Home / Romansa / Istri Penguasa Untuk 90 Hari / Menuju Kediaman Maulana

Share

Menuju Kediaman Maulana

Author: Esi Apresia
last update Last Updated: 2022-05-14 12:49:08

Ardian tiba-tiba masuk ke dalam kamar Arman. Dia mendengar kakaknya bergumam cukup keras, membuat dia menawarkan diri untuk mencari Zulaika.

"Biarkan aku yang mencarinya," kata Ardian dengan cukup tegas. Dia kali ini berani memandang sang kakak. Walaupun Arman sudah memasang wajah angker.

"Apa?" tanya Arman dengan singkat. Dia berjalan perlahan mendekati sang adik. Kedua mata mereka yang sangat tajam, saling menatap. Persaingan kini sudah dimulai.

"Aku, akan mencarinya."

Ardian selama ini selalu saja diam. Bahkan, tidak pernah merebut apa pun milik sang kakak. Namun, kini berubah. Membuat Arman sangat terkejut. “Aku … akan mencarinya!” lanjutnya tegas.

"Sejak kapan kau berani mengatakan ini kepada kakakmu? Bukankah kau tahu peraturanku? Tidak ada yang bisa menyela pembicaraan Tuan Besar," ucap Arman pelan namun menekan. Pandangan itu masih menyorot tajam, hingga kedua mata hitam itu tidak berkedip sama sekali.

Ardian masih tidak menyerah. Dia malah mengangkat wajahnya.

"Kau sudah memiliki istri yang cukup banyak. Bukankah mereka sudah memuaskanmu? Sedangkan kau, tidak mau mencari wanita itu. Kali ini, berikan dia kepadaku. Aku tidak akan pernah mengganggu apa pun yang kau kerjakan." Balasan dari Ardian yang cukup mengejutkan sang kakak sekali lagi.

Wajah Arman yang semula tegang, kini perlahan memperlihatkan senyuman. Dilanjut dengan tawaan yang cukup keras. "Hahaha. Aku tidak akan pernah membiarkan seseorang mengambil milikku. Kau tahu sendiri. Wanita itu menginginkan aku."

"Aku sangat heran. Kenapa kakakku yang sama sekali tidak pernah seperti ini, akhirnya luluh dengan seorang wanita. Makhluk yang sangat lemah. Bukankah itu sangat memalukan?"

Tawaan itu kembali lenyap. Wajah angker semakin terlihat. Arman mendekati Ardian, menarik kerah kemejanya.

"Aku akan menemukan wanita itu dan membawanya ke sini. Tanpa harus menjemputnya." Arman kini melepaskan jemarinya dengan keras. Dia mendekati meja dan meminum anggur mahal.

"Kak, berikan dia!" pinta Ardian berteriak.

"Sadarlah!” balasnya dengan suara lebih keras. “Dia tidak menginginkan kamu. Sekarang, keluar! Sebelum aku sangat marah dan menghabisimu!"

Arman menunjukkan jemarinya tepat ke pintu kamar. “Pergilah,” ucapnya sekali lagi. Kedua mata itu menunjukkan penolakan.

Ardian perlahan membalikkan tubuhnya, dan melangkah. Mendadak, dia menghentikan langkah sebelum benar-benar keluar.

"Kali ini aku tidak akan pernah melepaskannya, atau memberikan kepadamu. Aku akan merebutnya!" Kedua mata Ardian memicing dengan tajam, sebelum dia akhirnya keluar dari kamar.  Dengan amarah, Ardian terus berjalan. Dia melewati semua istri siri Arman yang mengamatinya dalam diam.

"Siapa wanita itu? Yang sudah diperebutkan oleh kedua tuan muda? Dia pasti benar-benar sangat hebat. Kenapa mereka memperebutkan seperti itu?" ucap salah satu istri siri Arman yang bernama Melia. Dia adalah istri siri pertama Arman.

