"Siapa Mr. Joe?" Rachel menjerit kaget saat tiba-tiba Calvin muncul di belakangnya. Gadis itu melirik jam dinding dan sedikit heran pria itu sudah pulang sebelum tengah malam."Bukan siapa-siapa dia hanya mantan atasanku waktu magang" jawab Rachel. Calvin hanya mengangguk-anggukan kepala dan lalu membuka jasnya."Kau sudah makan malam?" pertanyaan basa basi dilontarkan Rachel agar suasana tidak terlalu canggung. Ia mencoba untuk bersikap lebih baik pada Calvin karena pria itu kemarin sempat merawatnya."Belum, kau sendiri bagaimana?" Rachel menjawabnya dengan gelengan kepala. "Aku akan minta chef untuk masak kalau begitu" Rachel menahan lengan Calvin. Gadis itu menggelengkan kepalanya lalu tersenyum."Sebagai ucapan terima kasih kemarin kau sudah merawatku, bagaimana kalau aku traktir makan malam di luar?" Calvin mengerutkan dahinya bingung."Boleh saja, kebetulan ini belum terlalu malam." segera saja Rachel berdiri lalu pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap."Tunggu 5 menit ya!" s
Mobil sedan mewah Calvin terparkir di pinggir jalan. Pria itu masih kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Ia masih menyangkal bahwa dirinya muntah dan Rachel sedang membersihkan apa yang baru saja ia muntahkan.Rachel mencoba membersihkan sebisanya, setidaknya sampai kursi pengemudi cukup bersih untuk digunakan kembali sementara waktu. Alat yang tersedia hanya sebotol air mineral dan sekotak tisu."Masih sedikit bau tapi sudah bisa kau gunakan kembali" Rachel memanggil Calvin yang hanya menatap jalan raya tanla melakukan apapun."Sudahlah ini juga salahku, aku yang membawamu ke tempat makan tadi. Maaf ya, aku benar-benar tidak tahu kalau perutmu lemah dengan makanan yang kurang higenis." Rachel mencoba membujuk Calvin. Ia sudah seperti itu sejak tadi turun dari mobil."Pulang naik taksi saja" ketus Calvin membuat Rachel kebingungan. "Sudah terlalu larut untuk cari taksi, di sini juga cukup sepi. Ayo masuk ke mobil jangan malu soal ini aku tidak akan membocorkannya ke siapapun." C
Rachel meregangkan tubuhnya saat sudah selesai mengerjakan seluruh pekerjaan yang ada. Ia menatikan laptopnya lalu membereskan semua barangnya setelah itu ia segera meninggalkan kantor.Sambil berjalan, ia melihat ke layar ponselnya. Dahinya mengerut saat melihat status pesanan gaunnya sudah sampai sejak kemarin tapi ia tidak melihat gaun tersebut. Ia mulai panik pasalnya acara akan diadakan dua hari lagi.Beberapa hari lalu ia menghubungi Mr. Joe untuk meminjam salah satu gaun koleksi milik pria blasteran itu, tapi sayang sekali Mr. Joe sedang berada di luar negeri dan butiknya tutup sementara. Hal itu berhasil membuat Rachel panik dan akhirnya ia memutuskan untuk membeli gaun melalui aplikasi online. Ia tidak punya banyak uang dan ia sudah memilih sebaik mungkin. Rachel memasuki kamarnya terburu-buru. Gadis itu mencoba menemukan paketnya namun nihil. "Kau cari apa?" Calvin memasuki kamar dan menatap Rachel heran. Rachel tidak menjawab. Gadis itu masih sibuk mencari ke segala penju
"Rach, aku minta maaf karena sudah membuang gaunmu sekarang ayo cepat siap-siap" ujar Calvin. Pria itu menatap Rachel penuh harap namun gadis itu masih sibuk dengan laptopnya tanpa sedikitpun menatap apalagi merespon ucapan Calvin.Sudah hampir dua hari Rachel tidak mau bicara dengan Calvin. Tidak. Sebenarnya Rachel tetap berbicara jika memang itu adalah sesuatu yang penting.Calvin menghela nafas."Jangan salahkan aku kalau aku memaksa." ujar Calvin kesal. Melihat Rachel yang masih belum melakukan apapun padahal hanya tersisa 3 jam lagi sampai acara dimulai sukses membuat kesabaran Calvin habis.Rachel harus datang kalau tidak acara itu akan kacau. Calvin benar-benar pening menghadapi Rachel kali ini. Ia sudah mengaku salah tapi entah mengapa gadis itu masih terus memusuhinya."Nyonya Miguel, kami akan membantu anda bersiap" Rachel mendelik kaget saat sekitar 6 orang wanita memasuki kamarnya. Para wanita yang terlihat sangat berpengalaman itu berhasil memaksa ia untuk bersiap. Rachel
