Share

2. Kecelakaan

last update Last Updated: 2022-07-13 17:41:08

Calvin melempar berkas berisi calon pasangan kontraknya. Tidak ada satupun yang berhasil menarik perhatian dirinya. Sial sekali. Padahal ia yakin pasti malam ini neneknya akan mengoceh lagi soal pasangan hidup. Calvin melonggarkan dasinya lalu melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ia bangun dari kursinya dan mulai bersiap pulang. Hari ini Nicky izin pulang cepat dan ia tahu apa yang akan dilakukan teman kecilnya itu.

Jalanan sudah cukup sepi sehingga mudah bagi Calvin yang memang ingin cepat pulang. Pria itu mulai memacu mobilnya sedikit lebih cepat dan tiba-tiba semua gelap. Calvin hanya bisa mendengar suara dentuman keras dan pecahan kaca. Tubuhnya kaku dan rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya. Ia tidak memiliki kekuatan untuk membuka matanya. Tangan kirinya masih bisa bergerak walau lemah, pria itu berusaha membuat isyarat meminta tolong tapi tidak bisa, ia terlalu lemah. Sayup- sayup ia mendengar suara seorang perempuan, ia mencoba membuka matanya dan ia berhasil melihat kalung yang dipakai gadis itu sebelum akhirnya hilang kesadaran.

~

Rachel berjalan pelan di trotoar sambil menenteng 2 kantung belanja. Ini akibat kalah suit dengan Tiara sehingga ia harus membeli keperluan rumah dan beberapa camilan selarut ini. Ia mengambil jalan pintas yang hanya berjarak sekitar 5 menit dari apartemen menuju minimarket 24 jam. Hawa dingin yang mulai menusuk menyadarkan Rachel untuk berjalan lebih cepat. Saat tiba di perempatan ia melihat mobil sedan hitam ringsek.

Rachel memekik kaget dan refleks menjatuhkan belanjaannya. Ia langsung berlari menuju mobil tersebut. Rachel mencoba untuk membuka pintu bagian pengemudi namun tidak bisa. Pintu itu ringsek. Rachel merogoh sakunya dan cepat-cepat menghubungi panggilan darurat.

Rachel melihat ke sekelilingnya dan menemukan tongkat besi. Gadis itu mencoba mengintip ke dalam mobil untuk memastikan lokasi penumpangnya sebelum ia memecahkan kaca. Setelah yakin, ia mencoba untuk menghancurkan kaca mobil dan akhirnya berhasil mengeluarkan pria pengemudi mobil tersebut setelah sebelumnya kesulitan karena posisi kaki pria itu terjepit. Tidak lama kemudian ambulance dan mobil polisi datang.

"Kamu walinya kan? Ayuk ikut saya." Rachel hanya mengangguk dan mengikuti tim medis masuk ke dalam ambulance. Pria yang ia selamatkan berlumuran darah dan sepertinya dalam kondisi yang kurang baik.

"Anda keluarganya?" Pertanyaan itu langsung di jawab dengan gelengan kepala oleh Rachel.

"Ia membutuhkan operasi darurat dan harus menunggu persetujuan keluarganya." Rachel terdiam

"Apakah ada cara dari pihak rumah sakit untuk menghubungi keluarganya?" Tanya Rachel.

"Ada kak, tapi kami butuh waktu dan kondisi pasien sangat kritis." Tepat setelah mengatakan itu tubuh pria itu kejang dan sekilas Rachel mendengar itu adalah henti jantung. Gadis itu bergetar. Waktu seperti berputar saat hal yang serupa terjadi pada ayahnya dan ia tahu pasti kalau henti jantung kali ini berhasil diatasi maka jika terjadi lagi sebelum ada tindak medis nyawa pria itu dalam bahaya.

Tidak. Rachel tidak akan membiarkan pria itu mati konyol karena sebuah berkas persetujuan. Rachel langsung berlari mencari suster tadi.

"Saya tunangannya."

