Share

Bab 3 Obat Palsu

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2024-05-02 15:27:03

"Sebaiknya kita ke ruang kerja dulu. Jangan bahas itu di  sini," ujar Aji, sembari melihat ke sekitar. Takut jika ada yang mendengar.

 

Di sisi lain, Hana tersenyum puas. Saat ini dia sedang di kamar sembari berbaring. Dia menatap ponsel yang memperlihatkan video dari CCTV di ruang kerja Aji.

Tampak sekali kalau kedua orang itu terlihat bingung. Ada CCTV dari berbagai sudut, dan Hana bisa melihat gerak-gerik mereka dari arah mana saja.

"Mas, kenapa Kak Hana ngambil keputusan begitu? Gak ngomong sama aku atau kamu dulu." 

Suara Kalila terdengar jelas. Tidak sia-sia dia juga menyimpan penyadap suara di tempat itu. Hana benar-benar totalitas dan sungguh-sungguh untuk mengungkap kebusukan dua orang itu.

Wajah Aji tampak gusar. Hana bisa melihat itu dengan jelas, dari gelagatnya yang uring-uringan.

"Entahlah, aku juga tidak tahu harus bagaimana. Tapi, kalau kita menolak keputusan Hana, dia pasti akan curiga. Kamu mau hubungan kita terbongkar?" papar Aji.

Wajah Hana langsung menegang. Ternyata apa yang dikatakan Bi Asih benar juga. Keduanya memang sudah menjalin hubungan terlarang di belakangnya.

Mereka tidak bersuara, tetapi keduanya semakin uring-uringan. Sampai seuntai kalimat berhasil membuat Hana dikagetkan dengan fakta baru lagi.

"Bagaimana dengan obat yang kamu berikan pada Hana? Apakah ada kemajuan?"

"Ya, kamu lihat sendiri kan, Mas. Kak Hana gak sembuh-sembuh dan semakin parah. Kita tinggal menunggu tubuhnya benar-benar lemah. Setelah itu, barulah kamu bisa meninggalkannya."

Hana langsung membekap mulutnya sendiri mendengar pernyataan itu. Dia yakin, obat yang dimaksud Kalila adalah obat yang sering diberikan padanya.

Hati Hana kembali hancur. Rasanya dia ditusuk ribuan pedang dari belakang, oleh orang-orang yang begitu disayangi dan dipercaya.

"Lagian, kenapa dari awal kamu gak racuni dia saja sih, Mas? Kan beres, gak perlu sembunyi-sembunyi kaya gini," tambah Kalila, gadis itu melipat tangan di depan dada.

Hana masih membungkam mulutnya sendiri. Ternyata, selama ini sakitnya itu disengaja oleh kedua orang itu. Ini terlampau menyakitkan untuknya. 

Dia seperti orang bodoh yang ditipu oleh keluarganya sendiri. Wanita itu berusaha mengontrol emosi. Jangan sampai dia mengacaukan rencana yang sudah diperbuatnya.

"Ya, tidak bisa seperti itu. Kalau aku kasih racun, cepat atau lambat kita pasti akan ketahuan. Mau dipenjara? Sekarang, sabar saja. Kamu kasih saja obat dengan dosis yang lebih tinggi, dengan begitu kesehatan Hana akan semakin menurun."

"Baiklah, Mas. Aku paham."

Dua sejoli itu lalu keluar dari ruang kerja Aji. Hana pun mengakhiri aksinya. Dia harus menyimpan bukti ini dengan sangat baik.

Hana merasa sangat tertipu. Pantas saja selama ini Kalila yang selalu menyimpan obat-obatannya. Bahkan, Kalila sendiri yang memberikan itu pada Hana.

Hana mengingat-ingat sesuatu. Pernah satu hari Bi Asih mengambil obat Hana, tapi Kalila memarahi Bi Asih habis-habisan. Alasannya, takut jika Bi Asih melakukan kesalahan waktu memberi obat padanya. Tetapi, ternyata semua memang sudah diatur oleh mereka.

Hana menangis. Dia tidak boleh diam saja. Kalau terus meminum obat itu, dijamin hidupnya tak akan lama lagi. Kalila dan Aji pasti akan merasa senang jika Hana tiada.

Wanita itu berpikir sejenak. Lalu, dia menelepon Rendi. Menyuruh pria itu untuk mengecek sesuatu. Hana akan mengambil sampel obat yang diberikan Kalila dan mengeceknya ke labolaturium. Ini juga bisa dijadikan bukti kejahatan mereka.

