Share

2. Kecelakaan

Calvin melempar berkas berisi calon pasangan kontraknya. Tidak ada satupun yang berhasil menarik perhatian dirinya. Sial sekali. Padahal ia yakin pasti malam ini neneknya akan mengoceh lagi soal pasangan hidup. Calvin melonggarkan dasinya lalu melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ia bangun dari kursinya dan mulai bersiap pulang. Hari ini Nicky izin pulang cepat dan ia tahu apa yang akan dilakukan teman kecilnya itu.

Jalanan sudah cukup sepi sehingga mudah bagi Calvin yang memang ingin cepat pulang. Pria itu mulai memacu mobilnya sedikit lebih cepat dan tiba-tiba semua gelap. Calvin hanya bisa mendengar suara dentuman keras dan pecahan kaca. Tubuhnya kaku dan rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya. Ia tidak memiliki kekuatan untuk membuka matanya. Tangan kirinya masih bisa bergerak walau lemah, pria itu berusaha membuat isyarat meminta tolong tapi tidak bisa, ia terlalu lemah. Sayup- sayup ia mendengar suara seorang perempuan, ia mencoba membuka matanya dan ia berhasil melihat kalung yang dipakai gadis itu sebelum akhirnya hilang kesadaran.

~

Rachel berjalan pelan di trotoar sambil menenteng 2 kantung belanja. Ini akibat kalah suit dengan Tiara sehingga ia harus membeli keperluan rumah dan beberapa camilan selarut ini. Ia mengambil jalan pintas yang hanya berjarak sekitar 5 menit dari apartemen menuju minimarket 24 jam. Hawa dingin yang mulai menusuk menyadarkan Rachel untuk berjalan lebih cepat. Saat tiba di perempatan ia melihat mobil sedan hitam ringsek.

Rachel memekik kaget dan refleks menjatuhkan belanjaannya. Ia langsung berlari menuju mobil tersebut. Rachel mencoba untuk membuka pintu bagian pengemudi namun tidak bisa. Pintu itu ringsek. Rachel merogoh sakunya dan cepat-cepat menghubungi panggilan darurat.

Rachel melihat ke sekelilingnya dan menemukan tongkat besi. Gadis itu mencoba mengintip ke dalam mobil untuk memastikan lokasi penumpangnya sebelum ia memecahkan kaca. Setelah yakin, ia mencoba untuk menghancurkan kaca mobil dan akhirnya berhasil mengeluarkan pria pengemudi mobil tersebut setelah sebelumnya kesulitan karena posisi kaki pria itu terjepit. Tidak lama kemudian ambulance dan mobil polisi datang.

"Kamu walinya kan? Ayuk ikut saya." Rachel hanya mengangguk dan mengikuti tim medis masuk ke dalam ambulance. Pria yang ia selamatkan berlumuran darah dan sepertinya dalam kondisi yang kurang baik.

"Anda keluarganya?" Pertanyaan itu langsung di jawab dengan gelengan kepala oleh Rachel.

"Ia membutuhkan operasi darurat dan harus menunggu persetujuan keluarganya." Rachel terdiam

"Apakah ada cara dari pihak rumah sakit untuk menghubungi keluarganya?" Tanya Rachel.

"Ada kak, tapi kami butuh waktu dan kondisi pasien sangat kritis." Tepat setelah mengatakan itu tubuh pria itu kejang dan sekilas Rachel mendengar itu adalah henti jantung. Gadis itu bergetar. Waktu seperti berputar saat hal yang serupa terjadi pada ayahnya dan ia tahu pasti kalau henti jantung kali ini berhasil diatasi maka jika terjadi lagi sebelum ada tindak medis nyawa pria itu dalam bahaya.

Tidak. Rachel tidak akan membiarkan pria itu mati konyol karena sebuah berkas persetujuan. Rachel langsung berlari mencari suster tadi.

"Saya tunangannya."

~

Rachel menunggu di depan ruang operasi setelah selesai memberi kesaksian kepada pihak polisi. Gadis itu menatap ruang operasi dengan nanar. Andai saja waktu itu ada orang seperti dirinya yang membatu ayahnya mungkin kini ayahnya masih hidup.

Sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba saja ruang operasi itu menjadi ramai setelah kedatangan 3 orang.

"Cucuku..." tangis wanita lanjut usia itu sambil terduduk lemas. Rachel langsung menghampiri keluarga itu.

