Share

Detak Jantung Mayang

Ta...tapi, maaf Tuan aku benar-benar menyesal, Mayang janji ngak bakal mengulangi hal ini lagi.” Berjalan mendekati Reno, dan berdiri dibelakang laki-laki tampan tersebut. 

“Jangan canggung terhadap ku Mayang, santai saja mengingat dirumah ini hanyalah ada aku dan dirimu saja. lagian Aku orangnya berbuka dan ngak kaku, apalagi pada wanita yang sudah aku anggap sebagai orang terdekat ku.” Ucap Reno sambil menggeser layar ponselnya, untuk mencari dan memesan menu makanan. 

“Ya Tuan, sekali lagi terimakasih.” 

“Mayang kamu pesan makanan apa?” 

Reno memperlihatkan layar ponselnya, membiarkan Mayang untuk memilih sendiri, namun gadis itu menolak dengan halus, sambil mundur beberapa langkah kebekang.

“Teer...terserah Tuan saja.” 

Mayang mersa gugup mendapatkan perhatian seperti ini, apalagi dari majikannya. 

“Okey, jadi untuk menunya kita samain aja ya.” Terang Reno. yang langsung dibalas dengan anggukan pelan kepala Mayang sambil meremas-remas jemari tangannya yang mendadak terasa dingin.

"Mayang." 

"Ya ada apa, Tuan." 

"Kamu mendekat lah dan duduk disofa ini, apa kamu mau aku kutuk jadi patung atau pengawal setia, karena kamu berdiri terus dibelakang ku." 

"Tidak, tidak mau Tuan." jawabnya refleks dan langsung pindah duduk di ujung sofa, sambil menunduk. menjaga posisi dari Reno yang mulai sibuk berselancar dengan dunia Maya.

Suara bel memecah kesunyian diantara majikan dan pelayan itu, Mayang langsung berdiri berjalan menuju pintu masuk, Reno mengikuti langkah Mayang dari belakang, sambil mengeluarkan beberapa lembar uang kertas lalu menyerahkan nya pada kurir yang mengantarkan pesanan makanan mereka.

Setelah membayarnya, Reno pun mengajak Mayang makan berdua. mengingat dia yang kurang berselera untuk makan jika sendirian, untuk itu Reni sering makan diluar, namun semenjak ada Mayang dirumah ini, Reno mersa tidak terlalu kesepian lagi. bahkan dia lebih suka makan dirumah dari pada diluar, mengingat masakan Mayang yang cocok dengan seleranya.

“Maaf Tuan, aku...makan nanti aja.” Tolak Mayang mersa sangat canggung. setelah menyiapkan alat-alat makan untuk Reno, dia membalikkan badannya untuk kembali Menuju kamarnya.

“Tolong temani aku Mayang, selera makan ku sedang bermasalah, apalagi jika harus makan sendiri. Tolong temani aku makan ya.” tanpa sadar Reno menarik sebelah tangan Mayang lalu mengajaknya duduk disebelah nya.

"Baiklah, Tuan.” 

Mayang pindah, duduk berjarak dua kursi disebelah Reno, meskipun Reno ayik sendiri menikmati makanannya, namun Mayang tetap grogi untuk menyuap dan menelan makanan tersebut. 

“Mayang kamu kok terlihat tidak berselera seperti ini, apa makanan nya tidak enak atau kamu tidak menyukai nya. Aku bisa ganti lagi?” 

“Tidak, Makanan ini sangat lezat dan nikmat Tuan. Baiklah aku akan segera menghabiskan nya.” Jawab Mayang sambil kembali menyuap dengan bersemangat, agar Reno tidak tersinggung nantinya. 

Setelah selesai makan, gadis itu kembali membersihkan dan merapikan peralatan makan mereka berdua, dan Mayang masuk kekamarnya langsung menguncinya dari dalam, sedangkan Reno menghabiskan waktu diruang kerja khusus dengan sebuah laptop yang menyala dihadapannya. 

Laki-laki dewasa dan sangat tampan itu, mulai sibuk dengan pekerjaannya yang menuntut dia bekerja tanpa batas waktu. semangat dan kegigihan Reno membuat perusahaannya maju pesat, namun kesuksesan dan kekayaan yang Reno miliki tidak membuat sang istri tercinta Melani tidak pernah puas, doa terus asyik mengejar dunia dan impian nya dari pada dirumah dan menjadi istri yang baik untuk Reno, apalagi melahirkan anak-anak yang lucu yang sangat diharapkan dan dinginkan oleh Reno maupun mamanya Sinta.