"Aku minta maaf." ujar Rachel pelan bahkan suaranya hanpir tidak terdengar. Ia memutuskan untuk meminta maaf pada Calvin karena terlalu emosional perihal pria itu membuang gaunnya. Setelah ia renungkan, ia yakin Calvin melakukan itu demi kebaikan dirinya. Calvin tidak ingin ia dipermalukan dan ingin memberikan yang terbaik. Apalagi ini sekaligus menjadi acara pengumuman pernikahan mereka."Tidak masalah" jawaban datar Calvin membuat Rachel sedikit cemberut. Ia terlalu berharap rekasi Calvin akan berbeda.Perjalanan ditempuh hampir setengah jam dengan kondisi hening. Bahkan Nicky juga tidak berbicara apapun. Rachel hanya menatap ke luar jendela mobil.Pikirannya sedikit terganggu. Hampir semua karyawan membicarakan acara ini. Ia hanya takut dengan perlakuan yang akan ia dapatkan nanti di kantor jika semua orang tahu dirinya adalah Nyonya Miguel.Mobil berhenti dan pintu mobil dibuka. Calvin turun terlebih dahulu dan mengulurkan tanga
"Panggilkan petugas keamanan!" Mata Rachel membelalak. Diana tidak main-main sekarang. Tak bisa dipungkiri Rachel menjadi panik. Aura sudah menghilang mencari petugas keamanan.Benar saja, tidak butuh waktu lama untuk petugas keamanan berdiri di hadapannya."Maaf nona, kami mendapatkan laporan bahwa ada pengunjung yang menghadiri acara tanpa undangan. Bisakah anda memperlihatkan undangan acara ini?" Rachel terdiam mendengar pertanyaan dari petugas keamanan tersebut."Maaf pak, undangan saya ada di pasangan saya" ujar Rachel. Aura dan Diana langsung tertawa meremehkan."Baiklah, mungkin nona bisa menghubungi pasangannya terlebih dahulu." ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Menelpon Calvin juga sepertinya bukan ide yang bagus. Jika Calvin sampai saat ini belum kembali berarti ada sesuatu yang penting yang perlu diurus pria itu."Bagaimana nona?"pertanyaan petugas keamanan itu kembali menyadarkan Rachel. Sepertinya memang tidak ada pilihan lain lagi selain sekarang juga menghub
"Putuskan hubunganmu dengan keluarga Zimmer terutama Xander atau aku akan membatalkan kontrak dan menuntut ganti rugi padamu!"Hati Rachel mencelos saat mendengar perkataan Calvin. Pria itu bahkan tidak repot-repot bertanya pada dirinya mengenai hubungan ia dengan Xander.Rachel memilih untuk diam. Ia tidak mau membalas sepatah katapun. Mobil mereka berhenti di kediaman Miguel dan Calvin langsung pergi begitu saja. Pria itu bahkan tidak menoleh ke arah Rachel sedikitpun.Rachel tidak peduli. Ia keluar dari mobil dan duduk di anak tangga menuju pintu masuk rumah. Dilepaskannya sepatu hak tinggi yang ia kenakan. Rachel meringis kesakitan saat melihat darah mengalir dari kedua kakinya yang tergores oleh sepatu tersebut.Ini semua karena Calvin terus menyeretnya.Seolah belum cukup sampai disana, ia mendapati juga pergelangan tangannya yang membengkak. Rachel menghela nafas pasrah. Ia mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah tanpa peduli kakinya akan kotor
"Kau mau apa?"Calvin terperanjat kaget dan refleks langsung menjauhkan tubuhnya dari Rachel. Gadis itutiba-tiba saja terbangun."Aku sedang mengobati lukamu" jawab Calvin. Pria itu menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Maafkan aku" lanjutnya.Rachel mendudukkan tubuhnya. Gadis itu masih setengah tersadar tapi ia dapat mendengar dengan jelas bahwa Calvin sedang meminta maaf padanya."Maaf untuk apa?" Rachel kembali bertanya. Ia tidak mau semudah itu memafkan Calvin."Karena melukaimu dan semuanya" Rachel menatap Calvin yang tampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Hatinya luluh. Ia lalu menepuk kursi kosong disebelahnya meminta Calvin untuk duduk di sampingnya."Baiklah akan aku maafkan, tapi aku butuh penjelasan. Kau memperingatiku agar tidak membuat masalah dan menggagalkan acara tapi ternyata kamu yang mengacaukan semuanya." ujar Rachel panjang lebar. Calvin terdiam. Pria itu menatap Rachel."Semua karena Alexander Zimmer" jawab Calvin pelan. Rachel mengerutkan dahinya tidak pah