***

Selama beberapa hari, Hana diam-diam tidak meminum obatnya. Memang sulit karena harus menahan kesakitan, tapi dia berhasil mengelabuhi Kalila dengan berpura-pura minum obat yang diberikan oleh adiknya. Menyimpan obat itu di bawah lidah.

Setelah Kalila pergi, Hana langsung membuangnya. Hingga sekarang dia ada di RS yang lain untuk periksa kesehatannya.

Awalnya Hana merasa lemah, tapi setelah beberapa hari berlalu tidak meminum obat dari Kalila, tubuhnya lebih segar dari biasanya, membuatnya makin yakin obat itu memang racun untuknya.

"Loh, Hana?"

Hana kaget saat seorang dokter menyapanya. Padahal, dia baru saja masuk ke ruangan periksa, tapi tiba-tiba di sapa oleh orang tak dikenal.

"Siapa, ya?" tanya Hana, menatap pria berkacamata yang ditutupi masker.

Dokter itu duduk di kursi kebesaran, lalu membuka maskernya. Hana mengernyit bingung, sebab tidak mengenalinya.

"Kamu tidak kenal aku?" tanya dokter itu.

Hana merasa familiar dengan suara itu, tapi dia lupa dengan wajah di depannya.

Sang dokter terkekeh. "Kalau begitu, kamu masih ingat dengan nama ini?" tanya dokter itu, sembari menunjuk name tag di jubah putihnya.

"Bara Ramadhika, Sp.P."

Hana bergumam. Dia mengingat-ingat nama itu. Tak lama kemudian, matanya membulat kala mengingat seseorang.

"Ya ampun, kamu Bara? Teman sekelasku waktu SMA?" tanya Hana, heboh.

Dokter bernama Bara itu tersenyum dan menganggukkan kepala. Senang, karena akhirnya dikenali oleh Hana.

"Ya Tuhan, kamu sudah jadi  dokter? Hebat sekali!"

Obrolan Hana dan Bara mengalir begitu saja. Wanita itu lupa, kalau dirinya mau berobat ke sana.

Kebetulan, hari ini Hana diantar Rendi ke rumah sakit lain untuk periksa kesehatan, tanpa Kalila. 

Ini karena percakapan Kalila dan Aji kemarin tentang obat palsu, Hana ingin sembuh dan mencari tahu obat apa yang selama ini diberikan Kalila kepadanya.

Sementara Rendi ke labolatorium yang ada di rumah sakit itu, Hana pergi ke dokter spesialis paru. Ternyata, dokter itu adalah Bara.

"Kamu bisa jadi dokter paru? Bukankah dulu kamu mau jadi dokter jantung?"

Senyuman Bara memudar. Ada raut wajah sedih. "Aku ingin menyembuhkan ibuku. Tapi, beliau sudah wafat sebelum aku menyelesaikan pendidikan."

Hana terdiam. Dia tidak menyangka ada kisah pilu dari perjuangan Bara.

"Aku turut berduka cita. Tapi, ibumu pasti akan senang kalau tahu anaknya sudah sukses seperti ini."

Bara tersenyum kecil. Pembicaraan mereka pun berlanjut pada diagnosa Hana. Semua berjalan lancar. Pelayanan Bara pun memuaskan.

"Kamu sudah 3 bulan, tapi masih tetap sakit dan semakin parah?"

"Begitulah, aku juga tidak paham."

"Boleh aku lihat obatnya?"

Kalila terkesiap saat Bara menanyakan itu. Sebab sampel obatnya sudah dibawa Rendi

"Obatnya dibawa ke labolatorium sama asistenku."

Bara menganggukkan kepala. "Kalau begitu, kita tinggal tunggu hasil labolatoriumnya. Untuk sekarang, aku kasih resep baru, ya?"

Hana tersenyum sembari menganggukkan kepala. Bersemangat. 

Bara menyodorkan selembar kertas berisi resep. Dokter itu juga memberikan petuah agar Hana membiasakan hidup sehat.

"Aku sudah melakukan itu semua, Dok. Tapi, tampaknya ada yang sengaja membuatku sakit," cetus Hana.

"Hah? Apa maksudmu?"

Hana terkesiap. Tampaknya dia tidak sadar sudah mengucapkan hal yang sensitif.

