Ardian semakin tidak percaya. Arman tidak keluar dari kamarnya. Sementara, pengawal masih saja berjaga di depan kamarnya."Kenapa dia tidak segera keluar? Aku ... tidak percaya!" teriak Ardian. "Aku akan mengetuk pintu kamarnya!" lanjutnya sangat kesal. Dengan cepat Ardian melangkah, menuju depan pintu kamar Arman."Apa yang kalian lakukan?" Ardian tidak percaya. Melihat semua pengawal menghadangnya. Ardian sangat emosi. Dia tidak terima dengan perlakuan para pengawal kepadanya."Jangan pernah seperti itu. Apa kalian lupa, aku adalah Tuan Muda!" "Tuan Muda. Maafkan aku. Kami tidak bisa membiarkan Anda ikut. Kami hanya menjalankan perintah.""Ardian. Tolonglah. Jangan pernah melawan Arman. Dia memiliki wanita itu!" Redrich menarik Ardian. Dia tidak ingin anak keduanya itu merebut Zulaika. Ardian akan membuat Arman sangat marah. Bahkan, mereka bisa saling bermusuhan, dan itu sangat berbahaya."Ibu, kau jangan membuatku marah. Kenapa Arman tidak keluar. Dia seharusnya bekerja. Aku tidak
Napas Zulaika tertahan. Arman memainkan perasaannya. Lelaki itu hanya diam, duduk di hadapannya sambil menatap dengan tersenyum."Lihatlah, sekarang aku memiliki tawanan. Hmm, jangan lupa. Aku bisa melakukan apa pun yang aku mau. Kau tidak bisa melawanku, wanita."Arman menepuk tangannya sangat keras. Beberapa pengawal segera masuk ke dalam. Arman spontan berdiri dari duduknya, mendekati pengawalnya dan berbisik. Zulaika mengkerutkan alis sangat dalam. Dia tidak mengerti dengan sikap Arman.Tuan Muda kembali mengambil kemejanya, tanpa ditemani pelayan seperti biasanya. Arman memakai kembali kemeja dan jasnya. Zulaika semakin terkejut. Dia padahal sudah yakin Arman tidak akan pernah keluar kamar."Kau berjanji akan berada di sini, melakukan apa pun yang aku mau. Kenapa kau melanggar?""Itulah aku. Tidak suka melakukan perintah orang lain. Bawa dia!"Zulaika semakin tidak percaya. Kedua pengawal bertubuh tegap membawanya dengan paksa.Kedua pengawal dengan tubuh garang, mengangkat Zulai
Redrich semakin tidak percaya. Lelaki yang selalu diincar Arman akhinya berada di hadapannya. "Kau berada di sini? Ke mana saja kau? Kenapa kau meninggalkan aku dan Malik!" teriaknya keras. Dia melangkah cepat, memukul Agung bertubi-tubi. Dengan sigap Agung menahannya. Dia menarik Redrich dan memeluknya erat."Aku ... mendapatkan perintah dari Malik. Dia ... mengetahui sesuatu. Dia mempercayakan surat warisan itu kepadaku. Dan ... aku mneyimpannya sampai sekarang. Aku harus melakukan sesuatu, dan itu perintahnya. Maafkan aku."PLAK!Redrich menamparnya sangat keras. Dia menekan dadanya yang tiba-tiba sesak. Agung perlahan mengeratkan pelukannya. Beberapa pelayan keluar dan membiarkan mereka berdua.Dengan tersenyum, Agung mentap Redrich yang masih terlihat sangat cantik. Dia memang mencintai wanita itu sejak dulu. Tapi, dia harus menahan hatinya. Tidak mungkin bagi dirinya menyukai wanita Tuan Besar."Aku sangat menderita kehilangan Malik. Aku sangat kesepian sekali. Sementara, Arman
Melia dan Paula saling menolehkan pandangan. Mereka tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. Agung telah kembali? Sesosok lelaki yang selalu menjadi kaki tangan Malik selama ini. Agung yang menjadi buronan Arman karena mengetahui semua yang terjadi. Mengetahui siapa pewaris sah sebenarnya. Sebelum meninggal, Malik mengungkap fakta yang sangat mengejutkan. Hanya tiga orang yang mengetahuinya. Agung melarikan diri saat membawa surat warisan. Arman dan lima Bos Besar mengejar, akan membunuhnya. Namun, mereka semua gagal. Agung menghilang seperti ditelan bumi. Arman selama ini sangat resah. Dia tidak bisa menemukan Agung selama lima tahun. Dia tidak menyerah. Semua pengawal masih saja berusaha menemukannya. Hingga Arman akhirnya menghentikan pencariannya. Dia yakin, Agung akan datang dengan sendirinya, dan itu adalah kesempatan buatnya. Selama ini Agung meninggalkan nama buruk di mata semua penghuni kerajaan Maulana. Dia sudah berpelukan dengan Redrich saat wanita itu bersedih meli
