Share

Bab 512

Auteur: kamiya san
last update Dernière mise à jour: 2025-09-22 23:59:10
Mobil bersama sopir yang datang menjemput lelakinya itu berlalu. Tangan yang baru melambai-lambai pun turun perlahan dengan pandangan yang kosong. Galau luar biasa dengan bimbang yang sedang dirasa di dadanya.

Dua puluh menit lalu....

Saat Juan menunggu jemputan sopirnya. Mereka sempat duduk di teras dengan menikmati coklat hangat dipeluk hawa pagi pegunungan. Diiringi kicau burung bersahutan yang terbang rendah di sekitaran pagar villa. Burung yang cantik dan diambang kepunahan, burung kolibri penghisap sari bunga yang unik.

“Pukul lima sore nantibaku akan datang ke sini, Intana. Kamu kubawa turun ke kampung dan tinggal denganku, Intana.” Juan berkata sambil merapikan kemejanya. Sama dengan yang dipakainya malam tadi, kusut.

“Aku tidak janji, Mas Juan.” Intana berkata jujur. Sebab keinginan untuk pulang ke Surabaya sebentar sedang sangat menggoda di pelupuk mata. Rindu pada ibu dan putrinya.

“Aku bukan tidak membolehkan kamu ke Surabaya. Tetapi alangkah tepat jika pergi
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 515

    “Ada apa, Intana?” tanya Daehan heran dengan gelagatnya. Intana tidak langsung tanda tangan seperti biasa. Daehan langsung menyuruh tanda tangan saja sebab tidak sabar, tidak telaten, dan Intana sendiri tidak akan peduli meskipun dipaksanya membaca. Tidak ada respon apapun di kepalanya setelah membaca. Yang dia tahu hanya tanda tangan dan mendapatkan hak uang setelahnya. Selalu seperti itu. Namun, kali ini terlihat lain. Intana membaca tetapi tertegun kemudian. Bahkan kini sedang menatap tajam padanya. Tidak biasanya Intana timbul reaksi. “Kenapa, Intana?” tegur Daehan kembali. Intana masih menatapnya dengan bola mata makin melebar. “Ini… ini, tidak salah?” tanya Intana tersendat dengan jari telunjuk menuding nuding cepat pada berkas. “Memang kenapa, apanya yang salah di situ?” Daehan berkernyit dahi. Pasti memang ada hal yang sangat luar biasa di berkas itu hingga Intana tergerak meresponnya. “Lihat, di sini, ditulis jika Juanda Arga adalah Chief Executive Officer d

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 514

    Hawa Surabaya yang seharian menyengat, telah redup dan membawa angin semilir. Mentari yang bersinar terik, perlahan tenggelam di ufuk senja. Memberi rasa hangat dan bukan lagi rasa menyengat. Intana duduk di balkon apartemen mewahnya di lantai dua sambil menikmati secangkir teh susu yang hangat. Lima belas menit lalu baru bangun dari tidur siang yang lelap. Setelah perjalanan dari Blitar menuju Surabaya selama lima jama yang sangat melelahkan dan seorang diri. “Lebih baik aku mandi saja. Lagipula Talita masih tidur. Dia akan aku bangunkan setelah aku selesai mandi dengan tenang.” Intana menyambar cangkir teh untuk diteguk hingga habis, lalu berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Sekilas melihat gadis kecil yang tidur pulas di atas ranjang. Perasaannya berdesir, berbaur antara sedih dan iba. Putrinya akan dibawa orang tua ke Kanada ujung minggu ini. Intana terpaksa rela sebab ibunya memaksa. Sudah terlalu candu pada cucu hingga cintanya melebihi dari anak sendiri. Sedi

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 513

    Juan menyandar dengan pandangan ke langit-langit biru ruang kerja. Saat dilema dengan keadaan Santi, merasa ragu jika diri sendiri harus menjadi pendonor, sebuah prasangka berkelebat. “Dan, Ardana!” serunya pada asisten yang sudah kembali ke mejanya. Tidak ada sahutan, ke mana? Sedang pintu ruang kerjanya masih terbuka. Seharusnya Ardana mendengar. Dengan rasa tak sabaran Juan pun mendatangi. “Ke mana, dia?” gumam Juan. Tidak mendapati asistennya di meja depan pintu. Dengan cepat berjalan menuju lorong penghubung lobi. Langkahnya menuju ke meja resepsionis yang setiap hari hanya Santi seorang menguasainya. Ah, itu dia! “Sedang apa kamu, Dan?” tanya Juan tajam pada Ardana yang sekarang duduk di kursi resepsionis milik Santi sehari-hari. Lelaki itu terlihat salah tingkah kedapatan sang atasan sedang duduk di atasnya. “Coba nelponin keluarga Santi, Pak. Pada gak di rumah semua kata polisi. Saya telpon pun gak diangkat, Pak.” Kali ini ekspresi cemas di wajah Ardana tidak bisa

