Share

Bab 4 Mendadak Viral

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2024-05-02 15:28:40

Selama perjalanan pulang, Hana memberi peringatan kepada Rendi agar tidak memberitahukan perihal dirinya yang pergi ke dokter lain.

"Ren, kamu harus laporkan apa saja yang dilihat atau didengar selama menjadi sopir Kalila. Bila perlu, rekam semua itu."

"Baik, Nyonya."

Sang wanita melihat jalanan dari kaca mobil. Mengingat pembicaraan Kalila dan Aji tempo hari, membuat Hana benar-benar murka.

Namun, sampai detik ini dia belum bisa mengungkapkan kebusukan mereka. 

Setelah sampai rumah, Hana melihat Kalila sudah pulang. Adiknya itu tampak bingung bercampur kaget saat melihat Hana pulang bersama Rendi.

Pasalnya, wanita itu tak tahu jika sang Kakak keluar. Saat dia pulang kuliah, tak mendapati Hana. Kala bertanya pada Bi Asih, wanita yang hampir sepuh itu malah mengatakan tidak tahu.

Memang sebelumnya Rendi mengantarkan Kalila kuliah, setelah itu barulah menjemput Hana untuk pergi ke rumah sakit.

"Ya Tuhan, Kak. Kakak dari mana saja? Aku nyariin, loh," ujar Kalila, menghampiri Hana yang baru saja duduk di kursi roda.

Dalam hati Hana merutuk, melihat gelagat adiknya yang pandai berakting.

"Iya, aku tadi keluar sebentar."

"Ke mana?" Kalila menyelidik, sembari menyipitkan mata.

Hana diam sejenak, menelisik raut wajah adiknya yang tampak penasaran. Di saat seperti ini, Hana merasa puas. Meskipun hanya mambuat Kalila penasaran dan uring-uringan. Pasti wanita itu sudah berpikiran macam-macam.

"Kakak ke mana? Kok gak jawab?"

Benar saja. Kalila menunggu alasan yang diberikan oleh Hana.

Hana berusaha tersenyum sebaik mungkin. Ya, senyuman yang biasa diberikan pada Kalila.

"Aku hanya jalan-jalan sekitaran komplek saja. Bosan kalau tiap hari di rumah," ungkap Hana.

Kalila terlihat tersenyum lega. "Oh, oku kira ke mana. Lagian, kenapa Kakak enggak bilang sama aku? Biasanya juga bilang dulu."

Kalila pasti merasa aneh dengan gelagat kakaknya. Bagaimana tidak? Selama Kalila tinggal di rumah ini dan Hana jatuh sakit, tak pernah sekalipun Hana keluar rumah untuk jalan-jalan.

"Ya, masa cuma jalan-jalan disekitar sini harus bilang? Lagian, kamu kan kuliah. Aku takut ganggu. Aku juga gak lama, makanya pakai mobil," ungkap Hana.

Wanita itu pun memilih untuk masuk ke rumah. Membiarkan Kalila bergelut dengan pemikirannya sendiri.

***

"Mas, aku gak mau pakai sopir!" seru Kalila dengan nada merajuk.

Aji yang tengah duduk di kursi kerjanya pun berdiri menghampiri wanita itu. Mengusap pelan pipi Kalila.

"Ya, kamu harus mau, Kal."

"Ih, kok gitu, sih? Kalau aku sama si Rendi terus, kapan kita berduaannya?!" protes Kalila.

Aji pusing jika menghadapi Kalila yang seperti ini. Pembicaraan mereka sedang disadap dan diawasi oleh Hana dari kamarnya.

Setelah makan malam. Hana pamitan untuk istirahat. Tidak lupa Kalila memberikan obat untuk sang Kakak. Tetapi, seperti biasa Hana akan membuangnya setelah Kalila pergi.

"Dengar, kalau kamu menolak, Hana akan curiga. Lagian, dia kan cuma nganterin kamu kuliah dan pulang. Kalau misal mau berduaan, kita bisa keluar malam, waktu Hana sudah tidur."