Arman tersenyum. Dia menahan Zulaika yang akan menuruni ranjang. Wanita itu menampisnya."Aku ingin mandi. Lepaskan," ucapnya tegas. Zulaika tetap saja menampis Arman yang masih menahan tubuhnya. Lelaki itu tidak menyerah sama sekali. Dia semakin menarik Zulaika dan kembali ke dalam dekapannya "Kenapa kau ingin aku menikahimu? Apa tujuanmu sebenarnya?" tanya Arman menatap Zulaika dengan sangat dekat. Bahkan, kedua kening mereka bersatu."Bukankah setiap wanita menginginkan dirimu? Untuk apa kau bertanya sesuatu yang sudah tahu jawabannya?" balas Zulaika terus menatap tajam kedua mata Arman yang sangat indah. Tidak dipungkirinya, hatinya semakin berdebar. Namun, dia berusaha mengelak. Dia tidak boleh mencintai lelaki itu."Kau tidak seperti mereka. Kau berbeda dengan mereka. Hmm, pasti ada tujuan di balik maksudmu itu. Tentu saja kau memiliki sesuatu yang kau rencanakan, dan itu adalah sesuatu yang sangat besar untukku. Kau tidak bisa membohongiku, Zulaika."Arman kembali mencium Zula
Lelaki itu menarik Zulaika. Menutup mulut dengan kelima jemarinya sangat kuat. Zulaika tidak bisa bergerak sama sekali."Apa kau pikir bisa menjebakku? Kau jalang!" ucapnya dengan melotot. Dia menarik Zulaika sangat kasar. Kini mereka berada di dalam toilet. Lelaki itu menutup pintu dengan sangat kasar. Dia menguncinya dua kali tekanan. PLAK! Zulaika mendapatkan tamparan sangat keras. Dia tersungkur ke lantai. "Aku, akan membuatmu sangat buruk! Kecantikanmu itu tidak akan pernah bisa membuat semua lelaki memandangmu lagi!" Dengan sangat kasar dia menjambak Zulaika. Menamparnya sekali lagi. "Rasakan!" teriaknya. Dia mulai menarik Zulaika berdiri kembali ketika tubuhnya tersungkur di lantai. "Hahaha. Kau, boneka Arman. Kau ... akan mati. Kita lihat saja saat Arman melihatmu melakukan ini kepadaku. Kau ... mati," balas Zulaika."Wanita jalang!" Dia, lelaki itu mencekik Zulaika dengan sangat kuat. Zulaika mulai merasa sesak. Kedua matanya melotot tajam, tidak bisa bergerak. Arman
Zulaika tidak bisa bernapas. Dia tercekik sangat kuat. Lelaki itu memandangnya dengan melotot tajam, merasa puas akan membunuh Zulaika. Hingga, "sret!" Zulaika menarik pisau peninggalan sang ibu yang dia selipkan di pinggangnya dan tertutup kain pita."Argh!" Lelaki itu melepaskan cengkeramannya. Dia menutup wajahnya yang sangat perih. Mata kanannya terluka akibat sayatan Zulaika."Ka-u ... akan mati," ucap Zulaika terpatah-patah. Napasnya masih tercekat di kerongkongan. Dengan berjalan sempoyongan, dia berusaha sampai di tengah pesta. Zulaika terus berjalan sambil menekan dadanya."Aku ti-dak boleh ... kalah."Arman yang semula duduk, spontan berdiri saat melihat Zulaika lebam dan sangat berantakan. Pemain musik menghentikan permainan seketika. Semua tamu menatap Zulaika tidak percaya."Zulaika?" ucap Arman. Dia berjalan cepat menghampiri wanita itu, dan menangkap tubuhnya. "Apa yang terjadi!" teriaknya keras."Aku ... sudah di-perko ... sa. Dia ada di kamar man-di ...," ucap Zulaika
Rose terkejut. Dia tidak percaya seseorang menawarkan itu kepadanya. Apalagi seseorang itu adalah Tuan Muda kedua. Rose semakin tersenyum melihatnya."Kau mencintainya? Hmm, sangat luar biasa. Kedua Tuan penguasa yang tidak pernah mencintai siapapun, sekali jatuh cinta dengan orang yang sama. Aku sangat iri dengan wanita itu. Tapi ... dia memang sangat cantik mempesona."Ardian tidak tahan melihat Arman berada satu kamar dengan Zulaika. Dia keluar dari kamar untuk masuk ke sana. Ardian tidak peduli dengan perkataan Agung. Dia akan nekad untuk menemui Zulaika. Hingga dia mengurungkan niatnya saat melihat Rose dalam amarah menatap kebersamaan Arman. Seketika itu, muncul dalam benak Ardian untuk membantu Rose mendekati Arman."Apa yang akan kau lakukan, Ardian? Bukankah sangat sulit mendekati Arman jika dia tidak menginginkan? Apa rencanamu?" tanya Rose. Pandangannya sama sekali tidak teralihkan. Dia terus menatap Ardian dengan tajam."Arman hanya menginginkan wanita yang tidak mendekati