"Oh, tidak-tidak. Terima kasih resepnya," ujar Hana, sembari membawa resep itu, hendak keluar.

Namun, Bara merasa ada yang janggal dari gelagat Hana. Pria itu pun menghentikan Hana.

"Tunggu, Hana. Ambillah," ucap Bara, menyodorkan kartu namanya.

Hana mendongak, menatap kartu nama itu dan Bara secara bergantian. Tetapi, sang wanita tak langsung menerimanya.

"Ambillah untuk jaga-jaga. Mulai sekarang, kamu kan pasienku. Jika terjadi sesuatu, hubungi aku."

Sebenarnya Hana sungkan melakukan itu. Dia tidak mau melibatkan siapa pun dalam masalah ini, makanya dia mencari tahu sendiri tengang obat palsu itu.

Namun, Hana tidak mungkin menolak kebaikan Bara. Apalagi alasannya karena dia pasien Bara.

Wanita itu tersenyum sembari mengambil kartu nama Bara.

"Terima kasih."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 64 Berburu Waktu

    "Kok, kamu ngomong seperti itu sama suami sendiri? Kamu mencurigaiku?" tanya Aji, tiba-tiba saja malah benar-benar berbeda jauh dari sebelumnya. Saat Hana mengatakan tentang gaji dan keuangan, ini membuat Hana takut kalau Aji itu sebenarnya psikopat yang sedang menyamar jadi suaminya. Namun, sudah bertahun-tahun lamanya sampai Nara cukup besar, Aji baru memperlihatkan semua itu. "Em, mungkin perasaanku saja. Kamu akhir-akhir ini tidak seperti biasanyam kamu jauh berbeda dengan Mas Aji yang dulu, saat aku sakit. Apakah ini karena aku sembuh, jadi kamu berubah sikap?" tanya Hana dengan berani lagi. Dia tidak peduli apa yang akan terjadi hari ini, yang pasti wanita itu harus tahu sifat asli Aji seperti apa jika dirinya terus menekan emosi sang pria."Tidak seperti itu, Hana. Aku hanya kaget saja karena kamu tiba-tiba bilang kalau kamu tidak membutuhkanku. Bukankah itu adalah hal yang sangat sensitif jika didengar oleh seorang suami? Suami itu kan tugasnya mencari nafkah. Kamu seolah

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 63 Keluarnya Sifat Asli Aji

    Setelah menelepon Kalila, wanita itu pun bergegas untuk ke kamar. Dia tidak boleh membuat Aji curiga karena keberadaannya yang tiba-tiba saja menghilang di sekitaran rumah. Saat sampai sana, ternyata Aji sudah memakai piyama tidur."Kamu ke mana aja, Hana?dari tadi aku cariin," ucap Aji yang membuat Hana terdiam sebentar. Dalam hati merutuk dan ingun sekali membuat pria itu tak berdaya, tetapi bukan saatnya. Besok dia akan ungkap semuanya. "Iya, tadi aku lagi ke kamar Nara tapi ternyata anak itu nggak ada. Jadi aku cari di tempat Bi Asih. Dia ada di sana.""Oh, kukira kamu ke mana. Oh ya, besok aku akan berangkat pagi-pagi sekali untuk mencari pekerjaan. Kamu doakan aku agar bisa dapat pekerjaan baru dan kamu bisa melanjutkan pengobatan," ujar Aji sembari duduk di kasur. Hana masih berdiri di ambang pintu, lalu menutup pintu itu secara perlahan. Entah bagaimana membuat pria ini sadar kalau dirinya itu sudah tidak berarti lagi di rumah ini. Entah itu materi atau sosok suami dan Aya

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 62 Bergerak Cepat

    "Pokoknya aku tidak mau tahu, cepat lakukan itu sebelum waktunya habis. Bisa-bisa aku sial sendiri, karena Kalila lebih dulu melaporkan semuanya pada Hana. Aku yakin, wanita itu menyimpan bukti-bukti tentangku. Pokoknya itu semua harus segera diatasi. Ini bukan hal yang bisa dimainkan lagi."Hana tidak bisa diam saja. Dia akan langsung bergerak cepat untuk menghubungi Kalila dan memindahkan adiknya ke tempat aman. Kalau satu rumah di sini takutnya akan terjadi sesuatu yang buruk kepada adiknya. Setidaknya sampai Aji benar-benar dihukum dia harus memastikan Kalila selamat tanpa ada luka sedikit pun.Terdengar suara langkah Aji yang mendekat, membuat Hana harus segera kembali meninggalkan tempat persembunyiannya. Dia memutar tubuhnya dan bersembunyi di balik patung yang ada di sana. Tentulah Aji tidak melihat keberadaannya. Wanita itu sampai menahan napas kala Aji berjalan melewatinya. Setelah sang suami benar-benar hilang di balik pandangan, wanita itu pun bisa menghela napas lega. D