~

Rachel menunggu di depan ruang operasi setelah selesai memberi kesaksian kepada pihak polisi. Gadis itu menatap ruang operasi dengan nanar. Andai saja waktu itu ada orang seperti dirinya yang membatu ayahnya mungkin kini ayahnya masih hidup.

Sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba saja ruang operasi itu menjadi ramai setelah kedatangan 3 orang.

"Cucuku..." tangis wanita lanjut usia itu sambil terduduk lemas. Rachel langsung menghampiri keluarga itu.

"Keluarga Pak Calvin?" Tanyanya hati-hati. Rachel mengetahui namanya setelah polisi menyerahkan dompet dan ponsel pria itu padanya. Rachel juga berhasil menghubungi keluarga itu melalui ponsel pria itu yang untungnya tidak terkunci.

Pundak Rachel disentuh seorang pria. Pria itu sama kacaunya dengan wanita lanjut usia tadi. Pria itu menggeleng dan memberikan isyarat agar Rachel mengikutinya.

"Terima kasih sudah menolong Calvin." Rachel kaget saat pria itu membungkuk sambil mengucapkan terima kasih.

"Tidak pak saya hanya melakukan yang seharusnya." Rachel mencoba mensejajarkan tubuhnya dengan pria tadi.

"Tidak anda benar-benar penyelamat. Tidak hanya Calvin tapi seluruh keluarga Miguel." Rachel hanya mengiyakan agar pria itu berhenti menunduk di depannya. Jujur ia sangat risih dan merasa tidak enak hati.

"Duduk dulu pak kita bicarakan dengan nyaman." Rachel mengajak pria itu untuk duduk dan pria itu langsung setuju.

Rachel menjelaskan situasinya dengan rinci mulai dari kecelakaan dan kondisi kritis pria itu sehingga membuat dirinya terpaksa mengaku sebagai tunangan pria itu. Ekspresi pria di depannya terlihat kaget dan tidak percaya.

"Sekali lagi terima kasih, untuk selanjutnya serahkan saja kepada saya. Oh iya perkenalkan saya Nicky Lewis sekretaris Pak Calvin sekaligus teman kecilnya." Pria itu mengulurkan kartu nama dan langsung diterima oleh Rachel. Gadis itu sedikit terkejut melihat logo kartu nama di tangannya. Miguel Group. Gila!

~

Rachel menatap kosong. Dirinya masih tidak percaya yang baru saja ia tolong adalah presdir perusahaan impiannya. Ini gila banget!

Lampu ruang operasi dipadamkan pertanda operasi sudah selesai. Tidak lama kemudian pintu besar itu terbuka dan seorang dokter keluar disusul dengan dua dokter lainnya.

"Keluarga Calvin Miguel." Panggilnya.

"Bagaimana keadaan cucu saya?"

"Operasinya berhasil, namun jika terlambat sedikit saja akan berakibat buruk. Syukurlah tunangan pasien datang tepat waktu." Wanita lanjut usia itu mendelik kaget. Tunangan?

"Pasien masih dalam pengaruh obat bius sehingga masih belum tersadar, sebentar lagi pasien akan segera di bawa ke ruang rawat inap." Semua orang disana menghela nafas lega.

Ketiga dokter itu meninggalkan mereka. Rachel dapat merasakan tatapan kebingungan dari semua orang disana. Nicky terlihat panik namun baru saja pria itu ingin menjelaskan, Carla sudah memeluk Rachel.

"Terima kasih. Aku senang ternyata Calvin punya tunangan semulia ini." Rachel mendelik kaget atas pelukan mendadak itu. Namun tidak dapat dipungkiri ia merasakan kehangatan dari pelukan ini.

"Siapa namamu?" Rachel mencoba menormalkan ekspresinya.

"Aku Rachel Lee nyonya bisa panggil aku Rachel." Jawab Rachel sesopan mungkin. Jujur ia agak gugup. Alasan pertama karena identitasnya sebagai tunangan palsu terungkap dan alasan kedua wanita lanjut usia di depannya ini tampak memiliki aura yang luar biasa.

