Share

Bab 2. Menatap Tubuh Polos

Selamat membaca!

Setelah selesai menggelar pesta pernikahan selama lima jam di sebuah taman kota. Kini Alice dan Mike telah tiba di salah satu hotel bintang lima milik keluarga Banning. Sebuah kamar mawah dengan dekorasi elegan yang menciptakan kesan romantis pun telah disediakan oleh Emilia spesial untuk malam pertama pengantin baru yang tengah berbahagia. Bagi Emilia sendiri, kesan romantis pada malam pertama itu sangatlah penting untuk menghidupkan gairah bercinta dan menghilangkan rasa gugup.

Kedua mata Alice dibuat terpana begitu langkahnya memasuki kamar yang Emilia katakan akan membuat dirinya mendapat pengalaman malam pertama yang akan diingat sepanjang hidupnya. Pipi Alice mulai merona merah, menyaksikan kamar pengantin yang malam itu akan ia tempati bersama Mike.

"Ya Tuhan, bagus sekali kamar ini. Baru kali ini aku melihat langsung kamar yang didekorasi semewah ini," batin Alice yang masih berdiri di ambang pintu dengan penuh decak kagum saat kedua matanya mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar. Namun, tiba-tiba saja seseorang membuyarkan kekaguman Alice dengan keindahan yang ada di depannya matanya saat Mike menerobos masuk dan menabrak punggungnya begitu saja yang memang menutupi jalan.

"Argh, sakit tahu, Tuan!" protes Alice sembari memegangi punggungnya yang terasa panas setelah ditabrak oleh bahu kekar pria itu.

"Lagian kamu kenapa halangi jalan masuk saya? Ganggu saja!" jawab Mike dengan ketus tanpa perasaan. Membuat Alice diam seketika dan tidak berani untuk melanjutkan protesnya, apalagi mengaduh kesakitan.

Alice hanya mampu mengusap-usap punggungnya dengan perlahan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakannya. Setelah langkahnya semakin dalam dan tiba di depan sebuah lemari putih, Mike mulai membuka seluruh pakaiannya tanpa mempedulikan bahwa ada sepasang mata polos yang menatap ke arahnya. Alice pun segera memutar tubuhnya dan menutup pintu kamar dengan cepat.

"Ya ampun, apa dia gila telanjang sembarangan? Atau dia sengaja mau memperlihatkan tubuhnya di depan mataku ini untuk menggodaku? Cih! Dasar pria tidak punya pikiran, dia pikir aku akan tergoda dan jatuh cinta padanya setelah melihat dia telanjang!" umpat Alice yang hanya berani menggerutu di dalam hati.

Mendengar pintu yang tertutup dengan cukup keras, Mike menoleh ke belakang sekilas dan menatap tubuh Alice yang tengah membelakanginya saat ini.

"Hei, apa yang kamu lakukan di depan pintu sana? Cepat ganti pakaianmu, saya gerah melihat kamu pakai pakaian seperti itu!" titah Mike yang telah membalut tubuh bagian bawahnya dengan handuk yang melingkar di pinggang.

"Tuan, saya sengaja menutup mata saya untuk menghindar agar tidak melihat kamu yang sedang telanjang! Saya akan ganti baju kalau Tuan sudah selesai!" jawab Alice dengan jujur tanpa memutar tubuhnya, masih membelakangi Mike.

Mendengar jawaban Alice, dahi Mike mengerut dalam. "Wanita itu aneh banget sih, apa dia tidak normal karena hanya dia satu-satunya wanita yang menolak kesempatan untuk melihatku telanjang di depan matanya?" batin pria bertubuh kekar itu sambil menggelengkan kepalanya dengan perlahan.

"Saya sudah selesai! Tolong kamu bereskan pakaian kotor saya ini dan simpan di keranjang laundry ya!" titah Mike sekali lagi sebelum beranjak pergi menuju bathroom untuk membersihkan dirinya yang berkeringat setelah lelah berdiri di atas pelaminan selama lima jam untuk menyambut para tamu yang mengucapkan selamat dan juga memberi doa-doa baik di hari pernikahan yang tak diinginkannya bersama Alice.

Alice segera membuka wajahnya yang sebelumnya ia tutupi dengan telapak tangan, lalu ia bergegas memunguti pakaian Mike yang tergeletak di permukaan lantai dan memasukkan ke dalam keranjang laundry. Setelah selesai, wanita berparas cantik itu buru-buru mengambil pakaian yang telah disediakan oleh Emelia untuknya di dalam almari kamar hotel. Alice menautkan kedua alisnya saat tak menemukan pakaian yang dicarinya. Di sana hanya ada lingerie-lingerie seksi yang membuat raut wanita itu berubah bingung.

"Ya ampun, ini maksudnya apaan sih? Masa Mommy cuma siapin aku baju-baju seperti ini selama mengindap di hotel?" tanya Alice dengan wajah panik seraya menyugar kasar rambutnya.

Lalu wanita itu segera meraih salah satu bathrobe berwarna pink dari dalam almari untuk ia kenakan setelah melepas gaun yang membalut tubuhnya. Namun, Alice terlihat kesulitan saat hendak membuka gaun tersebut hingga dahinya berkeringat dan membuang-buang waktu dengan percuma.

