MasukKini Haris sudah bersama dengan anak, menantu, dan juga cucunya yang duduk bersama di ruang tengah. Wajah ketiganya terlihat sangat was-was serta enggan menatap Haris.
“Mulai besok aku akan meminta Cakra untuk mengawasi dan membantu Aryan agar pantas menjadi pewaris keluarga Athaya,” kata Haris membuka obrolan di antara mereka. “Tapi Kek, kenapa hanya aku yang harus mengurus Athaya Group? Sedangkan Kakek masih memiliki cucu lain selain aku,” kata Aryan mengingatkan. Aryan sebenarnya enggan jika dirinya menjadi pewaris tunggal seluruh kekayaan milik sang kakek karena sejak dirinya digadang-gadang akan menjadi seorang pewaris hidupnya berubah 180 derajat. Pria itu merasa tidak bebas karena hidupnya selalu diatur bahkan selalu disorot sehingga ruang geraknya terbatas. Bahkan Aryan pernah kehilangan sosok cinta pertamanya hanya karena hal tersebut. “Aku tidak akan memilihnya jadi terima saja keputusanku, Aryan. Selain itu, aku sudah mempersiapkan wanita yang akan menikah denganmu.” Mata mereka melebar dengan mulut yang juga tidak kalah terbuka lebar setelah mendengar kata-kata terakhir Haris. Sejak kapan pria tua itu merencanakan banyak hal tentang hidup Aryan bahkan masa depannya? “Kakek, ini sudah benar-benar keterlaluan!” Aryan bangkit dari tempat duduknya dengan sorot matanya yang tajam. “Sampai kapan pun aku tidak ingin menikah dengan wanita mana pun ke—“ “Sampai kapan kamu mau menunggu wanita yang sudah rela meninggalkanmu, Aryan?” Pertanyaan Haris terdengar menohok hingga membuat pria itu pergi meninggalkan mereka dengan tangannya yang terkepal serta wajahnya yang sudah berubah merah padam. “Papa, aku mohon kali ini saja untuk urusan Aryan yang satu ini Papa tidak usah ikut campur ya,” mohon Ayu dengan penuh harap serta sorot matanya yang terlihat sangat serius. Ayu tahu betul apa yang dirasakan putranya karena selama sepuluh tahun belakangan Aryan berusaha untuk menahan diri agar tidak bersikap kasar kepada papa mertuanya. “Lalu, kalau bukan aku yang ikut campur siapa yang akan mengurusnya?” “Aryan masih punya kami orang tuanya yang masih bisa merawat dan mengurus Aryan dengan baik, Pa.” Kali ini Haikal membuka mulutnya untuk membela anak dan istrinya. Haris tersenyum sinis seolah sedang mengejek putranya yang tidak becus mengurus cucunya. “Lalu, menurutmu dengan membiarkan Aryan tidur dengan beberapa wanita itu adalah cara terbaik yang kalian punya untuk merawat dan juga mengurus cucuku?” Untuk kesekian kalinya orang tua Aryan dibuat senam jantung mendengar ucapan dari Haris. Keduanya tidak menyangka jika putra satu-satunya yang sangat mereka sayangi bahkan dibanggakan sudah bertindak sangat jauh. Haris menarik napas lalu membuangnya secara perlahan. “Kali ini aku akan membiarkan kalian mengenal calon menantu kalian lebih dulu sebelum menikahkan mereka.” Dengan cara begini Haris berharap kalau keduanya akan mempertimbangkan permintaannya untuk menikahkan Aryan dengan cucu sahabatnya tersebut. *** Aghnia memutuskan untuk kembali ke rumah karena tidak ingin membuat kedua orang tuanya semakin khawatir. Setidaknya wanita itu sudah merasa sedikit tenang setelah bertukar cerita dengan sang kakak dan juga bermain sebentar dengan keponakannya. “Nia, kamu sudah pulang?” tanya Sofyan melihat putrinya yang baru saja memasuki rumah dan melewati ruang tengah. Aghnia menghampiri sang papa dan duduk di sebelah beliau lalu mencium punggung tangan sang papa. “Pa, Aghnia minta maaf ya karena sudah membuat kalian khawatir kemarin.” Aghnia menundukkan kepala untuk menghindari kontak mata dengan sang papa sambil menggigit bibirnya. Sofyan menepuk bahu putrinya sambil tersenyum hingga membuat wanita itu mengangkat kepalanya. “Sudah tidak usah dibahas lagi ya.” Aghnia menganggukkan kepalanya. “Kamu sudah makan belum?” “Sudah Pa tadi sekalian sarapan