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 61 Cara Licik Aji

    Hana berusaha sebaik mungkin untuk tidak mengeluarkan suara. Dia tidak mau suaminya tahu keberadaan dirinya yang dari tadi sedang menguping. Pekatnya malam di taman belakang dan hanya diterangi oleh lampu-lampu kecil membuat Hana tidak bisa melihat dengan jelas di mana keberadaan suaminya. Wanita itu hanya melihat siluet Aji yang benar-benar di depan patung, saat ini dijadikan tempat sembunyi Hana. Dia akan berusaha mendengar sebaik mungkin apa yang sedang dilakukan Aji di telepon.Bagaimanapun wanita itu tidak mungkin membiarkan Aji menghilangkan nyawa Kalila. Meskipun wanita itu adalah orang yang sudah merusak rumah tangganya, tetapi Kalila tetaplah adiknya. Dia cukup memberikan hukuman yang setimpal untuk Kalila, tidak untuk dihilangkan lawannya. "Pokoknya aku tidak mau tahu, cari di mana Kalila berada. Jangan sampai dia memberikan bukti-bukti kepada Hana. Aku tidak mau kehilangan harta berhargaku." Hana masih terdiam dan Aji juga diam beberapa saat. Sepertinya tengah mendengark

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 60 Bertengkar dengan Siapa?

    Setelah makan malam usai, Aji memilih untuk membersihkan diri. Sementara Hana di kamar sedang berusaha untuk memantau Kalila dari kamera CCTV yang dipasang di kamar adiknya. Tampak Kalila sedang makan dengan tenang, benar-benar sesuai yang diinginkan oleh Hana. Dia sekarang dalam kebingungan. Apa yang harus dilakukan kepada adiknya? Sementara wanita itu masih memerlukan keterangan Kalila, dan juga bukti-bukti yang dipunya oleh adiknya. Saat sedang seperti ini, tiba-tiba Nara masuk. Kebetulan saat makan malam Nara disuapi oleh Bi Asih, ini dikarenakan takut ada pembicaraan orang dewasa yang mungkin akan memancing Nara berbicara jujur tentang apa pun yang seharusnya tidak diucapkan. Namanya juga anak-anak, bisa saja jujur. Jadi dia tidak boleh membuat Aji bertemu dengan Nara, takut gadis kecil itu mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya. "Ibu-ibu, Ibu lagi ngapain? Kok aku nggak lihat Tante Kalila, ya?" tanya anak kecil itu sembari duduk di hadapan Hana. Sang wanita langsung hentik

  • Istri Penyakitan Melakukan Pembalasan   Bab 59 Aset atau Uang

    "Baiklah, aku mengerti kalau masalah itu. Tetapi apakah uangmu memang sangat banyak sampai kamu berani mengatakan hal seperti itu?" Pertanyaan Aji membuat Hana terdiam. Harusnya wanita itu tidak boleh mengatakan hal demikian, yang ada Aji pasti akan mengorek semua informasi tentang keuangannya. Lebih menyakitkan lagi kalau sampai Aji juga mengambil apa yang harusnya menjadi milik Hana. "Ya, palingan aku akan menjual beberapa emas yang kamu beli." "Emas?" Wajah Aji terlihat sekali sinis, di sorot matanya membuat Hana yakin kalau pria itu memang tidak akan pernah ikhlas kalau dirinya bahagia. Entah apa yang sudah dilakukannya di masa lalu sampai mendapatkan jodoh seperti Aji. Dia bahkan tidak melihat sisi buruk dari suaminya selama bertahun-tahun menikah dengan sang pria. Namun, setelah semuanya terbongkar wanita itu sadar sudah menikahi seorang penjahat yang sangat menakutkan dan juga harus diwaspadai. "Kalau itu sama saja dengan bohong, berarti kamu tidak punya uang lain, kan?

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status