangan Elena dengan erat. 

"Aku bisa membantumu, apa pun yang kau perlukan. Tapi dengan satu syarat." ucap Sera. 

"Apa itu?" tanya Elena dengan mata dipenuhi bingar bahagia, baru kali ini dia bertemu dengan orang sebaik Sera. 

"Menikahlah dengan suamiku," ucap Sera dengan sekali tarikan nafas. Matanya penuh dengan permohonan di depan Elena. 

**

Sinokmput

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yuni Ayu Izma
Makin seru ceritanya Thor, semangat terus Thor lanjut nulisnya. Mampir juga di novel aku "Terjebak Cinta CEO Yang kejam" tetap saling dukung ya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status