Ida merasa sangat kesal dengan kelakukan Aisyah yang juga suka keluar rumah saat Hamish berangkat mencari pekerjaan dimana proyek yang terakhir kali Hamish tangani telah selesai. Keuangan Hamish benar-benar sedang berada di bawah. Dan Aisyah terus berulah. "Minta uang lagi?" tanya Hamish suatu hari, "aku memberimu uang sisa hasil penjualan mobilku setelah aku membayar jasa Daud, jumlahnya tidak sedikit Aisyah! Lima puluh juta! Dan bagaimana bisa kamu minta uang lagi sedangkan aku belum punya pekerjaan lagi, seharusnya uang sebanyak itu bisa untuk kita hidup beberapa bulan sampai aku dapatkan pekerjaan!" seru Hamish sangat kesal kepada sang istri."Kamu gak bilang kalau aku gak boleh habisin uang itu, mas! Kenapa sekarang kamu malah marah-marah gak jelas kayak gini? Kesel banget aku jadinya! Uang itu aku pakai ya buat perawatan aku, lah! Lihat hasil perawatanku! Perutku lebih baik kan dari yang dulu saat baru saja melahirkan Mufti?" tanya Aisyah pada Hamish seraya menunjukkan perutnya
"Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Aisyah bahwa kamu punya hubungan spesial dengan lelaki ini, kan?" tuduh Hamish dengan penuh amarah kepada Najwa yang terdiam di depannya. "Apa yang kamu katakan tidak benar, mas,".kata Najwa, "lagi pula ....""Lagi pula apa?" sentak Hamish yang membuat Najwa kaget mendengarnya. Tangan Jacob mengepal, rasanya ingin sekali ia meninju Hamish sekarang juga. "Kamu mau bilang kalau kita sudah berpisah, kamu masih masa iddah! Dan masa itu belum berakhir!" kata Hamish pada Najwa. Najwa makin nelangsa mendengarnya. "Cukup tuduhan tidak berdasarmu, mas! Apa kamu melihat aku tidur dengannya di atas ranjang?" tanya Najwa dengan geram, "kita bersama selama tujuh tahun, apa kamu tidak mengerti aku sama sekali? Apa ada hal yang selama ini aku tutupi darimu? Tidak kan?!" kata Najwa membantah tuduhan Hamish. "Dulu mungkin iya, tapi sekarang semuanya telah berbeda, buktinya dia sekarang berdiri di depan apartemen kamu, Najwa!" kata Hamish. "Dia bukan mahrom ka
Hamish pontang panting cari pekerjaan ke sana ke mari, bahkan ia melakukan apapun pekerjaan agar ia bisa mendapatkan uang dan tak bertengkar terus menerus dengan Aisyah karena masalah ekonomi dan susu Mufti yang harganya mahal. "Permisi pak, butuh tukang kebun?" tanya Hamish suatu kali saat ia melihat beberapa pekerja sedang membersihkan taman depan dari sebuah rumah besar yang ada di hadapannya. Rumah megah yang dulu pernah ia impikan akan tinggal di sana saat ia yakin bahwa pekerjaannya sebagai ahli konsultan konstruksi dan Najwa yang ahli dalam bidang bakery akan lancar jaya. Kini yang ada hanya Najwa yang makin meroket dengan usahanya sedangkan ia pontang panting mencari proyek yang bisa menggunakan jasanya. "Boleh, kebetulan hari ini ada yang libur, tapi gajinya hanya seratus lima puluh ribu saja dan kerjanya sampai jam lima sore," ucap pria paruh baya itu dan Hamish mengangguk senang. Uang segitu sekarang sangat berarti untuknya, apalagi harga susu Mufti sangat mahal. Kalau du
"Bu, ada kiriman mawar kuning lagi," kata Widya pada Najwa yang sibuk menghitung omset yang ia dapatkan. Najwa sangat-sangat bersyukur karena omsetnya naik drastis, bahkan ia bisa merekrut karyawan lagi, apalagi setelah rotinya viral di sosial media dan orang-orang berbondong-bondong mencobanya."Dari siapa?" tanya Najwa heran karena ini sudah yang kedua kalinya dalam hari ini ia menerima bucket mawar kuning."Dari orang yang sama," jawab Widya lagi dengan wajah yang bersemu merah merona untuk Najwa yang malu-malu. Najwa menerima mawar kuning itu dan menciumnya secara refleks, baunya yang sangat segar membuatnya terasa rileks sekali. Saat Najwa tersenyum, Widya juga ikutan tersenyum tapi detik kemudian Najwa sadar bahwa tingkahnya itu konyol dan ia merasa malu di hadapan pegawainya yang menatapnya malu-malu."Kamu kenapa masih berdiri di situ?" tegur Najwa berpura-pura marah yang hanya disambut dengan senyum kecil Widya sebelum ia pergi dari ruangan Najwa.Najwa tak tahu lagi bagaiman