"Jangan panggil nyonya, panggil aku nenek." Rachel tertegun lalu mengangguk.

"Nicky sudah menceritakan kronologinya, terima kasih kamu sudah menyelamatkan Calvin. Dia cucuku satu-satunya. Hartaku satu-satunya." Carla menggenggam tangan Rachel dan ini semakin membuat Rachel tidak nyaman. Rachel mencoba melirik Nicky namun pria ini hanya mengatupkan kedua tangannya dengan ekspresi memohon. Dirinya menyimpulkan bahwa Nicky ingin ia tidak melakukan apapun dan mengiyakan saja dulu.

'Yasudahlah nanti jika kondisinya sudah tenang ia akan menjelaskan semuanya, sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat' pikir Rachel.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   61. Rose (1)

    "Bagaimana kondisi kakimu hari ini?" Rachel tersentak saat mendengar suara Calvin."Baik, seperti yang kau lihat aku sudah bisa berjalan sendiri." Rachel menunjukkan kakinya pada Calvin. Ia memang sudah bisa beraktivitas dengan normal lagi setelah 2 minggu istirahat dan pemulihan."Bekas lukanya masih ada." Ujar Calvin saat melihat bekas luka jahitan di kaki Rachel yang masih terlihat cukup jelas."Tidak masalah, nanti juga dia akan memudar." Rachel menjawab sekenanya. Sejak membaca pesan singkat dari Rose malam itu, Rachel sudah membuat keputusan. Ia tidak boleh lagi terbuai oleh perhatian dan semua hal romantis yang dilakukan Calvin.Bahkan ia juga sudah mulai menyiapkan diri jika Calvin mulai mengungkit perceraian dengannya."Kau mau kemana?" Calvin mengerutkan dahinya bingung saat menyadari Rachel sudah rapi dengan pakaian semi formal."Kerja, kau pikir apalagi?" Rachel menjawabnya dengan bingung. Ia sudah lama tidak ke kantor apakah pria itu lupa ka

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   60. Rose (1)

    "Apa aku salah kalau perhatian dengan istriku sendiri?""AARRGGHHHHH!!!" Rachel berteriak heboh sambil menjambak rambutnya saat perkataan Calvin kembali terngiang-ngiang di kepalanya.Rachel tidak bisa tidur semalaman memikirkan perkataan Calvin yang berhasil membuat perasaannya kembali goyah. Sampai detik ini juga Rachel masih belum memantapkan hatinya tentang perasaannya pada Calvin.Di satu sisi Rachel merasa dirinya memiliki perasaan untuk pria itu karena perhatian yang selama ini Calvin berikan namun di satu sisi lainnya Rachel merasa semua itu hanyalah sandiwara belaka. Statusnya hanya sebagai istri pura-pura dari seorang Calvin Miguel."Rambutmu kenapa?" Rachel tersnetak kaget saat Calvin tiba-tiba masuk dna memergokinya yang sedang berantakan. Dengan cepat Rachel merapikan rambut menggunakan tangan sebisanya."Ada apa?" Tanya Calvin lagi. Pria itu membuka laci di sebelah ranjang rawat Rachel dan mengambil sebuah sisir.

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   59. Dilema Hati (4)

    Calvin menghela napas saat keluar dari kamar rawat Rachel. Pria itu benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan kali ini.Ia memutuskan untuk menghindar sejenak sambil mencari secangkir kopi untuk menyegarkan dirinya."Calvin" Seorang gadis berambut sebahu menghampirinya. Calvin terdiam.Ia tahu gadis yang kini berdiri di hadapannya adalah Rose. Cinta pertamanya."Sedang apa kau disini?" Tanya Calvin dingin. Gadis itu tampak tidak peduli dan memamerkan senyuman manis."Bukankah seharusnya kau senang melihatku disini?" Rose balik bertanya."Aku tidak ingin melihatmua disini." Calvin berniat untuk berjalan mendahului Rose namun gadis itu menghadangnya."Jangan begitu, aku disini untuk menjenguk istrimu." ujar Rose sabtai sambil melambaikan sebuket bunga yang ua bawa sejak tadi."Rachel tidak butuh dijenguk olehmu. Sebaiknya kau oergi dan jangan buat masalah." Rose tertawa sinis."Kau masih sakit hati dengan penolakkanku? Kalau begitu apaka