Wajah Kalila terkejut, tapi tak lama kemudian seringainya terlihat juga. "Kamu benar, Mas. Kenapa aku gak kepikiran ke sana, ya?"

Aji terkekeh sembari mengusap surai hitam milik Kalila. Hana yang mendengar itu hanya bisa mengigit bibir bawahnya sembari menahan air mata.

"Kurang ajar, kalian! Benar-benar binatang!" rutuk Hana, pelan tapi penuh penekanan.

Tidak sampai di situ saja. Hana harus menelan duri kesakitan kala melihat Aji dan Kalila melakukan hal tak senonoh di ruang kerja itu.

Kali ini, air mata Hana benar-benar luruh. Hatinya bukan hanya hancur, tapi juga hangus terbakar.

"Iblis!"

***

Beberapa minggu kemudian, sebuah video tak senonoh tersebar di internet. Sebuah akun anonim yang menyebarkan itu.

Kalila dan Aji sangat kaget saat mengetahui kalau pemeran dalam video itu adalah mereka.

Orang-orang yang mengenal keduanya pun mulai mencemooh, bahkan ada yang memaki.

Kalila yang begitu terkenal di kampus pun mulai mendapat imbas dari masalah ini. Hingga akhirnya dia pun menemui Aji di kantornya untuk memecahkan masalah ini.

Saat Kalila masuk ke kantor Aji, pegawai di sana banyak yang menatap benci dan jijik. Bahkan ada yang berani menyindir wanita itu.

"Gila, ya! Ada adik yang kaya gitu. Selingkuh sama iparnya sendiri. Benar-benar wanita jalang!"

"Iya, benar! Bukannya berterima kasih, malah menusuk dari belakang. Murahan!"

Banyak lagi selentingan-selentingan yang membuat telinga Hana panas. Inginnya Kalila melawan mereka. Tetapi, mengingat ini kantor Aji, dia pun tak berani dan memilih untuk membiarkan saja.

***

"Apa yang kamu lakukan di sini?!" tanya Aji, tampak marah.

Kalila kaget mendengarnya. "Loh, kok kamu marah sih, Mas?! Aku ke sini itu buat nyelesaikan masalah kita!" seru Kalila, ikut kesal.

Aji mendengkus kesal. Dia mengguyar kepalanya, wajahnya juga terlihat stres.

"Hancur, Kal! Semua akan hancur karena video sialan itu! Lagian, video itu siapa yang merekam?!" tanya Aji, gusar.

Kalila duduk. Dia juga terlihat tak tenang. Padahal, rencananya dia akan ikut seleksi model bulan depan. Tetapi, malah ada skandal seperti ini.

"Ya, mana aku tahu, Mas! Kamu pikir aku segila itu, merekam adegan kita? Enggak, lah!"

Mereka saling diam. Seperti sedang berpikir keras, siapa yang sudah melakukan ini semua.

"Yang pasti orang dalam, Kal. Mana mungkin ada orang yang merekam aksi kita, di tempat privasiku pula," terang Aji, memberikan hipotesis.

Kalila menganggukkan kepala. "Kamu benar, Mas! Pasti ada orang dalam yang sengaja mau menghancurkan kita!"

Aji semakin gusar. Dia menebak siapa saja yang sudah berani merekam aksinya dengan Kalila, sampai satu nama pun terlintas di benak Aji.

"Ini pasti ulah si sopir itu!"

"Maksudmu, Rendi?"

"Iyalah, siapa lagi? Orang baru yang datang dan buat semua mulai berubah itu ya si Rendi."

Kalila tak langsung menanggapi, melainkan berpikir sejenak. "Tapi, Mas. Buat apa Rendi melakukan itu? Apa untungnya?"

Aji berdecak keras. "Ya ada untungnya. Dia bisa menjual video kita lewat web, itu kan bisa menghasilkan uang."

Wanita itu terperangah kaget. "Kalau gitu, aku gak mau, Mas! Aku itu mau jadi model. Aku juga mahasiswi terkenal di kampus. Gara-gara video ini, karirku bisa hancur."