Bunga-bunga indah bermekaran di halaman rumahkuMereka terlihat cantik, tapi sayang mereka memendam rinduSeperti halnya aku yang juga menungguKehadiranmu untuk melengkapiku dan bunga-bunga itu di rumahku.Wajah Najwa bersemu merah karena membaca isi pesan yang terselip dari bucke bunga yang ia terima barusan dari Jacob. Seumur-umur ia belum pernah mendapatkan kata-kata rayuan seperti itu, bahkan dari Hamish sekalipun.Hamish datang padanya, mereka dekat sebentar lalu Hamish langsung memintanya pada sang paman. Najwa pikir dulu Hamish melakukannya karena sudah benar-benar mencintainya tapi nyatanya ia salah, setelah menikah sikap Hamish biasa saja, jarang melontarkan kata-kata manis dan bujuk rayuan padanya bahkan yang sering Hamish menceritakan tentang Aisyah Rahmah, kekasih di masa lalunya yang membuatnya tak ingin terlambat menikahi Najwa."Aku tidak ingin terlambat dan kehilangan lagi," itulah yang diucapkan oleh Hamish pada Najwa usai ia mengisahkan kisah percintaannya dengan Ai
"Kamu yakin kita aman?" tanya lelaki berkulit putih dan bemata sipit itu saat Aisyah meneleponnya dan bilang ia bisa ke rumahnya sekarang juga."Santai saja, suamiku sedang berada di luar kota kok, sejak lusa kemarin dia berangkat dan baru akan pulang dua atau tiga hari lagi," bisik Aisyah pada pria itu di teleponnya. Ia takut ibu mertua atau anaknya bangun."Tapi kan ada ibu mertua kamu? Kita ketemuan di hotel saja," kata lelaki itu pada Aisyah."Dari pada uangnya digunakan untuk bayar hotel kita yang hanya beberapa jam saja, mending buat susu Mufti, kamu tahu sendiri kan kalau Hamish belum bisa memberikan nafkah layak padaku," rengek Aisyah."Aku takut kita ketahuan dan digrebek warga," kata kekasih Aisyah."Hans, aman. Ini sudah jam setengah delapan malam loh, ibu mertuaku sudah masuk kamar dan tidur setiap hari sehabis isya', pembantu rumah juga sudah dipecat semua. Aku tunggu kamu di teras rumah, kita lewat pintu samping saja," kata Aisyah."Terus gimana dengan tetangga kamu?" ta
"Bagaimana ini Aisyah! Ibu mertua kamu pingsan!" seru Hans yang kaget saat melihat ibu mertua Aisyah pingsan setelah terkejut melihatnya dan Aisyah keluar dari kamar tamu."Sudah kamu pergi saja temui istri kamu, biar aku yang urus ibu mertua!" kata Aisyah pada Hans."Tapi ...." Hans merasa ragu karena iba melihat orang tua yang pingsan."Keburu ketahuan warga," kata Aisyah mendorong tubuh Hans keluar lewat samping rumahnya. Hans gegas berjalan ke mobilnya dan langsung mengeluarkan mobilnya dari garasi rumah Aisyah dan pergi dari sana. Sebelum benar-benar pergi, ia mencari jalan keluar lain dari pintu masuk perumahan tersebut, tapi ia tak menemukannya, pintu masuk dan keluar memang hanya satu di tempat tersebut.Hans akhirnya memutuskan menemui istrinya sembari memikirkan alasan apa yang tepat untuk istrinya kenapa ia ada di sana malam-malam begini.Mobil Hans mendekati mobil yang dikendarai istrinya yang mogok di pinggir jalan perumahan."Sayang, kamu kenapa ada di sini?" tanya Hans
Jacob gelisah menunggu kabar dari Angeline setelah ia menghubungi sekretarisnya dan meminta tolong mencari tahu dimana keberadaan sang ibu sekarang ini. Jacob benar-benar takut kalau sang ibu akan bertindak nekat dengan menekan Najwa untuk menghindarinya.Suara gerombolan anak-anak kemudian membuatnya tersentak kaget kala mereka berlari menuju sebuah mobil mewah yang baru saja memasuki area panti asuhan. Jacob memperhatikan baik-baik mobil BMW mewah milik sang mama tengah pelan-pelan memasuki halaman rumah panti asuhan dan parkir di depannya.Jacob melangkah cepat ke arah mobil yang sudah terparkir itu dan benar dugaannya, sang ibu keluar dari dalam sana bersama dengan Najwa yang terlihat kaget karena beberapa anak-anak langsung menyambutnya dengan senyum dan berebut mencium punggung tangannya. Anak-anak di panti asuhan itu memang sopan kepada siapapun yang datang ke kediaman mereka, apalagi yang datang adalah Jacob atau ibunya.Buat apa mama bawa Najwa ke sini?Apa sebenarnya niatan