Share

Istri Pura-Pura Sang CEO
Istri Pura-Pura Sang CEO
Penulis: momonlittlemonster

1. Calvin

"Rapat dengan Tim Perencanaan pukul 10 dilanjutkan dengan makan siang dengan perwakilan dewan pukul 12 siang, pukul 3 sore ada rapat dengan direktur BN Ads lalu dilanjutkan dengan rapat mingguan..."

Calvin duduk di kursi penumpang sambil membaca dokumen melalui tabletnya sambil mendengarkan Nicky sekretarisnya membacakan jadwal hari ini.

"Pak, hari ini nenek anda ada jadwal bertemu dokter pukul 2 siang apa perlu ada jadwal yang saya ubah?" Nicky melirik atasannya melalui kaca spion lalu kembali memfokuskan pandangannya ke jalan raya.

"Tidak ada, nenek akan pergi dengan Bu Shella." Jawaban singkat Calvin dibalas dengan anggukan Nicky.

Mobil mereka berhenti di lobby Miguel Group. Perusahaan kosmetik dan kesehatan nomor satu se Asia dan Eropa. Calvin turun dari mobilnya sambil diikuti beberapa orang yang sudah bersiap di dalam lobby menunggu kedatangan Calvin mereka tidak lain dan tidak bukan adalah para direktur tim yang hanya memiliki waktu 5 menit dalam seminggu untuk menyampaikan perkembangan, masalah, ataupun dokumen proyek dan 5 menit itu akan berakhir saat Calvin tepat berdiri di depan ruang CEO.

'Lima menit kematian'

Begitulah sebutan para karyawan mengenai tradisi yang mulai ada 3 tahun lalu saat Calvin resmi menjabat sebagai CEO Miguel Group.

~

Rachel mendelik kaget saat melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul 2 siang. Gadis berambut sepunggung itu langsung berlari meninggalkan apartemennya tanpa mempedulikan apapun. Hari ini ia harus pergi wawancara untuk menjadi penyiar online tetap dan ini mungkin adalah kesempatan pertama dan terakhir untuk bergabung di perusahaan idolanya, Miguel Group. Bayangkan saja siapa yang tidak mau bergabung ke perusahaan besar tersebut?

"Rach jangan bilang kamu lupa mengganti pakaian." Suara di seberang telpon menyadarkan Rachel yang sibuk berlarian di jalan. Gadis itu melirik pakaiannya sambil tetap berlari lalu meringis.

"Duh Ara udah engga ada waktu." Sahut Rachel sambil tersenyum kecil saat gedung Miguel Group sudah terlihat. Gadis itu semakin mempercepat larinya.

"Rachel! Tapi kamu mau wawancara bagaimana mungkin hanya pakai kaos oversize dan celana pendek?" Seru Tiara.

"Udah dulu ya Ra aku udah sampai nih nanti aku kabarin ya! bye bye!" Rachel langsung mematikan telepon ini dengan cepat. Menurutnya semua pakaian sama saja. Rachel menolehkan kepalanya dan berdecak kagum melihat interior lobby namun ia cepat menyadarkan dirinya dan berlari menuju resepsionis.

"Siang kak, aku penyiar online yang mau ikut wawancara." Resepsionis itu menatap Rachel dengan pandangan bingung.

"Atas nama siapa?"

"Rachel Lee" Jawab Rachel sambil memamerkan senyuman manisnya.

"Silahkan naik ke lantai 10 ya."

Rachel menekan angka 10 lalu menoleh ke arah cermin besar di dalam lift. Ia sedikit merapikan penampilannya namun mata tajam seorang pria menatapnya melalui cermin tersebut dan hal itu sontak membuat dirinya terkejut.

"Siapa?" Suara berat pria itu membuat Rachel membeku sepersekian detik lalu memiringkan kepalanya.

"Ah, aku mau wawancara, kau tahu kan penyiar online." Jawab Rachel sambil tersenyum canggung. Entah apa masalahnya tapi ia merasa udara di dalam lift tersebut sangat menusuk. Pria itu mengangkat sebelah alisnya bertepatan dengan dentingan pintu lift terbuka di lantai 10. Rachel buru-buru keluar. Bukan hanya karena udara di dalam lift yang tiba-tiba mencekam tapi ia juga sudah hampir terlambat.

~

"Nenek, bagaimana konsultasi dengan dokter hari ini?" Calvin menghampiri neneknya segera setelah sampai di kediaman keluarga Miguel. Wanita lanjut usia itu meletakkan cangkir tehnya dan menatap Calvin serius.