"Aku sendiri tidak tahu. Hah, suamiku sendiri sudah menamparku dengan sangat keras, hingga aku tersungkur ke lantai. Pasti gara-gara wanita itu. Jika memang dia benar-benar ke sini, kita akan menghabisinya. Dia tidak boleh merebut suami kita," ucap istri siri ketiga Arman bernama Paula. Dia adalah wanita blasteran Inggris yang membuat Arman menikahinya. Kedua matanya sangat indah berwarna biru.

"Biasanya kita bersaing. Tapi, kali ini kita harus bekerja sama. Tidak ada yang boleh menjadi istri sah Arman Maulana, selain salah satu dari kita." Dengan tegas Melia mengatakan hal itu kepada Paula.

Sementara, istri siri kedua Arman hanya menatap mereka dari kejauhan.

**

Di dalam kamarnya, Arman masih saja sangat resah. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Tetapi, harga dirinya sangat tinggi. Tidak mungkin bagi dirinya, menjemput seorang wanita untuk dia miliki. Biasanya, dia hanya berdiam di dalam rumah. Beberapa pengawal membawa wanita yang diinginkannya.

"Apa yang sudah aku pikirkan? Aku tidak akan pernah membiarkan dia mempermainkan aku. Aku tidak akan pernah menjemputnya!"

Walaupun mulut Arman mengatakan hal itu, dia tetap ingin sekali menemui Zulaika. Memiliki gadis itu seutuhnya. Hatinya benar-benar gundah. Sama sekali tidak tenang. "Argh!" Arman keluar dari kamar. Dia berjalan cepat menuju ke kediaman yang dikhususkan untuk para wanita.

"Paula! Di mana dirimu? Cepat lah masuk ke dalam kamarku! Aku menginginkan dirimu!" ucapnya dengan keras. Dia kembali berbalik dan menuju kamarnya.

Dengan sangat percaya diri, Paula tersenyum. Membuat ke-9 istri siri Arman sangat iri kepadanya. Mereka semua saling berlomba untuk memikat hati Arman. Walaupun tidak ada yang berhasil di antara mereka.

Di dalam kamar Arman, Paula segera menunjukkan tubuhnya yang sangat seksi. Kulitnya mulus berwarna putih kemerahan. Kedua mata birunya yang sangat indah, membuat Arman sedikit merasakan hasratnya.

Paula mulai memuaskan Arman. Dia membasahi kepemilikan Arman dengan bibirnya. Sang Penguasa terus menikmati dengan memejamkan kedua matanya. Hingga selang beberapa menit, ia masih sangat gundah. Arman mendadak menampar Paula kembali sampai tersungkur ke lantai.

Plak!

"Ini tidak mungkin. Aku tidak mungkin seperti ini! Jantungku ... kenapa berdebar!" teriaknya sambil mengamati jam dinding yang masih setia berdetik.

"Pergilah Paula. Ada sesuatu yang harus aku lakukan."

"Suamiku. Aku bisa memuaskan dirimu di sini. Izinkan aku melakukannya sekali lagi. Jangan pernah mempermalukan aku di depan semua istrimu."

Plak, plak!

Dua tamparan melayang di pipi Paula. Seketika itu juga Paula terpaku. Melihat apa yang Arman lakukan kepadanya.

"Jangan pernah memerintahkan apa pun kepadaku. Aku tidak menyukainya. Sekarang, keluar!" teriaknya dengan sangat keras.

Paula segera berjalan keluar kamar. Sambil memegang pipi kanannya yang sangat merah dan sedikit bengkak. Dia berjalan menahan rasa malu, saat semua istri siri Arman tersenyum melihat dia diperlakukan seperti itu.

"Ini benar-benar tidak bisa aku terima. Dia sudah terpikat dengan gadis itu dan ingin menjemputnya. Aku tidak akan pernah memaafkan gadis itu saat berada di sini," ucap Paula sambil menatap Melia yang menganggukkan kepala.

"Kau benar. Kita akan membuat gadis itu sangat sengsara."

**

Arman masih berdiri tegak di depan jubah naga merah yang sangat berharga itu. Dia mengepalkan kedua tangannya. Berusaha mengatasi hatinya yang sama sekali tidak pernah dia rasakan. Hingga dia benar-benar menyerah. Dia akan menjemput Zulaika.

