Share

Bab 8. Ingkar Janji

Auteur: Faiz bellzz
last update Dernière mise à jour: 2023-02-02 14:42:25

Tiba di kantor, semua orang yang berada di loby langsung tertuju pada Bara dan Indah. Jelas hal itu karena gosip tentang Indah yang berkirim pesan dengan Bara sudah menyebar luas. Ditambah dengan sekarang, mereka berangkat ke kantor bersama. Jelas perbincangan itu semakin senter terdengar.

"Kata Papa jangan dengarkan mereka yang sedang membicarakan kita," bisik Bara ketika mereka sedang berdiri di depan lift.

Indah hanya mampu menunduk. Tidak mengindahkan ucapan Bara barusan. 

"Kenapa diam?" 

Dengan pelan Indah menggeleng. Bara mendesah pelan, lalu tiba-tiba ia menarik dagu Indah agar kepalanya tegak.

"Jangan menunduk terus, nanti leher kamu sakit."

Jelas tindakan Bara di depan umum membuat kasak-kusuk semakin menjadi. Mereka tidak mengira jika Bara bisa melakukannya secara terang-terangan. Tidak jauh berbeda dengan perasaan Indah sekarang.

"P-pak, mohon maaf. Jangan seperti ini," pinta Indah sambil menepis tangan Bara dari dagunya.

"Kenapa?" 

Belum sempat menjawab, pintu lift terbuka. Segera Indah melangkah masuk untuk menghindari pertanyaan. Namun, bukan Bara namanya jika menyerah. Setelah berhasil menyusul Indah, Bara mendesaknya untuk menjawab pertanyaan.

"Kenapa aku tidak bisa melakukannya? Bukankah kita akan menikah?"

Indah memijat pelipisnya. Bara terlalu terang-terangan, padahal di dalam lift bukan hanya ada mereka. Jelas orang-orang yang ada di dalam lift terkejut dengan ucapan Bara barusan.

"Penyelamat hidup," tegur Bara yang tidak Indah dengarkan.

Pintu lift terbuka, orang-orang mulai keluar dari sana. Sehingga yang tersisa hanya ada Indah dan Bara.

"Pak, bisakah Anda tidak berbicara sembarangan?" Setelah hanya ada mereka berdua, Indah mulai menyerukan kekesalannya.

"Kenapa? Kita memang akan menikah." 

"Saya belum memutuskan, Pak."

"Kamu lupa sama apa yang tadi aku bilang?"

"Sudahlah, lebih baik jangan membahas hal seperti itu di kantor, Pak." Indah menghela napas panjang.

Lelah juga berhadapan dengan Bara. Rasanya Indah ingin sekali berteriak kalau dirinya tidak tahan. Andai tidak membutuhkan pekerjaan, mungkin Indah sudah melarikan diri dari bosnya yang menyebalkan!

Pintu terbuka, tanpa menunggu lama Indah langsung keluar.

"Penyelamat hidupku! Kenapa meninggalkanku?" seru Bara seraya mengikuti Indah.

"Ini enggak benar," cetus Bara ketika ia merasa tidak dianggap oleh Indah. 

Indah sontak langsung diam. Ia menoleh ke arah Bara.

"Aku atasanmu di sini," keluh Bara. 

Tersadar jika yang dilakukan sudah kelewatan, Indah tersenyum rikuh. "Mohon maaf, Pak."

"Enggak apa-apa, tapi lain kali jangan tinggalin aku." Sorot mata Bara terlihat memohon.

"Selamat pagi, Tuan, Indah." Zulfi tiba-tiba hadir di antara mereka lalu menyapa.

"Pagi juga, Zulfi." Bara yang membalas, sedangkan Indah hanya tersenyum tipis.

Zulfi membukakan pintu ruangan untuk Bara. Begitu Bara masuk, Zulfi mulai menjelaskan perkerjaan yang harus Bara kerjakan. Bagaimanapun Zulfi yang memegang perusahaan selama Bara koma.

"Indah, mari ikuti saya."

Bara melebarkan mata begitu mendengar ajakan Zulfi kepada Indah. "Kamu mau mengajaknya ke mana?" 

"Saya akan mengantarkan Indah ke mejanya, Tuan. Sekalian untuk serah terima dengan sekretaris yang dulu."

Karena ini menyangkut pekerjaan, Bara tidak bisa melarang. Bara pun mengizinkan, lagi pula ia harus mulai fokus pada pekerjaan. "Jangan macam-macam dengan calon istriku!"

Zulfi sontak menoleh ke arah Indah. Sementara Indah hanya bisa tersenyum rikuh.

"Em ... bisa antar saya sekarang, Pak?" 

"Ah, iya. Baik mari ikuti saya." 

Saat Indah akan melangkah, dengan cepat Bara menahan lengannya. "Jika ada apa-apa, lapor padaku."