***

Mayang bangun pagi-pagi sekali, dia tidak ingin ketiduran lagi. Berjalan menuju dapur untuk menyiapkan menu sarapan, termasuk secangkir kopi hitam kesukaan Reno. 

“Sebaiknya, aku masak Nasi goreng dan telor ceplok saja, lebih praktis dan mudah untuk membuat nya.” Gumam Mayang mulai mengaduk-aduk dengan resep sederhana, seperti nadi goreng ibu yang sering dirasakannya untuk Mayang ketik dia kecil dulu.

"Beres, semoga Tuan Reno menyukai menu sarapan buatanku ini." 

Mayang mengambil piring untuk menyalin nya. Terdengar suara teriakan Reno yang berjalan menghampiri nya kedapur. 

“Mayang, tolong kamu setrika pakaian kerjaku ini.” Ujar Reno menyerahkan pakaian kerja ketangan Mayang. 

"Baik, Tuan." 

Gadis itu menerima dengan tangan gemetaran, bukan karena tugas yang diberikan Reno, melainkan penampilan sang majikan yang hanya mengenakan handuk kecil untuk menutupi bagian tertentu tubuh atletis nya. 

“Aduuuuuh, mataku yang polos. Jantungku yang selama ini berdetak normal, kenapa kalian sekarang sudah tidak seperti biasa lagi, mataku sadarlah, jangan terpesona pada laki-laki ini, dia sudah mempunyai istri. Jantung sadarlah jangan engkau terus berdebar tidak menentu seperti ini.” Gumam Mayang mulai menyetrika pakaian Reno. 

Sedangkan Reno dengan santai duduk di sofa, sambil menghilangkan kakinya membolak-balik surat kabar, bahkan dia terlihat cuek dan mengabaikan keberadaan Mayang. 

“Ini Tuan, sudah selesai.” 

Mayang menyerahkan ketangan Reno, dengan tangan gemetaran. 

“Terimakasih, Mayang.” Balas Reno kembali masuk Kekamar nya. 

Tidak lama Reno keluar dengan pakaian kerja yang sudah rapi, dia mengambil kunci mobilnya dan memangil-mangil Mayang yang sedang bersih-bersih ruangan tengah, tempat Reno sering menikmati acara televisi atau sekedar membaca surat kabar. 

“Apa Tuan?” 

“Hari ini kamu belanja ya, aku suka masakan kampung yang sederhana, aku sudah bosan makan dengan masakan yang selama ini aku makan.” 

“Baik Tuan.” 

“Oya ya, Sebaiknya kamu pergi belanja pagi ini saja, biar sekalian aku antar. Karena nanti siang aku ingin makan dirumah saja.”  Ucap Arya.

“Ngak usah, nanti merepotkan Tuan, biar aku naik taxi saja.” matangmersa ngak enak jika ter dekat dengan Reno.

“Ngak masalah Mayang, toh aku juga kebetulan melewati pasar tradisional itu.” 

“Baiklah, Tuan.” 

Mayang langsung pasrah, dia masuk dan duduk dibelakang jok mobil Reno, dia tidak ingin membantah lagi perintah majikannya ini.

“Mayang pindah ke depan.” 

“Ngak usah Tuan, aku mersa lebih nyaman duduk disini.” Tolak Mayang. 

“Tidak Mayang, aku mersa seperti seorang sopir saja, jika kamu duduk dibelakang.” 

Mau tidak mau akirnya Mayang pindah duduk kedepan. Bersebelahan dengan Reno yang tersenyum puas. sambil sesekali melirik Mayang dari kaca spion mobilnya.

Sepanjang perjalanan, Mayang sesekali mencuri-curi pandang kearah Reno yang terlihat fokus nyetir mobil nya. 

“Ya Tuhan, semoga aku tidak akan selamanya bekerja ditempat laki-laki mesum seperti Tuan Reno Ini.” Gumam Mayang. 

“Kenapa lihatnya segitu serius dan tatapan mu dalam banget, terkagum-kagum ya melihat majikan mu yang tampan, mapan dan sukses ini.” Sindir Reno sambil mengulum senyum membuat Mayang langsung terbatuk-batuk oleh Saliva nya sendiri. 

“Ya Tuhan, selain mesum. ternyata majikan ku ini besar kepala dan geer, meskipun sesungguhnya aku tidak memungkiri ketampanan nya.” Gumam Mayang menyembunyikan senyumannya sendiri. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status