Home / Romansa / Istri Pura-Pura Sang CEO / 3. Pasangan Kontrak (1)

Share

3. Pasangan Kontrak (1)

last update Last Updated: 2022-07-13 17:41:33

Rachel menatap ruang rawat inap VIP dengan kagum. Selera orang kaya memang berbeda pikirnya. Ruang rawat VIP itu tampak seperti apartemen mewah yang bahkan terdapat dapur, ruang makan dan ruang keluarga. Rachel meringis kecil jika mengingat ruang rawat ibunya.

Carla langsung berdiri saat melihat Rachel memasuki ruang rawat cucunya. Wanita lanjut usia itu menghampiri Rachel dan meraih tangannya.

"Ini sudah larut malam sebaiknya kamu beristirahat di rumah dulu. Besok pagi kamu bisa datang lagi, malam ini biar Nicky antar kamu pulang ya nanti Bu Shella yang akan menjaga Calvin." Rachel kebingungan. Tujuannya datang kesini memang untuk berpamitan pulang sekaligus meluruskan kesalahpahaman ini. Namun perkataan Carla membuat dirinya terpojok.

"Nek maaf tapi--"

"Rachel mari saya antar pulang." Perkataannya dipotong oleh Nicky. Dalam hati Rachel mendengus kesal. Tapi ia memutuskan untuk mengikuti Nicky dan berpamitan dengan Nenek Carla serta Bu Shella.

Hening. Mereka berdua hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing hingga sudah berada di lobby.

"Maaf tapi sepertinya aku pulang sendiri saja." Ujar Rachel memecah keheningan. Nicky menoleh dan terdiam sejenak.

"Nyonya sudah menyuruh saya untuk mengantarkan anda pulang." Nicky menjawab dengan sopan.

"Tapi saya bukan tunangannya, saya juga sudah menjelaskan dan saya harap anda akan meluruskan kesalahpahaman ini dengan Nenek Carla." Jawab Rachel panjang lebar. Jujur ia merasa sedikit kesal dengan pria di hadapannya ini.

"Besok saya tidak akan datang lagi." Rachel mengucapkan kalimat itu dan langsung menaiki taksi yang kebetulan ada di depan lobby rumah sakit. Tanpa menunggu jawaban dan persetujuan dari Nicky gadis itu menyuruh supir taksi melaju.

~

Calvin terbangun. Pria itu mencoba mengangkat tubuhnya untuk duduk tapi dirinya terlalu lemah seolah semua tenaganya terkuras habis. Nicky yang kebetulan menjaga Calvin menyadari kesadaran Calvin sudah kembali dan cepat-cepat menekan tombol panggilan lalu menenangkan Calvin yang masih terus mencoba untuk bangun.

"Vin, tenang." Nicky memegang kedua bahu Calvin dan menatap matanya. Calvin terdiam dan memilih untuk menuruti Nicky. Tidak lama segerombolan dokter dan suster datang untuk mengecek keadaan Calvin. Calvin hanya terdiam dan sesekali menjawab pertanyaan yang diajukan. Kepalanya terasa sakit, terlebih kaki kanannya.

Setelah memastikan gerombolan dokter itu keluar ruang rawatnya Calvin berdeham. Nicky langsung menghampiri Calvin dan tersenyum kecil tahu pasti Calvin meminta penjelasan mengenai kondisinya.

"Kecelakaan Vin, ada truk yang nabrak dan kabur. Jalanan juga sepi tapi untuknya ada cewek yang kebetulan lewat dan langsung telpon pihak berwajib." Jelas Nicky singkat. Gaya bicara Nicky yang menggunakan bahasa informal memberikan sinyal pada Calvin bahwa dirinya disini sebagai teman bukan sekretarisnya.

"Tenang aja, seperti yang dokter bilang tadi, cukup rawat inap selama satu minggu dan istirahat di rumah pasti nanti bisa kembali ke aktivitas normal." Nicky melanjutkan penjelasannya. Calvin mengangguk.