"Aku akan menjemputnya. Aku tidak peduli. Dia harus tetap menjadi milikku," gumamnya sembari mengambil jubah naga itu dan memakainya.

Arman keluar dari kamarnya, berjalan dengan terburu-buru menuju ke halaman untuk menaiki mobilnya.

Redrich sedikit tersenyum ketika melihatnya. Dia lega, akhirnya Arman bisa jatuh cinta.

“Ardian?” Lamunan itu teralihkan saat melihat Ardian melewatinya. Dengan sigap Redrich menarik lengan Ardian.

"Jangan! Biarkan saja kakakmu yang memilikinya. Kau ... jangan masuk ke dalam kemarahannya."

"Lepaskan aku, Ibu! Aku ... akan memiliki gadis itu!" Ardian menampis tangan Redrich dengan keras.

"Ardian! Jangan!" teriak Redrich sama sekali tidak membuat Ardian menurut. Kini Redrich hanya bisa pasrah, melihat kedua anaknya jatuh cinta dengan gadis yang sama.

**

Arman mengarahkan tangannya, membuat beberapa pengawal mendekat.

"Cepat! Kita akan memeriksa semua rumah. Mencari gadis itu!”

Hati itu kini meluap-luap. Rasanya akan terbakar. Arman bertekad akan menanggalkan harga dirinya, demi seorang wanita yang sangat membuatnya penasaran.

Mobil melesat cukup kencang sampai ke perumahan warga. Tanpa menunggu pengawal membuka pintu mobil, Arman segera keluar.

“Periksa semua rumah itu. Cepat!” teriaknya sekali lagi.

Semua pengawal berjalan cepat. Memeriksa semua rumah warga dengan mendadak. Mereka memeriksa puluhan rumah, dan masih saja tidak menemukan Zulaika.

"Di mana dia?" Arman berdiri tepat di tengah jalanan dengan hati yang cukup terkejut.

"Kenapa gadis itu tidak ada di mana pun!" teriaknya sangat keras. Semua pengawal segera berlari dan memutari tubuh Arman. Mereka segera melindunginya dari warga yang semakin mendekat.

"Tuan, gadis itu tidak ada. Sebaiknya kita mencari di tempat lain. Semua warga sudah mengamati Anda. Sebaiknya kita pergi dari sini. Ini menyangkut harga diri Anda."

"Argh! Ini benar-benar tidak bisa aku biarkan. Dia sudah mempermainkanku seperti ini. Aku benar-benar akan mencarinya. Dan ... memberikan dia pelajaran!" gumam Arman sembari mengepalkan kedua tangannya. Bahkan, kedua tangan itu bergetar. Menahan amarah yang sebenarnya tidak bisa ditahannya.

Arman kembali menuju mobil dan menutup pintu itu dengan sangat kencang. Dia masih saja menatap tajam ke depan.

“Kita akan tetap mencarinya. Pergilah ke semua desa.”

Pengawal semakin melesatkan mobil. Mereka terus berupaya untuk mencari keberadaan Zulaika. Hingga waktu sangat larut malam, Arman masih saja tidak menemukannya.

Ardian yang juga berada di semua sudut kota, sama-sama tidak menemukan. Dia tidak mengerti. Kenapa Zulaika benar-benar menghilang?

"Dia seperti hantu. Ke mana dia? Hah, dia sudah berhasil mempermainkan Maulana. Dia memang hebat," batinnya sambil tersenyum. Dia kembali menyalakan mesin mobil dan melesat pergi.

**

Di dalam mobil, Arman masih saja memendam amarah. "Dia ... wanita yang sudah membuatku seperti ini untuk pertama kalinya. Aku tidak akan pernah membiarkannya. Aku akan mencarinya, kemanapun dia bersembunyi," ucapnya dengan obsesi yang semakin meluap. Dia menghentakkan tangannya yang mengepal kuat ke depan sekali lagi.

"Argh!" teriaknya keras

Mobil itu terus melaju kencang hingga sampai di depan gerbang hitam yang sangat tinggi kerajaan Maulana.