di rumah kak Tiara.” “Ya sudah sekarang lebih baik kamu istirahat saja ya.” “Baik, Pa....” Aghnia mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok sang mama tapi tidak ditemukannya. “Mama ada di mana, Pa?” “Mama masih tidur di kamar karena semalaman dia tidak bisa tidur.” Semalaman Citra merasa bersalah setelah tahu kalau Aghnia kabur dari rumah. Wanita itu memang tidak seharusnya melimpahkan tanggung jawab atas kesalahan di masa lalunya kepada sang putri tapi semua sudah terjadi. Aghnia menghela napas dalam-dalam. “Pasti mama seperti ini karena terlalu mengkhawatirkan aku,” batinnya. “Kamu tidak usah menyalahkan diri kamu ya, percaya sama papa kalau sebenarnya mama hanya merasa kelelahan dan butuh istirahat jadi kamu juga harus beristirahat dan jangan sampai sakit.” Aghnia tersenyum tipis. “Baiklah Pa, kalau begitu aku akan istirahat sekarang.” Wanita itu bangkit lalu pergi meninggalkan papanya. Lebih tepatnya bukan pergi ke kamarnya tapi ke kamar orang tuanya untuk memastikan kondisi sang mama. Saat itu Aghnia bisa dengan jelas melihat wajah teduh mamanya yang tengah tertidur. Mata wanita itu seketika berkaca-kaca dengan pikirannya yang sudah melayang pada kejadian kemarin malam. “Maafkan aku ya, Ma.” Aghnia membela lembut wajah sang mama yang sudah berjuang mati-matian merawatnya, apalagi harus menanggung aib tentang keberadaannya. “Pasti selama ini Mama menjalani hidup yang berat karena kehadiranku tapi kenapa kalian masih mempertahankan aku? Seharusnya Mama dan Papa bisa menyingkirkan aku saja daripada hidup dengan perasaan bersalah.” Cairan bening yang sedari tadi ditahan oleh Aghnia akhirnya lolos juga hingga ia menundukkan kepalanya karena tak kuasa menatap wajah sang mama. “Nia, kamu sudah pulang?” Citra membuka matanya ketika mendengar suara isak tangis yang menyayat hatinya. Wanita itu langsung bangkit dan membantu putrinya untuk duduk di pinggir tempat tidur. “Ma, maafkan aku ya karena sudah membuat Mama khawatir kemarin,” ucap Aghnia dengan suaranya yang terdengar lirih seraya memeluk tubuh Citra. Citra mengusap punggung putrinya dengan lembut. “Sudahlah tidak apa-apa, Mama tahu kamu pasti tidak mudah menerima pernikahan ini tapi kali ini Mama tidak akan memaksa jika memang ka—“ “Tidak Ma, Aghnia setuju menikah dengan cucu kakek Haris,” potong Aghnia cepat. Aghnia merasa sudah waktunya dirinya menunjukkan baktinya sebagai seorang anak walau dengan mengorbankan diri untuk menikah dengan cucu kakek Haris. “Tapi Nak...” “Ini sudah jadi keputusanku jadi tolong kali ini Mama hargai keputusanku ya,” mohon Aghnia dengan tatapan matanya yang terlihat tulus. Citra kembali memeluk tubuh putrinya karena apa yang baru saja Aghnia lakukan berhasil membuat dirinya terharu. Tapi jujur kali ini Citra sudah tidak lagi menginginkan hal itu. “Selain itu, aku ingin Mama memberitahukan kepadaku tentang siapa sebenarnya pria yang sudah tega melakukan hal itu kepada Mama?” Kedua bola mata Citra membulat dengan sempurna hingga wanita itu melepaskan pelukan mereka dengan dahinya yang berkerut. “Untuk apa kamu ingin tahu tentang pria brengsek itu, Nak?” Citra benar-benar tidak ingin kalau Aghnia kembali berurusan dengan pria yang hampir menghancurkan rumah tangannya dahulu. Citra hanya tidak ingin Aghnia dipermalukan apalagi disakiti oleh pria itu. “Aku hanya ingin tahu seperti apa dirinya dan apakah mirip denganku?” canda Aghnia yang berusaha mengubah suasana agar tidak terlalu tegang. Aghnia hanya ingin tahu sosok pria yang membuat keluarganya sengsara. Setidaknya dirinya hanya ingin melihat bagaimana kehidupan pria itu? *** Setelah mendengar kalau Aghnia setuju menikah dengan cucunya, Haris membawa anak serta menantunya untuk menemui Aghnia dan keluarganya di salah satu restoran. Awalnya Haris sudah mengajak Aryan tapi entahlah pria itu akan