"Tapi ada satu masalah Vin." ujar Nicky pelan. Calvin menoleh ke arah Nicky. Firasatnya tidak baik soal ini. Nicky mulai menceritakan kronologi mengenai Rachel yang mengaku sebagai tunangan Calvin untuk menolong pria itu, ditambah hal ini tidak sengaja diketahui oleh Nenek Carla. Calvin terdiam berpikir sejenak.

"Dia yang menolongku kan?" Nicky langsung mengiyakan pertanyaan Calvin.

"Menurut kamu dia bagaimana?" Pertanyaan Calvin membuat Nicky mengernyitkan dahinya kebingungan.

"Cantik dan mandiri?" Jawab Nicky bingung. Bahkan jawaban itu terdengar seperti pertanyaan.

"Selidiki informasi pribadi, keluarga, saudara, pekerjaan, semuanya. Aku akan mempertimbangkan dia untuk menjalani hubungan kontrak denganku." Nicky terkejut namun langsung mengiyakan. Pria itu segera mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

~

Rachel memekik kegirangan dan langsung mencari Tiara sambil meloncat-loncat.

"ARAAAA!!" Teriakan Rachel menggema di seluruh apartment. Tiara keluar dari kamarnya dengan mata masih setengah tertutup. Rachel langsung melompat memeluk Tiara. Tiara yang kaget hampir kehilangan keseimbangan.

"Ada apa pagi-pagi begini?" Rachel menunjukkan ponselnya sambil tersenyum lebar.

"Ra, kita diterima! Kita bisa jadi penyiar tetap Miguel Group!" Tiara langsung tersadar. Gadis itu sontak ikut teriak kegirangan.

Rachel mengambil ponselnya yang terus berkedip. Gadis itu menatap bingung nomor yang terus menghubungi dari tadi pagi. Nomor tidak dikenal yang menurutnya sangat mengganggu. Tiba-tiba saja layar ponselnya berkedip dan sebuah pesan masuk.

[Saya Nicky Lewis kita bertemu di rumah sakit 3 hari yang lalu. Ada beberapa hal yang harus Pak Calvin diskusikan dengan anda. Mohon anda menemui beliau di rumah sakit pukul 3 sore ini. Terima kasih.]

Rachel mengernyitkan dahinya saat membaca pesan formal tersebut.

'Untuk apa Pak Calvin mencariku?'

~

Rachel melangkahkan kakinya di lorong rumah sakit. Awalnya ia tidak berniat untuk datang, tapi sepertinya bukan hal yang baik jika ia tidak datang dan Calvin mengetahui kalau ia adalah salah satu karyawannya. Rachel tidak bisa berhenti memikirkan sebenarnya hal penting apa yang perlu mereka bicarakan.

Rachel mengetuk pintu ruang rawat VIP dengan pelan dan ruangan itu langsung terbuka. Di hadapannya terlihat Nicky dengan setelan formal sambil mengangguk memberikan salam padanya. Rachel balas mengangguk kecil.

"Kalau begitu aku akan cari kopi dulu." ujar Nicky lalu menutup pintu ruang rawat itu menyisakan Rachel dan Calvin.

Calvin duduk bersandar di atas tempat tidurnya sambil memegang tablet. Rachel berjalan perlahan mendekati pria itu. Tepat saat ia hanya berjarak sekitar tiga langkah pria itu meletakan tabletnya dan menatap Rachel.

"Silahkan duduk Rachel Lee." Calvin menunjuk kursi yang terletak disamping kasur pasien. Rachel mengangguk dan duduk disana.

"Berapa yang kau butuhkan per bulan?" Pertanyaan Calvin sotak membuat Rachel kebingungan.

"Maaf maksud anda apa?"

"Jadi pasangan kontrak saya dan saya akan bayarkan sejumlah yang anda inginkan." Rachel mendelik kaget. Ucapan Calvin benar-benar dingin. Pria itu menyodorkan map berisi dokumen yang sepertinya adalah kontrak yang baru saja pria itu bahas dengannya.