"Nenek harus bicara denganmu." Calvin menatap neneknya kebingungan namun pria itu tetap menarik kursi dan duduk di sebelah neneknya.

"Nenek sudah tua Vin, kamu satu-satunya penerus Miguel." Calvin menghela nafas pelan tahu akan menuju kemana arah pembicaraan ini. "Apakah kamu sudah punya calon istri?" Pertanyaan Neneknya sontak membuat Calvin langsung mendelik kaget.

"Nek, cari calon istri tidak semudah itu." Jawab Calvin sambil menghela napas panjang.

"Kalau begitu apa perlu nenek bantu? Nenek bisa kenalkan beberapa gadis cucu teman-teman nenek kamu tinggal beritahu nenek kriterianya." Calvin mengurut dahinya kebingungan. Nenek Carla adalah satu-satunya orang di dunia ini yang mendapat kasih sayang dari Calvin.

"Aku sudah punya pacar nek, tolong jangan jodohkan aku." Habis mengatakan kalimat itu Calvin merutuk dalam hati. Pacar dari mana, teman wanita saja tidak punya. Namun di sisi lain nenek Carla tersenyum bahagia dan mulai memberondong Calvin dengan berbagai macam pertanyaan.

"Nanti aku jawab ya nek, aku lelah banget hari ini." Calvin tersenyum kecil, memeluk neneknya dan berjalan menuju kamarnya.

~

Calvin membuka pintu kamarnya dan mulai membersihkan dirinya. Perkataannya tadi terngiang-ngiang membuat dirinya pusing. Sial kenapa kata-kata itu bisa terucap tanpa ia memikirkan akibatnya. Calvin mematikan kran air lalu membungkus tubuhnya dengan bathrobe dan keluar dari kamar mandi. Diambilnya ponsel yang terletak di atas kasur dan ia segera menekan tombol panggilan cepat.

"Nicky, carikan wanita yang bisa menjalankan hubungan kontrak denganku. Besok gelar wawancaranya." Calvin langsung memutuskan sepihak panggilan itu lalu mengambil laptopnya. Jemarinya mulai mengetikkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi sebagai pasangan kontrak.

~

Rachel merebahkan diri di sofa tanpa memperdulikan teriakan sahabatnya Tiara yang menyuruh untuk mandi terlebih dahulu.

"Jorok banget tau ga!" Seru Tiara kesal sambil melempari Rachel dengan bantal.

"Aduh iya iya!" Seru Rachel lalu duduk.

"Hasil wawancaranya gimana?" Pertanyaan Tiara membuat mata Rachel mendelik.

"Serius ini pasti berhasil!" Rachel menjawabnya dengan mata berbinar.

"Yakin banget?" Pertanyaan Tiara langsung membuat Rachel kesal seketika.

"Tolong ya Ra mood bagus tuh jangan dirusak." Tiara tertawa geli.

"Iya iya jadi gimana tadi?"

"Aman, mereka suka sama portfolio kita, semoga kita cepat dapat kepastian deh." Jawaban Rachel langsung di amini oleh Tiara.

Rachel membuka pintu kamarnya, meletakan tasnya lalu merebahkan diri di kasur. Pikirannya melayang memikirkan ibunya. Rachel anak cantik dan periang awalnya adalah seorang putri dari keluarga kaya raya. Sampai menginjak usia 15 tahun ia tersadarkan oleh kondisi ekonomi setelah ayahnya meninggal akibat serangan jantung saat sadar perusahaannya tertipu triliunan. Sejak saat itu Rachel hanya tinggal bersama ibu dan adik laki-lakinya yang usianya saat itu baru 5 tahun. Cobaan demi cobaan sudah ia lalui dan kali ini adalah yang terberat. Ibunya sakit dan harus cuci darah setidaknya seminggu 2 kali, belum lagi daftar tunggu operasi yang panjang membuat dirinya semakin khawatir akan kondisi sang ibu.

Rachel membalikan tubuhnya mencari ponsel yang tadi sempat ia letakan di kasur. Ia mengecek aplikasi pesannya dan menemukan pesan dari Juan adiknya. Pesan berisi bahwa kondisi ibunya baik-baik saja selepas cuci darah hari ini. Rachel menghela napas lega lalu menghubungkan ponselnya dengan pengisi daya. Perlahan tapi pasti, matanya mulai tertutup.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status