datang atau tidak karena kalau dilihat dari sikapnya pria itu masih marah kepadanya. “Aghnia perkenalkan ini Haikal dan juga Ayu yang nantinya akan menjadi orang tua barumu setelah menikah,” kata Haris memperkenalkan keduanya kepada Aghnia. Wanita itu bangkit dari tempat duduknya lalu mencium punggung tangan keduanya secara bergantian. Tentu apa yang dilakukan Aghnia barusan menimbulkan kesan positif bagi orang tua Aryan. “Sepertinya calon istri pilihan Papa ini memang yang terbaik karena selain cantik Aghnia juga anak yang sopan,” puji Ayu sambil tersenyum. “Terima kasih Tante tapi pujian Tante terlalu berlebihan karena yang cantik itu hanya Tante dan Mama,” balas Aghnia sambil memandang dua wanita hebat yang kini sedang bersamanya secara bergantian. Bukan hanya merendah atau sekedar ingin mengambil hati dari mertuanya tapi Aghnia memang benar-benar ingin melemparkan pujian kepada Citra dan juga Ayu. Tapi apa yang barusan dilakukan oleh wanita itu lagi-lagi menimbulkan nilai plus bagi calon mertuanya. Sungguh kamu ini memang luar biasa, Aghnia! “Tentu Papa harap kalian bisa menjaga Aghnia setelah menikah dengan Aryan nanti.” “Tapi di mana Aryan saat ini, Pak Haris?” tanya Citra. Sejak sampai tadi memang mereka tidak melihat sosok pria itu entah di mana yang jelas mereka terutama Aghnia sangat penasaran dengan sosok pria itu. Bukan hanya soal parasnya tapi yang lebih utama adalah sikapnya karena Aghnia tidak ingin seumur hidup tinggal dengan orang yang memiliki kepribadian buruk. Setidaknya Aghnia mau Aryan bisa bersikap baik terhadap keluarganya terutama kepada kedua orang tuanya. Haris, Ayu, dan juga Haikal saling melemparkan pandangan mereka masing-masing sembari tersenyum tipis. Jujur saja mereka kebingungan untuk menjawab pertanyaan dari calon besannya tersebut.Tepat 25 tahun yang lalu.“Selamat atas kelahiran anak pertamamu ya, Citra,” kata Pandu memberikan selamat kepada salah satu karyawannya yang juga sahabat baiknya dikenalnya sejak SMA.“Te—terima kasih, Pak Pandu.”Citra terlihat gugup sehingga enggan melakukan kontak mata dengan pria yang kini sedang duduk di kursi kebesarannya. Sebenarnya ada alasan lain kenapa wanita itu meminta sedikit waktu sang calon CEO tersebut.“Ayolah sudah berapa kali aku katakan kalau sedang berdua seperti ini jangan memanggilku dengan sebutan Pak tapi panggil namaku saja,” omel Pandu yang masih menggunakan nada lembut.“Tapi bagaimana pun kau adalah bosku dan aku harus terus menghomartimu karena aku tidak ingin besar kepala apalagi orang-orang salah paham dengan kedekatan kita,” jelas Citra yang sudah mengangkat kepalanya kembali.“Ya sudah kalau
Tapi reaksi yang diberikan Aryan adalah sebuah kekehan yang terdengar seolah sedang mengejek wanita itu. Bagi Aryan yang belum bisa move on tersebut, rasanya mustahil untuk jatuh cinta pada seseorang apalagi dalam kurun waktu satu bulan.“Kenapa kau tertawa? Apakah ada yang lucu tentang perasaanku kepadamu?”Dahi Aghnia berkerut dengan tangannya yang sudah terkepal rasanya memang menyebalkan jika perasaannya lagi-lagi dipermainkan oleh pria itu. Bodoh!Aryan melangkahkan kakinya mendekat ke arah wanita itu yang saat ini sedang menahan kesal dan kapan saja bisa melayangkan tinjunya ke wajah tampan pria itu.“Aku hargai perasaanmu yang sudah jatuh cinta kepadaku tapi aku harap tiga pernyataan cintamu tidak kau ucapkan dalam waktu dekat minimal lima bulan sekali kau katakan agar pernikahan kita tidak cepat berakhir.”Aryan mengatakan hal itu sambil tersenyum serta memegang kedua tangan wanita itu. Bukankah perlakuan pria itu terasa manis hingga mampu meredakan amarah Aghnia.“Ya anggap s