"Baik, Pak."

***

"Indah, kamu benaran mau nikah sama Pak Bara?" Rosi terlihat antusias menanyakan hal itu.

Jika ditanya dari mana Rosi mengetahuinya, tentu saja karena ucapan Bara saat di dalam lift tadi pagi sudah menyebar luas!

Suara Rosi cukup kencang--membuat para karyawan yang sedang mengantri kotak makan siang pun langsung melihat ke arah Indah. Bisik-bisik kembali terdengar di telinga Indah. Indah hanya mampu mendengus karena temannya tidak bisa mengontrol suara.

"Indah," tegur Rosi.

"Udah jangan dibahas di sini," pinta Indah dengan suara pelan.

Rosi mengangguk. "Ya udah."

Setelah mendapatkan kotak makan siang, mereka memilih duduk di meja paling pojok. 

"Jadi, gosip itu beneran?" Kali ini Rosi berbicara dengan suara yang jauh lebih rendah.

"Cuman gosip, Si."

"Tapi katanya yang bilang Pak Bara langsung. Kok bisa gitu?"

Indah mengedikan bahunya. "Udahlah, mending makan jangan bahas itu. Aku malas."

"Hemm, kerjaan kamu gimana?"

Kali ini Indah mau menjawabnya karena itu soal perkerjaan. "Aku cukup kesulitan, banyak yang belum aku ngerti."

"Enggak apa-apa, nanti juga terbiasa. Ini 'kan baru hari pertama, wajar kalau kamu belum paham semua."

Indah cukup terkejut dengan kalimat Rosi yang bijak. Biasanya ....

Ketika mereka mulai khusyuk makan, tiba-tiba kantin beribah ricuh. Para karyawan yang ada di sana ramai-ramai memberikan hormat kepada sosok pria gagah yang tengah berjalan melewati.

"Indah, kamu ingkar janji!"

"Hah?"

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 111. Maafkan aku

    “Mohon maaf, Pak, tapi keinginan Anda tidak bisa saya lakukan,” ujar Dokter Kristi yang membuat Bara murka.“Kenapa tidak bisa? Bukankah teknologi semakin maju!” “Itu karena akan membahayakan janin dan ibunya, Pak. Terlebih dengan kondisi Nona Indah yang kurang baik.” Dokter Kristi mencoba memberi pengertian agar Bara tidak memaksakan kehendak.“Aku tidak peduli! Lakukan atau karirmu hancur,” cetus Bara membuat Dokter Kristi ketakutan.Bagaimanapun bagi Bara akan mudah menghancurkan karirnya. “Pak, tolong pertimbangkan kembali,” ujarnya mulai goyah. “Tidak, keputusanku sudah bulat!”Mendengar perdebatan suaminya dengan Dokter Kristi membuat Indah kecewa. Perempuan yang sejak tadi hanya diam itu bangkit membuat Bara dan Dokter Kristi langsung menoleh ke arahnya. “Mau ke mana kamu?” tanya Bara.“Sudah cukup, Mas. Kalau memang kamu tidak mempercayai aku hamil anakmu tidak apa-apa. Anggap saja aku memang melakukan seperti apa yang kamu pikirkan, Mas.” Terang saja ucapan Indah memancing

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 110. Buktikan!

    Berita tentang Mawar dan Zulfi yang dibawa oleh polisi sudah menyebar di kalangan karyawan dan kolega bisnis Bara, termasuk kedua orang tuanya. Karena itulah kini Bara dimintai Roki untuk datang ke rumahnya.“Apa yang sebenarnya terjadi? Coba jelaskan,” pinta Riko dan Diana.Tidak langsung menjawab, Bara lantas mengembuskan napas dengan kasar terlebih dahulu. “Sebenarnya ingatanku sudah kembali,” ujar Bara membuat kedua orang tuanya kaget bukan main.“Jadi kamu sudah mengingat semuanya, Bara?”“Iya, Mam.” “Lalu kenapa tidak menceritakannya kepada kami?” Roki menuntut penjelasan lebih.“Karena aku ingin mengungkap lebih dulu pelaku dibalik kecelakaan yang kualami.”“Artinya kamu kembali bersama Mawar itu juga bagian dari rencana?” “Iya, Pap.” Bara mengangguk membenarkan membuat Roki mengusap wajahnya kasar. “Kamu keterlaluan, Bara!”Bentakan dari Roki membuat Bara terkejut. Ia pikir pria paruh baya itu akan senang karena ingatannya sudah kembali.“Keterlaluan bagaimana?” “Kamu sud

