Share

3. Pasangan Kontrak (1)

Rachel menatap ruang rawat inap VIP dengan kagum. Selera orang kaya memang berbeda pikirnya. Ruang rawat VIP itu tampak seperti apartemen mewah yang bahkan terdapat dapur, ruang makan dan ruang keluarga. Rachel meringis kecil jika mengingat ruang rawat ibunya.

Carla langsung berdiri saat melihat Rachel memasuki ruang rawat cucunya. Wanita lanjut usia itu menghampiri Rachel dan meraih tangannya.

"Ini sudah larut malam sebaiknya kamu beristirahat di rumah dulu. Besok pagi kamu bisa datang lagi, malam ini biar Nicky antar kamu pulang ya nanti Bu Shella yang akan menjaga Calvin." Rachel kebingungan. Tujuannya datang kesini memang untuk berpamitan pulang sekaligus meluruskan kesalahpahaman ini. Namun perkataan Carla membuat dirinya terpojok.

"Nek maaf tapi--"

"Rachel mari saya antar pulang." Perkataannya dipotong oleh Nicky. Dalam hati Rachel mendengus kesal. Tapi ia memutuskan untuk mengikuti Nicky dan berpamitan dengan Nenek Carla serta Bu Shella.

Hening. Mereka berdua hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing hingga sudah berada di lobby.

"Maaf tapi sepertinya aku pulang sendiri saja." Ujar Rachel memecah keheningan. Nicky menoleh dan terdiam sejenak.

"Nyonya sudah menyuruh saya untuk mengantarkan anda pulang." Nicky menjawab dengan sopan.

"Tapi saya bukan tunangannya, saya juga sudah menjelaskan dan saya harap anda akan meluruskan kesalahpahaman ini dengan Nenek Carla." Jawab Rachel panjang lebar. Jujur ia merasa sedikit kesal dengan pria di hadapannya ini.

"Besok saya tidak akan datang lagi." Rachel mengucapkan kalimat itu dan langsung menaiki taksi yang kebetulan ada di depan lobby rumah sakit. Tanpa menunggu jawaban dan persetujuan dari Nicky gadis itu menyuruh supir taksi melaju.

~

Calvin terbangun. Pria itu mencoba mengangkat tubuhnya untuk duduk tapi dirinya terlalu lemah seolah semua tenaganya terkuras habis. Nicky yang kebetulan menjaga Calvin menyadari kesadaran Calvin sudah kembali dan cepat-cepat menekan tombol panggilan lalu menenangkan Calvin yang masih terus mencoba untuk bangun.

"Vin, tenang." Nicky memegang kedua bahu Calvin dan menatap matanya. Calvin terdiam dan memilih untuk menuruti Nicky. Tidak lama segerombolan dokter dan suster datang untuk mengecek keadaan Calvin. Calvin hanya terdiam dan sesekali menjawab pertanyaan yang diajukan. Kepalanya terasa sakit, terlebih kaki kanannya.

Setelah memastikan gerombolan dokter itu keluar ruang rawatnya Calvin berdeham. Nicky langsung menghampiri Calvin dan tersenyum kecil tahu pasti Calvin meminta penjelasan mengenai kondisinya.

"Kecelakaan Vin, ada truk yang nabrak dan kabur. Jalanan juga sepi tapi untuknya ada cewek yang kebetulan lewat dan langsung telpon pihak berwajib." Jelas Nicky singkat. Gaya bicara Nicky yang menggunakan bahasa informal memberikan sinyal pada Calvin bahwa dirinya disini sebagai teman bukan sekretarisnya.

"Tenang aja, seperti yang dokter bilang tadi, cukup rawat inap selama satu minggu dan istirahat di rumah pasti nanti bisa kembali ke aktivitas normal." Nicky melanjutkan penjelasannya. Calvin mengangguk.

"Tapi ada satu masalah Vin." ujar Nicky pelan. Calvin menoleh ke arah Nicky. Firasatnya tidak baik soal ini. Nicky mulai menceritakan kronologi mengenai Rachel yang mengaku sebagai tunangan Calvin untuk menolong pria itu, ditambah hal ini tidak sengaja diketahui oleh Nenek Carla. Calvin terdiam berpikir sejenak.

"Dia yang menolongku kan?" Nicky langsung mengiyakan pertanyaan Calvin.

"Menurut kamu dia bagaimana?" Pertanyaan Calvin membuat Nicky mengernyitkan dahinya kebingungan.

"Cantik dan mandiri?" Jawab Nicky bingung. Bahkan jawaban itu terdengar seperti pertanyaan.