"Keluarga Pak Calvin?" Tanyanya hati-hati. Rachel mengetahui namanya setelah polisi menyerahkan dompet dan ponsel pria itu padanya. Rachel juga berhasil menghubungi keluarga itu melalui ponsel pria itu yang untungnya tidak terkunci.

Pundak Rachel disentuh seorang pria. Pria itu sama kacaunya dengan wanita lanjut usia tadi. Pria itu menggeleng dan memberikan isyarat agar Rachel mengikutinya.

"Terima kasih sudah menolong Calvin." Rachel kaget saat pria itu membungkuk sambil mengucapkan terima kasih.

"Tidak pak saya hanya melakukan yang seharusnya." Rachel mencoba mensejajarkan tubuhnya dengan pria tadi.

"Tidak anda benar-benar penyelamat. Tidak hanya Calvin tapi seluruh keluarga Miguel." Rachel hanya mengiyakan agar pria itu berhenti menunduk di depannya. Jujur ia sangat risih dan merasa tidak enak hati.

"Duduk dulu pak kita bicarakan dengan nyaman." Rachel mengajak pria itu untuk duduk dan pria itu langsung setuju.

Rachel menjelaskan situasinya dengan rinci mulai dari kecelakaan dan kondisi kritis pria itu sehingga membuat dirinya terpaksa mengaku sebagai tunangan pria itu. Ekspresi pria di depannya terlihat kaget dan tidak percaya.

"Sekali lagi terima kasih, untuk selanjutnya serahkan saja kepada saya. Oh iya perkenalkan saya Nicky Lewis sekretaris Pak Calvin sekaligus teman kecilnya." Pria itu mengulurkan kartu nama dan langsung diterima oleh Rachel. Gadis itu sedikit terkejut melihat logo kartu nama di tangannya. Miguel Group. Gila!

~

Rachel menatap kosong. Dirinya masih tidak percaya yang baru saja ia tolong adalah presdir perusahaan impiannya. Ini gila banget!

Lampu ruang operasi dipadamkan pertanda operasi sudah selesai. Tidak lama kemudian pintu besar itu terbuka dan seorang dokter keluar disusul dengan dua dokter lainnya.

"Keluarga Calvin Miguel." Panggilnya.

"Bagaimana keadaan cucu saya?"

"Operasinya berhasil, namun jika terlambat sedikit saja akan berakibat buruk. Syukurlah tunangan pasien datang tepat waktu." Wanita lanjut usia itu mendelik kaget. Tunangan?

"Pasien masih dalam pengaruh obat bius sehingga masih belum tersadar, sebentar lagi pasien akan segera di bawa ke ruang rawat inap." Semua orang disana menghela nafas lega.

Ketiga dokter itu meninggalkan mereka. Rachel dapat merasakan tatapan kebingungan dari semua orang disana. Nicky terlihat panik namun baru saja pria itu ingin menjelaskan, Carla sudah memeluk Rachel.

"Terima kasih. Aku senang ternyata Calvin punya tunangan semulia ini." Rachel mendelik kaget atas pelukan mendadak itu. Namun tidak dapat dipungkiri ia merasakan kehangatan dari pelukan ini.

"Siapa namamu?" Rachel mencoba menormalkan ekspresinya.

"Aku Rachel Lee nyonya bisa panggil aku Rachel." Jawab Rachel sesopan mungkin. Jujur ia agak gugup. Alasan pertama karena identitasnya sebagai tunangan palsu terungkap dan alasan kedua wanita lanjut usia di depannya ini tampak memiliki aura yang luar biasa.

"Jangan panggil nyonya, panggil aku nenek." Rachel tertegun lalu mengangguk.

"Nicky sudah menceritakan kronologinya, terima kasih kamu sudah menyelamatkan Calvin. Dia cucuku satu-satunya. Hartaku satu-satunya." Carla menggenggam tangan Rachel dan ini semakin membuat Rachel tidak nyaman. Rachel mencoba melirik Nicky namun pria ini hanya mengatupkan kedua tangannya dengan ekspresi memohon. Dirinya menyimpulkan bahwa Nicky ingin ia tidak melakukan apapun dan mengiyakan saja dulu.

'Yasudahlah nanti jika kondisinya sudah tenang ia akan menjelaskan semuanya, sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat' pikir Rachel.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status