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 109. Tangkap dia

    Bara pulang dalam keadaan mabuk parah, membuat Indah yang sedang terlelap tersentak ketika tiba-tiba Bara menjatuhkan diri di sampingnya. “Mas, Bara,” ucap Indah lantas bangkit.Bau menyengat yang menguar dari tubuh Bara membuat Indah mual. Meski begitu, Indah tetap membantu Bara melepaskan sepatu juga jas yang masih melekat di tubuh tegap suaminya. “Kenapa senang sekali minum minuman terlarang?” gumam Indah.*** Mata setajam elang itu mengerjap beberapa kali hingga akhirnya dibuka dengan sempurna. Bara mengedarkan pandangannya dan mendapati jika dirinya sudah berada di kamar. Ia bangkit sambil memegang kepalanya yang terasa pening. “Mas, Bara,” ucap Indah yang baru saja masuk kamar.Bara lantas menoleh sebentar lalu membuang muka ketika ingatannya kembali pada saat kemarin ia mendapati Indah di mushola bersama Dirga. “Kau, dari mana kemarin?” tanyanya.Pria itu sudah tidak tahan lagi dengan praduganya selama ini. Pria itu menatap Indah nyalang. Membuat Indah menelan ludahnya kasar

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 108. Di balik wajah lugu

    Bara mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, menyalip kendaraan lain yang sekiranya menghalangi jalan bagi dirinya. Pria itu bahkan mengabaikan protes yang dilakukan oleh pengguna jalan lain. Tidak peduli klaksonan atau pun umpatan yang terdengar. Dalam pikirannya ia hanya ingin melampiaskan kekesalannya karena Indah dengan tega melakukan hal tercela di kantor dengan pria lain. Sungguh, pria itu tidak menyangka jika Indah sampai hati melakukan hal tersebut. Padahal ia pernah berpikir jika perempuan yang menjadi penyelamat hidupnya merupakan perempuan baik-baik. “Haha … hahaha ….” Pria itu tertawa seperti kesetanan. Ia merasa bodoh karena berhasil dibodohi oleh wajah polos Indah. Ternyata di balik wajah lugu Indah tersimpan sebuah kenyataan yang membuat Bara tidak habis pikir. Bagaimana bisa? Hanya itu yang ada dalam benak Bara sekarang. Pertanyaan mengenai Indah yang bisa-bisanya malah melakukan hal seperti itu terus berputar di pikiran Bara. Sampai pria itu tidak sadar ji

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 107. Kejam

    Bara yang berjalan tergesa tentu menjadi pusat perhatian semua orang. Meski begitu tidak ada yang berani bertanya atau sekedar menyapa. Semuanya memilih menyingkir–memberikan jalan untuk pria tersebut. Sampai akhirnya Bara tiba di ruangannya. Dengan keras ia membuka pintu kemudian menutupnya kembali. Sehingga Mawar yang berniat masuk untuk menyusul pun mengurungkan niat kala ia akan masuk, tetapi pintu dengan keras tertutup. Wanita itu hanya mampu berdiri mematung sambil memegang dadanya dengan kedua tangan. Sementara matanya melebar dengan napas yang terengah akibat berlari menyusul Bara. Dengan kasar ia mendengus kemudian berbalik–berniat ke meja kerjanya. Namun, Mawar malah dikagetkan dengan kehadiran Zulfi yang sudah ada di belakangnya entah sejak kapan. “Sepertinya ada hal penting yang sedang dilakukan Pak Bara,” ujar Zulfi yang dibalas delikan oleh Mawar. “Hemm, aku tau! Tapi entah apa itu. Bisakah kamu menyeledikinya?” Permintaan itu ditanggapi Zulfi dengan mengangkat satu

  • Istri Penyelamat CEO Amnesia   Bab 106. Sean

    Tiba di rumah Indah lantas turun dari mobil setelah membayar ongkosnya. Perempuan itu berjalan dengan langkah gontai menuju gerbang yang menjulang tinggi. Tidak perlu banyak bicara, penjaga rumah pun sudah mengetahui jika Indah adalah nyonya di rumah tersebut. Sehingga dengan sedikit keheranan karena tidak biasanya Indah pulang sangat cepat pun membukakan gerbang. “Siang, Nyonya,” sapa Pak satpam yang berjaga. Dengan seulas senyum yang sangat tipis Indah membalas sapaan satpam tersebut. Bukan karena ia tidak ramah, tetapi ia yang lelah membuat Indah ingin segera tiba di kamar. Setelahnya Indah masuk rumah kemudian menaiki anak tangga untuk tiba di kamar.Begitu tiba, Indah membuka kerudung yang sejak tadi menutupi kepalanya. Lantas setelahnya ia merebahkan diri di atas ranjang. Meringkuk sambil menutup tubuhnya dengan selimut. Sementara di tempat lain, Bara sedang melakukan pertemuan dengan lawan bisnisnya di salah satu restoran. Mereka melakukannya di sana sekalian untuk makan sia

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status