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 512

    Mobil bersama sopir yang datang menjemput lelakinya itu berlalu. Tangan yang baru melambai-lambai pun turun perlahan dengan pandangan yang kosong. Galau luar biasa dengan bimbang yang sedang dirasa di dadanya. Dua puluh menit lalu.... Saat Juan menunggu jemputan sopirnya. Mereka sempat duduk di teras dengan menikmati coklat hangat dipeluk hawa pagi pegunungan. Diiringi kicau burung bersahutan yang terbang rendah di sekitaran pagar villa. Burung yang cantik dan diambang kepunahan, burung kolibri penghisap sari bunga yang unik. “Pukul lima sore nantibaku akan datang ke sini, Intana. Kamu kubawa turun ke kampung dan tinggal denganku, Intana.” Juan berkata sambil merapikan kemejanya. Sama dengan yang dipakainya malam tadi, kusut. “Aku tidak janji, Mas Juan.” Intana berkata jujur. Sebab keinginan untuk pulang ke Surabaya sebentar sedang sangat menggoda di pelupuk mata. Rindu pada ibu dan putrinya. “Aku bukan tidak membolehkan kamu ke Surabaya. Tetapi alangkah tepat jika pergi

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 511

    Juanda Arga masih menahannya dengan begitu posesif. “Sudah kubilang aku sangat haus. Kamu bukan iblis kan?” tanya Intana asal bicara. Meski Juan tidak berbuat kasar atau berlebihan apapun yang menyakitkan. Justru hanya rasa berdebar melulu. “Ayo kuantar ambil minum,” sahutnya datar. Telah disambarnya selimut untuk dibentangakan pada Intana sambil jalan. Sekilas dilihat, Juan memperlakukan Intana seperti sandera. Dia bawa berhimpit tanpa dilepas menuju ruang makan. Baru dia rela mendudukkannya dengan bebas di meja makan. Dia mengambilkan minum, lalu disodorkannya di depan Intana. "Minum yang banyak sebelum kita bercinta." Juan sambil tersenyum mesum. “Kamu kayak psikopat. Kamu ingin membunuhku?” Intana protes dengan lirih. Beberapa kali selimut itu hampir jatuh yang membuat Juan seperti sesak napas. Intana diam. Tidak berdaya untuk mengumpat atau kesal berlebihan. Tenaganya seolah terpendam jauh ke dalam tubuh dan terpenjara untuk tidak lagi keluar. Masih gemetar denga

  • Istri Perawan Disangka Janda   Bab 510

    Pertemuan bersama Daehan berakhir dengan perut kenyang masing-masing. Dua wajah tampan terlihat cerah dan jauh berbeda dengan raut Intana. Muram, ditekuk, dan bibirnya pun cemberut. Tatapannya bak belati pada Juan. Entah apa yang disimpan, sepertinya marah sebab merasa telah dibohongi oleh Juan. “Sampai jumpa, Mas. Jangan lupa, datang ke Surabaya dengan Intana.” Daehan berkata sebelum masuk ke dalam mobilnya. Mereka berdiri di luar pagar rumah makan dan akan bertolak kembali ke tempat masing-masing. “Jangan khawatir, Mas. Insya Allah, kami akan datang!” Juan menyambut tidak kalah antusias. “Bye Intana, jangan membangkang pada suami. Ingat dosa!” seru Daehan masih sempat menggoda Intana. “Assalamu'alaikum!” seru Daehan bersama dirinya yang masuk ke dalam kendaraan. Ternyata bersama sopirnya, Agung yang setia menanti dan enggan memandang Intana. Bagaimanapun perempuan itu masih merasa kesal, dirinya menolak mendampingi di sini dengan alasan alergi jauh dengan istri. “Wa'a

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status