"Dia ...."

Lampu mobil terus menyorot ke depan untuk menerangi sosok makhluk hawa yang paling cantik. Zulaika ternyata berdiri di sana dengan jubah merahnya yang sangat indah. Rambutnya terurai dan bergelombang terkena semilir angin. Menambah kecantikan Zulaika yang tidak tertandingi.

"Dia ... ternyata berada di depan rumahku?" ucap Arman dengan terkejut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Berakhirnya misi 90 hari

    Redrich sadar. Dia harus merelakan ini semua. Zulaika hanya menatap Redrich saat semakin mendekatinya."Aku memang sudah salah. Tapi kini aku sadar. Ya, paling tidak aku berterima kasih kepada Agung yang sudah membiarkan salah satu anakku hidup. Walaupun aku tidak akan pernah tahu kapan bisa menemuinya. Berhati-hatilah, dan kembalilah dengan cucuku. Karena aku akan menunggumu selama itu. Aku meminta izin untuk menjaga Agung. Apa kau akan mengabulkan permintaanku? Kami akan menikah," ucap Redrich dengan menangis. Zulaika mengganggukan kepala kemudian memeluk sang mertua."Aku percayakan semuanya kepadamu, Ibu. Tunggulah aku saatnya tiba," ucapnya kemudian melepaskan pelukannya. Dia kembali akan memasuki mobil. Hingg dia tersenyum saat melihat Melia ternyata berada di depan pintu mobil dan membukakan untuknya."Jangan lupakan aku. Pergilah, dan bawalah kembali sang penguasa yang sangat hebat. Aku akan menunggumu," ucap Melia dengan tersenyum dan membiarkan Zulaika memeluknya."Aku akan

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Kepergian Zulaika

    Zulaika mengusap air mata di wajahnya. Dia mengkerutkan alis sangat dalam. Apalagi melihat Melia tertawa kecil saat menatapnya."Apa maksud Ayah?" tanya Zulaika masih mengernyit.Agung mendekatinya dan memberikan sepucuk surat yang ditulis Ardian untuknya. Zulaika segera berdiri, menerima surat itu. Dia membuka lebar kedua matanya yang sembab, dan segera membacanya. Zulaika masih tidak percaya. Namun, hatinya merasa lega. Ternyata Ardian masih hidup."Zulaika bidadariku. Kau adalah yang terindah. Permata hatiku. Aku sangat bahagia bisa menjadi bagian dari hidupmu. Tapi aku harus pergi. Kita akan bertemu saatnya nanti. Satu hal yang aku ingin katakan, aku sangat mencintaimu. Jagalah hatimu untukku. Ardian, cintamu."Agung saat itu menemui Ardian yang selalu menjaga Zulaika saat pingsan di kamar Arman setelah tragedi makan malam.Ardian tidak hentinya menatap sendu Zulaika dan menggenggam telapak tangannya. Bahkan, tuan muda itu tak kuasa menahan air matanya. Ardian memantapkan hatinya

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Berita mengejutkan

    Lesatan peluru membuat Ardian kehilangan nyawa. Zulaika menatap tubuh Ardian dengan tegang. Wajahnya kaku. Dia menarik napas panjang sebelum menurunkan tangannya.Salah satu bos besar tersenyum. Dia bertepuk tangan, diikuti yang lainnya."Tidak aku sangka. Melihat wanita seperti dirimu. Baiklah, ternyata kau memang pantas menjadi pengganti Arman. Aku tidak yakin dia mengalami kecelakaan. Tapi," ucapnya terhenti dan berjalan mendekati Zulaika. "Aku senang jika memang ada wanita yang menghabisinya. Haha. Tidak aku sangka lelaki seperti Arman akan mati di tangan wanita sepertimu," lanjutnya kemudian menatap Ardian yang tergeletak di lantai tanpa nyawa."Yah, ditambah kau menghabisi adiknya," sela bos besar lainnya. "Kami tidak bodoh, Zulaika. Tapi ... kami senang. Akhirnya ada yang berhasil menghabisi dua penguasa kejam itu. Dan, aku tidak menyangka seorang wanita yang menghabisinya," lanjutnya kemudian kembali bertepuk tangan diikuti lainnya."Agung, selamat datang kembali. Aku lebih su