"Aku tahu! Kamu pikir, karirku juga tidak hancur? Sama saja. Coba kamu lihat pandangan para karyawan. Mereka itu sudah melihat videonya."

Kalila menggeram kesal. "Kayanya kamu benar, Mas. Ini pasti ulah si Rendi. Pantes saja ada yang aneh, tiba-tiba mau jadi sopir. Tahunya, ada maksud tertentu!"

"Kita gak bisa diam saja. Sebaiknya, kita langsung kasih pelajaran sama si Rendi itu!" seru Aji, mulai tersulut emosi.

"Iya, Mas. Aku setuju!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 64 Berburu Waktu

    "Kok, kamu ngomong seperti itu sama suami sendiri? Kamu mencurigaiku?" tanya Aji, tiba-tiba saja malah benar-benar berbeda jauh dari sebelumnya. Saat Hana mengatakan tentang gaji dan keuangan, ini membuat Hana takut kalau Aji itu sebenarnya psikopat yang sedang menyamar jadi suaminya. Namun, sudah bertahun-tahun lamanya sampai Nara cukup besar, Aji baru memperlihatkan semua itu. "Em, mungkin perasaanku saja. Kamu akhir-akhir ini tidak seperti biasanyam kamu jauh berbeda dengan Mas Aji yang dulu, saat aku sakit. Apakah ini karena aku sembuh, jadi kamu berubah sikap?" tanya Hana dengan berani lagi. Dia tidak peduli apa yang akan terjadi hari ini, yang pasti wanita itu harus tahu sifat asli Aji seperti apa jika dirinya terus menekan emosi sang pria."Tidak seperti itu, Hana. Aku hanya kaget saja karena kamu tiba-tiba bilang kalau kamu tidak membutuhkanku. Bukankah itu adalah hal yang sangat sensitif jika didengar oleh seorang suami? Suami itu kan tugasnya mencari nafkah. Kamu seolah

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 63 Keluarnya Sifat Asli Aji

    Setelah menelepon Kalila, wanita itu pun bergegas untuk ke kamar. Dia tidak boleh membuat Aji curiga karena keberadaannya yang tiba-tiba saja menghilang di sekitaran rumah. Saat sampai sana, ternyata Aji sudah memakai piyama tidur."Kamu ke mana aja, Hana?dari tadi aku cariin," ucap Aji yang membuat Hana terdiam sebentar. Dalam hati merutuk dan ingun sekali membuat pria itu tak berdaya, tetapi bukan saatnya. Besok dia akan ungkap semuanya. "Iya, tadi aku lagi ke kamar Nara tapi ternyata anak itu nggak ada. Jadi aku cari di tempat Bi Asih. Dia ada di sana.""Oh, kukira kamu ke mana. Oh ya, besok aku akan berangkat pagi-pagi sekali untuk mencari pekerjaan. Kamu doakan aku agar bisa dapat pekerjaan baru dan kamu bisa melanjutkan pengobatan," ujar Aji sembari duduk di kasur. Hana masih berdiri di ambang pintu, lalu menutup pintu itu secara perlahan. Entah bagaimana membuat pria ini sadar kalau dirinya itu sudah tidak berarti lagi di rumah ini. Entah itu materi atau sosok suami dan Aya

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 62 Bergerak Cepat

    "Pokoknya aku tidak mau tahu, cepat lakukan itu sebelum waktunya habis. Bisa-bisa aku sial sendiri, karena Kalila lebih dulu melaporkan semuanya pada Hana. Aku yakin, wanita itu menyimpan bukti-bukti tentangku. Pokoknya itu semua harus segera diatasi. Ini bukan hal yang bisa dimainkan lagi."Hana tidak bisa diam saja. Dia akan langsung bergerak cepat untuk menghubungi Kalila dan memindahkan adiknya ke tempat aman. Kalau satu rumah di sini takutnya akan terjadi sesuatu yang buruk kepada adiknya. Setidaknya sampai Aji benar-benar dihukum dia harus memastikan Kalila selamat tanpa ada luka sedikit pun.Terdengar suara langkah Aji yang mendekat, membuat Hana harus segera kembali meninggalkan tempat persembunyiannya. Dia memutar tubuhnya dan bersembunyi di balik patung yang ada di sana. Tentulah Aji tidak melihat keberadaannya. Wanita itu sampai menahan napas kala Aji berjalan melewatinya. Setelah sang suami benar-benar hilang di balik pandangan, wanita itu pun bisa menghela napas lega. D