Setelah dipikirkan kembali akhirnya Aghnia memilih untuk menjalani pernikahannya bersama Aryan sesuai saran yang diberikan oleh Doni pagi ini. Tentu dengan harapan kalau cintanya yang tulus dan juga penuh gairah dapat membuat pria itu berubah hingga jatuh cinta kepadanya.Walau hatinya sempat sakit ketika menerima kenyataan kalau Aryan menikahinya dengan alasan lain tapi wanita itu sudah benar-benar jatuh cinta dengan segala perlakuan manis serta rasa perhatian yang diberikan pria itu sebelum Aghnia tahu kebenarannya.“Jadi, apakah kamu sudah memikirkannya? Maksudku, apakah kamu ingin bercerai atau tetap menjalani pernikahan ini?”Suara Aryan mampu mengagetkan Aghnia yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah mengganti pakaiannya. Pria itu memang langsung masuk ke kamarnya ketika melihat Aghnia yang keluar dari mobil melalui jendela yang ada di ruang kerjanya.“Apakah kau tidak bisa menunggu sebentar? Setidaknya jangan muncul tiba-tiba seperti ini karena kau hampir membuat jantung
Aghnia baru saja menginjakkan kakinya tepat di lobi perusahaan Pandawa Group. Tempat di mana papa kandungnya bekerja sebagai pemilik serta CEO perusahaan tersebut. Sebelumnya wanita itu sudah berusaha mencari tahu tentang informasi terkait pria yang bernama Pandu Pandawa di jejaring internet. Tapi tidak banyak hal yang Aghnia dapatkan sepertinya pria itu memang sangat menjaga privasinya. Namun satu hal yang wanita itu tahu kalau Pandu Pandawa adalah orang terkaya nomor satu di negara mereka jadi wajar saja tidak banyak informasi yang diketahuinya, bahkan foto wajahnya saja dengan sengaja disembunyikan. “Permisi Mbak, apakah Pak Pandu Pandawa masih bekerja di perusahaan ini?” tanya Aghnia pada resepsionis yang ada di sana. Sungguh saat ini wanita itu hanya ingin tahu bagaimana rupa sang papa dan berharap bisa melihatnya secara langsung, ya syukur-syukur bisa sekaligus mengobrol. “Maaf untuk Pak Pandu Pandawa yang dimaksud bekerja di bagian apa ya, Bu?” Resepsionis tersebut berusa
“Berhenti di situ atau aku akan berteriak, Aryan!”Ancaman wanita itu terdengar lucu di telinga Aryan hingga pria itu sempat terkekeh sebentar. Sementara Aghnia yang belum sadar hanya bisa mengerutkan dahinya.“Apa kamu pikir dengan berteriak orang-orang akan datang lalu menyeretku keluar dari kamar ini?”Seketika Aghnia mulai paham maksud ucapan Aryan hingga merutuki dirinya yang sangat bodoh. “Astaga Aghnia, bagaimana mungkin kamu dengan berani memberikan ancaman seperti itu kepada suamimu sendiri?”“Tentu saja bisa setelah aku mengatakan kalau kamu baru saja melakukan tindak kdrt kepadaku,” jawab Aghnia asal.“Oh, ya? Kalau begitu lakukan saja sekarang atau kau ingin melakukannya setelah aku melakukan hal buruk kepadamu?”Aryan menantang wanita itu seolah tidak mau kalah hingga Aghnia merasa sangat kesal dengan sikapnya. Sungguh rasanya Aghnia sangat rindu dengan sikap Aryan yang dulu walau penuh dengan kepura-puraan.“Sudahlah, jangan bahas hal ini lagi tapi aku benar-benar ingin
Pukul lima pagi pintu utama paviliun sudah terketuk dengan sangat kencang hingga membuat Aghnia segera keluar dari kamarnya untuk segera membuka pintu.“Mbak Aghnia maaf karena sudah mengganggu tapi saya terpaksa membawa Mas Aryan pulang karena tidak ingin jika kakek Haris tahu kalau Mas Aryan tidak ada di rumah semalam.”Sungguh Doni tidak ingin melakukan hal ini jika saja Aryan belum menikah karena akan lebih baik jika membawa pria yang saat ini dalam kondisi mabuk itu ke apartemen dan berbohong tentang keadaan pria itu.Rasanya Doni saat ini sedang mempertaruhkan nyawanya sendiri jika saja bertemu atau ketahuan kakek Haris. Beruntung lokasi paviliun Aryan sangat jauh dari rumah utama dan juga paviliun orang tua Aryan.“Baiklah, ayo bawa Aryan masuk ke dalam,” ajak Aghnia.Wanita itu mungkin masih kesal dengan sikap Aryan yang sebelumnya pergi begitu saja tanpa sebuah kejelasan yang pasti. Namun perlahan Aghnia mulai memahami kalau pria itu memang terjebak dengan pernikahan ini.Set