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   58. Dilema Hati (3)

    "Kau sudah bangun?" Rachel mengerjapkan matanya kaget saat mendengar suara Calvin begitu ia membuka matanya.Pria itu sedang duduk di kursi kecil tepat di sebelah ranjang rawatnya sambil memangku laptop. Calvin bertanya tanpa mengalihkan perhatian dari layar laptopnya."Kau tidak ke kantor?" Rachel bertanya dengan kebingungan. Gadis itu berusaha untuk bangun dan duduk bersandar.Melihat Rachel yang kesulitan, Calvin dengan sigap membantu gadis itu. "Aku sudah bilang aku akan terus bersamamu sampai kau benar-benar pulih." Calvin menjawab seraya membantu Rachel mengatur posisi.Selesai membantu Rachel, Calvin kembali mengambil laptopnya namun kali ini pria itu meletakkan laptopnya di atas meja.Calvin mulai menata laptopnya bersamaan dengan banyak berkas-berkas yang menumpuk di sekitarnya. Rachel menatap pria itu kebingungan. Calvin tampak sibuk."Kau sepertinya cukup sibuk, apa tidak sebaiknya kau kembali ke kantor?" Tanya Rachel hati-hati takut menyinggung pria itu lagi."Aku tidak s

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   57. Dilema Hati (2)

    "Ceraikan Calvin, aku yang seharusnya ada di posisi ini.""Maksudmu? Siapa kau berani bicara seperti itu?" Rachel bertanya dengan sedikit amarah. Gadis di deoannya begitu santai dan lancar mengatakan hal tersebut seolah itu bukanlah hal yang serius."Posisi Nyonya Miguel milikku. Andai saja waktu itu aku tidak memilih untuk melanjutkan pendidikan ke Canada pasti sekarang aku yang menikah dengan Calvin.""Calvin sudah menikah denganku nona." Rachel tersneyum sinis menbuat gadis di hadapannya menatap tidak suka."Calvin hanya mencintaiku seumur hidupnya, bahkan Diana tidak bisa mendapatkan Calvin setelah semua yang ia lakukan. Sekarang aku sudah kembali, kita lihat saja siapa yang akan Calvin pilih." Gadis itu mengucapkan kata demi kata dengan penuh penekanan. Rachel sedikit terkejut saat gadis itu melemparkan sebuah kertas kecil ke pangkuannya sebelum berbalik pergi."Apa itu?" Tanya Tiara penasaran.Rachel mengambil kertas tersbeut dan membaca isiny

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   56. Dilema Hati (1)

    "Kau gila? Kenapa kau melakukan itu?" Tiara meneriaki Rachel setelah Rachel selesai menceritakan kronologi kejadian yang menyebabkan dirinya sekarang terbaring di ranjang rumah sakit.Hari ini Calvin sudah kembali bekerja setelah Rachel membujuknya dengan berbagai macam cara. Tidak mudah untuk membujuk pria itu namun akhirnya Calvin setuju dengan segudang syarat yang harus Rachel penuhi. Salah satunya adalah harus ada orang yang menjaga Rachel disaat Calvin tidak ada.Kali ini Rachel benar-benar bingung dengan sikap Calvin.Ia sadar dan sangat sadar akan posisinya yang hanya sebagai istri pura-pura dari pria itu lalu apa yang menyebabkan pria itu memperlakukannya dengan penuh perhatian seakan ia benar-benar menjadi istrinya?"Tapi pria itu tau cara berterima kasih juga ya, kudengar ini kamar private untuk keluarga Miguel di rumah sakit ini." "Cara berterima kasih?" Rachel tercengang mendengar perkataan Tiara."Lalu kalau bukan cara pria itu untuk berter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status