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 61 Cara Licik Aji

    Hana berusaha sebaik mungkin untuk tidak mengeluarkan suara. Dia tidak mau suaminya tahu keberadaan dirinya yang dari tadi sedang menguping. Pekatnya malam di taman belakang dan hanya diterangi oleh lampu-lampu kecil membuat Hana tidak bisa melihat dengan jelas di mana keberadaan suaminya. Wanita itu hanya melihat siluet Aji yang benar-benar di depan patung, saat ini dijadikan tempat sembunyi Hana. Dia akan berusaha mendengar sebaik mungkin apa yang sedang dilakukan Aji di telepon.Bagaimanapun wanita itu tidak mungkin membiarkan Aji menghilangkan nyawa Kalila. Meskipun wanita itu adalah orang yang sudah merusak rumah tangganya, tetapi Kalila tetaplah adiknya. Dia cukup memberikan hukuman yang setimpal untuk Kalila, tidak untuk dihilangkan lawannya. "Pokoknya aku tidak mau tahu, cari di mana Kalila berada. Jangan sampai dia memberikan bukti-bukti kepada Hana. Aku tidak mau kehilangan harta berhargaku." Hana masih terdiam dan Aji juga diam beberapa saat. Sepertinya tengah mendengark

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 60 Bertengkar dengan Siapa?

    Setelah makan malam usai, Aji memilih untuk membersihkan diri. Sementara Hana di kamar sedang berusaha untuk memantau Kalila dari kamera CCTV yang dipasang di kamar adiknya. Tampak Kalila sedang makan dengan tenang, benar-benar sesuai yang diinginkan oleh Hana. Dia sekarang dalam kebingungan. Apa yang harus dilakukan kepada adiknya? Sementara wanita itu masih memerlukan keterangan Kalila, dan juga bukti-bukti yang dipunya oleh adiknya. Saat sedang seperti ini, tiba-tiba Nara masuk. Kebetulan saat makan malam Nara disuapi oleh Bi Asih, ini dikarenakan takut ada pembicaraan orang dewasa yang mungkin akan memancing Nara berbicara jujur tentang apa pun yang seharusnya tidak diucapkan. Namanya juga anak-anak, bisa saja jujur. Jadi dia tidak boleh membuat Aji bertemu dengan Nara, takut gadis kecil itu mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya. "Ibu-ibu, Ibu lagi ngapain? Kok aku nggak lihat Tante Kalila, ya?" tanya anak kecil itu sembari duduk di hadapan Hana. Sang wanita langsung hentik

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 59 Aset atau Uang

    "Baiklah, aku mengerti kalau masalah itu. Tetapi apakah uangmu memang sangat banyak sampai kamu berani mengatakan hal seperti itu?" Pertanyaan Aji membuat Hana terdiam. Harusnya wanita itu tidak boleh mengatakan hal demikian, yang ada Aji pasti akan mengorek semua informasi tentang keuangannya. Lebih menyakitkan lagi kalau sampai Aji juga mengambil apa yang harusnya menjadi milik Hana. "Ya, palingan aku akan menjual beberapa emas yang kamu beli." "Emas?" Wajah Aji terlihat sekali sinis, di sorot matanya membuat Hana yakin kalau pria itu memang tidak akan pernah ikhlas kalau dirinya bahagia. Entah apa yang sudah dilakukannya di masa lalu sampai mendapatkan jodoh seperti Aji. Dia bahkan tidak melihat sisi buruk dari suaminya selama bertahun-tahun menikah dengan sang pria. Namun, setelah semuanya terbongkar wanita itu sadar sudah menikahi seorang penjahat yang sangat menakutkan dan juga harus diwaspadai. "Kalau itu sama saja dengan bohong, berarti kamu tidak punya uang lain, kan?

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status