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Kekuasaan baru

    Zulaika terbangun. Dia terkejut berada di dalam kamar Arman yang kini berubah. Tanpa sadar Zulaika sudah tertidur selama 1 hari. Dia segera beranjak dari ranjang kemudian keluar dari kamar. Dia benar-benar terkejut melihat kediaman Maulana sangat berbeda. Semua perabotan, bahkan hiasan dinding yang berada di sana tidak sama dengan sebelumnya."Akhirnya kau sadar juga. Sebaiknya kau beristirahat dulu dan jangan seperti ini," ucap Melia mengejutkan Zulaika dari belakang. Dia segera menangkap tubuh Zulaika yang sangat lemah itu dan segera mengajak duduk di kursi sofa."Sudah 1 hari kau tidak sadar. Kau mengalami depresi yang sangat berat dan ternyata membuatmu seperti itu. Untung saja kau sekarang sadar. Karena aku benar-benar menunggumu," lanjut Melia kemudian memberikan minuman hangat kepada Zulaika."Bagaimana dengan Arman? Bagaimana dengan semuanya? Kejadian malam itu benar-benar sangat mengerikan dan aku sedikit tidak mengingatnya. Lalu, bagaimana dengan Ardian. Di mana Ema? Apakah

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Kematian tidak terduga

    Zulaika hanya menatap Arman. Dia semakin terkejut Arman mendadak menangis. Dia tidak mengerti kenapa Arman bersikap seperti itu."Suamiku. Apa yang kau lakukan? Kenapa kau seperti itu? Apa ada masalah? Apa yang terjadi? Katakan kepadaku." Zulaika segera beranjak dari duduknya dan mendekati Arman."Kenapa wajahmu?" Zulaika terkejut. Arman mendadak pucat sekali."Kepalaku." Arman sendiri tidak mengerti kenapa dirinya seperti itu. Dia melotot melihat Zulaika yang masih saja segar bugar. Padahal dirinya sudah memberikan racun di semua makanan itu. Bahkan minuman yang berwarna biru itu adalah racun yang sangat mematikan dan bisa membuat Zulaika binasa dalam sekejap. Arman sangat membenci Zulaika. Makan malam romantis yang semula akan dia sajikan dengan indah, Arman urungkan. Dia memutuskan untuk menghabisi Zulaika dan Ardian. Hati Arman diselimuti kebencian. Arman memerintahkan pelayan wanita menaburkan racun mematikan di semua makanan Zulaika, kecuali minuman anggur kesukaannya. Arman m

  • Istri Penguasa Untuk 90 Hari   Makan malam kejutan

    Zulaika berusaha mengatasi dirinya. Dia tidak akan pernah memperlihatkan kecemasan sama sekali. Perasaannya benar-benar tidak tenang. Bahkan dia tidak melihat Melia dan Ema di sana. Namun Zulaika terus tersenyum dan mengikuti apa pun yang Arman lakukan untuknya.Arman membawanya menuju ke halaman belakang. Sebuah meja sudah tertata sangat indah di sana. Sarapan sudah disiapkan. Arman memberikan satu mawar putih kepada Zulaika yang masih saja berusaha memperlihatkan senyumannya. Dengan perlahan Zulaika menerima mawar itu dan duduk tepat di sebelah sang suami."Ini adalah makanan yang sangat aku sukai dan aku ingin kau memakannya." Arman memotong sedikit roti yang sudah diberi selai strawberry. Dia menyuapkan ke Zulaika dengan tersenyum. Kemudian mengambil satu gelas jus jeruk dan meminumkan ke bibir Zulaika."Kau pasti sangat lelah sekali. Terlihat dari wajahmu. Apa yang kau lakukan di sana? Kau sangat berkeringat," ucap Arman kemudian mengambil satu lembar tisu dan mengusap keringat y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status