"Selidiki informasi pribadi, keluarga, saudara, pekerjaan, semuanya. Aku akan mempertimbangkan dia untuk menjalani hubungan kontrak denganku." Nicky terkejut namun langsung mengiyakan. Pria itu segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

~

Rachel memekik kegirangan dan langsung mencari Tiara sambil meloncat-loncat.

"ARAAAA!!" Teriakan Rachel menggema di seluruh apartment. Tiara keluar dari kamarnya dengan mata masih setengah tertutup. Rachel langsung melompat memeluk Tiara. Tiara yang kaget hampir kehilangan keseimbangan.

"Ada apa pagi-pagi begini?" Rachel menunjukkan ponselnya sambil tersenyum lebar.

"Ra, kita diterima! Kita bisa jadi penyiar tetap Miguel Group!" Tiara langsung tersadar. Gadis itu sontak ikut teriak kegirangan.

Rachel mengambil ponselnya yang terus berkedip. Gadis itu menatap bingung nomor yang terus menghubungi dari tadi pagi. Nomor tidak dikenal yang menurutnya sangat mengganggu. Tiba-tiba saja layar ponselnya berkedip dan sebuah pesan masuk.

[Saya Nicky Lewis kita bertemu di rumah sakit 3 hari yang lalu. Ada beberapa hal yang harus Pak Calvin diskusikan dengan anda. Mohon anda menemui beliau di rumah sakit pukul 3 sore ini. Terima kasih.]

Rachel mengernyitkan dahinya saat membaca pesan formal tersebut.

'Untuk apa Pak Calvin mencariku?'

~

Rachel melangkahkan kakinya di lorong rumah sakit. Awalnya ia tidak berniat untuk datang, tapi sepertinya bukan hal yang baik jika ia tidak datang dan Calvin mengetahui kalau ia adalah salah satu karyawannya. Rachel tidak bisa berhenti memikirkan sebenarnya hal penting apa yang perlu mereka bicarakan.

Rachel mengetuk pintu ruang rawat VIP dengan pelan dan ruangan itu langsung terbuka. Di hadapannya terlihat Nicky dengan setelan formal sambil mengangguk memberikan salam padanya. Rachel balas mengangguk kecil.

"Kalau begitu aku akan cari kopi dulu." ujar Nicky lalu menutup pintu ruang rawat itu menyisakan Rachel dan Calvin.

Calvin duduk bersandar di atas tempat tidurnya sambil memegang tablet. Rachel berjalan perlahan mendekati pria itu. Tepat saat ia hanya berjarak sekitar tiga langkah pria itu meletakan tabletnya dan menatap Rachel.

"Silahkan duduk Rachel Lee." Calvin menunjuk kursi yang terletak disamping kasur pasien. Rachel mengangguk dan duduk disana.

"Berapa yang kau butuhkan per bulan?" Pertanyaan Calvin sotak membuat Rachel kebingungan.

"Maaf maksud anda apa?"

"Jadi pasangan kontrak saya dan saya akan bayarkan sejumlah yang anda inginkan." Rachel mendelik kaget. Ucapan Calvin benar-benar dingin. Pria itu menyodorkan map berisi dokumen yang sepertinya adalah kontrak yang baru saja pria itu bahas dengannya.

"Saya jamin anda tidak akan dirugikan dari kesepakatan ini. Di kontrak saya tulis akan memberikan anda sejumlah 50.000 USD untuk uang muka dan 10.000 USD setiap bulannya. anda bisa katakan pada saya jika jumlah tersebut kurang." Ingin sekali Rachel menggampar pria di depannya. Awalnya ia sempat berpikir pria itu ingin berterima kasih tapi apa-apaan ini?

"Maaf saya tidak akan menyetujui kontrak ini." Rachel meletakkan dokumen kontrak tadi tepat dipangkuan Calvin dan segera berdiri berjalan menuju pintu.

"Oh satu lagi, saya juga akan menempatkan nama ibu anda, Anetha Lee di daftar paling atas daftar tunggu donor. Saya juga akan membayar seluruh biaya pengobatannya." Rachel membeku. Ibunya.

Gadis itu mematung. Pria ini berkata akan membantu pengobatan ibunya. Dengan pikiran yang masih kacau Rachel membalikkan tubuhnya. Pria itu menyeringai puas.

"Anda bisa membantu ibu saya mendapatkan donor?" Suara Rachel bergetar.

"Saya bisa lakukan semuanya." Rachel menutup matanya dan menarik napas panjang.

"Apa syaratnya?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status