"Oh Tuhan, bagaimana aku bisa membuka resleting gaun ini? Kenapa susah banget sih untuk mencari resleting itu di mana letaknya!" tanya Alice dengan napas yang tak beraturan karena ia sudah berusaha keras mencari resleting gaun tersebut di belakang tubuhnya dengan cara meraba-raba, tapi tak kunjung bertemu. Bahkan sampai Mike selesai mandi pun, Alice masih belum berhasil melepaskan gaun pengantin pada tubuhnya hingga wanita itu menitikkan air mata karena begitu kesal.

"Alice, saya sudah selesai mandi dan kenapa kamu masih belum juga ganti baju?" tanya Mike dengan raut kesal.

"Ma-maaf, Tuan, saya sudah berusaha sejak tadi, tapi gaunnya tidak bisa dilepas ...." rengek Alice begitu lirih dan pasrah jika Mike akan memarahinya dengan kata-kata kasar.

Melihat wajah pucat Alice yang ketakutan, Mike pun sedikit luluh dan tidak tega memarahi wanita itu. Pria itu pun kini mulai menghampiri Alice dan memutar tubuh wanita itu agar menghadap ke arahnya.

"Apa yang buat kamu tidak bisa melepaskan gaun ini?" tanya Mike dengan santai dan melembutkan suaranya.

"Saya tidak menemukan resletingnya di belakangnya, padahal saya sudah mencarinya. Maaf ya, Tuan, sudah membuatmu marah."

"Kalau resletingnya tidak ada di belakang, berarti dia ada di bagian samping. Sini biar saya yang periksa!" Mike segera menangkup kedua lengan Alice dan memutar sedikit tubuhnya hingga menyamping.

Dan benar saja, resleting yang Alice cari-cari sejak tadi ternyata berada di samping gaun itu, lebih tepatnya di bawah ketiak Alice. Mike pun segera menurunkan resleting tersebut untuk membukanya dan seketika gaun mewah itu pun langsung jatuh tersingkap dari tubuh sang pemiliknya, membuat kedua mata Mike terkesiap tak percaya ketika melihat tubuh Alice yang begitu seksi dan mulus.

Alice sampai berteriak histeris dan ia segera menyilangkan kedua tangan di atas dada untuk menutupi pandangan Mike yang tengah menatap intens tubuhnya.

"Tuan, a-apa yang kamu lakukan?" tanya Alice dengan gugup karena sudah merasa salah tingkah.

"Apa! Kamu yakin masih bertanya apa yang saya lakukan? Jelas-jelas saya membantu kamu untuk melepas gaun itu!" Mike kembali menjawab dengan nada ketus sambil bersedekap. Ia merasa kesal karena Alice bertanya seolah menuduhnya melakukan hal-hal aneh, padahal pria itu hanya menatap tubuh indahnya tanpa menyentuh.

Alice tersadar bahwa ia sudah salah bertanya hal seperti itu pada pria yang telah membantunya. Membantu Alice yang hampir putus asa dan menangis kesal karena tidak dapat menanggalkan gaun pengantin dari tubuhnya.

"Tuan, saya minta maaf. Tidak seharusnya saya bertanya seperti itu. Saya hanya refleks karena gaun ini jatuh ke lantai tanpa sempat saya pegang. Sekali lagi maaf, ya!" Setelah mengucapkan semua itu, Alice pun segera berlari menuju bathroom dan membiarkan gaunnya teronggok di dasar lantai tempat ia berdiri. Beruntungnya Alice sempat meraih bathrobe yang telah diambilnya tadi dan dibawa masuk ke dalam bathroom.

Saat ini wajah Alice sangat merah, bahkan sampai terasa panas. Apa yang baru saja ia alami benar-benar membuatnya gugup bukan main karena tubuhnya yang polos sempat menjadi tontonan Mike beberapa saat. Wanita itu kini menjadi gugup dan merasa malu, bayangan beberapa menit yang lalu masih menari-nari jelas di benak Alice yang saat ini sudah merendam setengah tubuhnya di dalam bathtub.

"Ya ampun, aku benar-benar malu! Seharusnya aku melepas gaun itu sendiri. Sekarang bagaimana ini? Semoga apa yang Tuan Mike lihat, tidak membuatnya sampai berpikir untuk menyentuhku,' batin Alice sambil memukuli kepalanya sendiri karena ia merasa sangat bodoh. Kejadian itu adalah kali pertama, di mana tubuh indahnya dilihat oleh seorang pria.

Sementara itu di luar bathroom, entah kenapa Mike masih terbayang apa yang tadi dilihatnya. Tubuh yang putih mulus tanpa ada noda hitam itu benar-benar membuat hasratnya membuncah. Namun, tentu saja ia masih menahan semua itu, walau ada satu pertanyaan yang saat ini memenuhi pikirannya, yaitu tentang sikap Alice yang menurutnya sangatlah aneh.

"Apa jangan-jangan dia masih perawan?" Mike masih terlihat berpikir. Sejenak menepikan pemikirannya karena ia merasa saat ini mana mungkin ada wanita yang masih perawan sebelum menikah.

Bersambung ✍️

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Paulina Nurhadiati Petrus
ya ampun ngakak sama alice susah2 cari resleting di belakang gak taunya ada di samping wkwkw eh menang banyak kamu mike liat tubuh polos alice .. napa jadi bertanya masih perawan apa kagak cuz malam pertama biar tau rasanya hahaha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status