"Saya jamin anda tidak akan dirugikan dari kesepakatan ini. Di kontrak saya tulis akan memberikan anda sejumlah 50.000 USD untuk uang muka dan 10.000 USD setiap bulannya. anda bisa katakan pada saya jika jumlah tersebut kurang." Ingin sekali Rachel menggampar pria di depannya. Awalnya ia sempat berpikir pria itu ingin berterima kasih tapi apa-apaan ini?

"Maaf saya tidak akan menyetujui kontrak ini." Rachel meletakkan dokumen kontrak tadi tepat dipangkuan Calvin dan segera berdiri berjalan menuju pintu.

"Oh satu lagi, saya juga akan menempatkan nama ibu anda, Anetha Lee di daftar paling atas daftar tunggu donor. Saya juga akan membayar seluruh biaya pengobatannya." Rachel membeku. Ibunya.

Gadis itu mematung. Pria ini berkata akan membantu pengobatan ibunya. Dengan pikiran yang masih kacau Rachel membalikkan tubuhnya. Pria itu menyeringai puas.

"Anda bisa membantu ibu saya mendapatkan donor?" Suara Rachel bergetar.

"Saya bisa lakukan semuanya." Rachel menutup matanya dan menarik napas panjang.

"Apa syaratnya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   61. Rose (1)

    "Bagaimana kondisi kakimu hari ini?" Rachel tersentak saat mendengar suara Calvin."Baik, seperti yang kau lihat aku sudah bisa berjalan sendiri." Rachel menunjukkan kakinya pada Calvin. Ia memang sudah bisa beraktivitas dengan normal lagi setelah 2 minggu istirahat dan pemulihan."Bekas lukanya masih ada." Ujar Calvin saat melihat bekas luka jahitan di kaki Rachel yang masih terlihat cukup jelas."Tidak masalah, nanti juga dia akan memudar." Rachel menjawab sekenanya. Sejak membaca pesan singkat dari Rose malam itu, Rachel sudah membuat keputusan. Ia tidak boleh lagi terbuai oleh perhatian dan semua hal romantis yang dilakukan Calvin.Bahkan ia juga sudah mulai menyiapkan diri jika Calvin mulai mengungkit perceraian dengannya."Kau mau kemana?" Calvin mengerutkan dahinya bingung saat menyadari Rachel sudah rapi dengan pakaian semi formal."Kerja, kau pikir apalagi?" Rachel menjawabnya dengan bingung. Ia sudah lama tidak ke kantor apakah pria itu lupa ka

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   60. Rose (1)

    "Apa aku salah kalau perhatian dengan istriku sendiri?""AARRGGHHHHH!!!" Rachel berteriak heboh sambil menjambak rambutnya saat perkataan Calvin kembali terngiang-ngiang di kepalanya.Rachel tidak bisa tidur semalaman memikirkan perkataan Calvin yang berhasil membuat perasaannya kembali goyah. Sampai detik ini juga Rachel masih belum memantapkan hatinya tentang perasaannya pada Calvin.Di satu sisi Rachel merasa dirinya memiliki perasaan untuk pria itu karena perhatian yang selama ini Calvin berikan namun di satu sisi lainnya Rachel merasa semua itu hanyalah sandiwara belaka. Statusnya hanya sebagai istri pura-pura dari seorang Calvin Miguel."Rambutmu kenapa?" Rachel tersnetak kaget saat Calvin tiba-tiba masuk dna memergokinya yang sedang berantakan. Dengan cepat Rachel merapikan rambut menggunakan tangan sebisanya."Ada apa?" Tanya Calvin lagi. Pria itu membuka laci di sebelah ranjang rawat Rachel dan mengambil sebuah sisir.

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   59. Dilema Hati (4)

    Calvin menghela napas saat keluar dari kamar rawat Rachel. Pria itu benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan kali ini.Ia memutuskan untuk menghindar sejenak sambil mencari secangkir kopi untuk menyegarkan dirinya."Calvin" Seorang gadis berambut sebahu menghampirinya. Calvin terdiam.Ia tahu gadis yang kini berdiri di hadapannya adalah Rose. Cinta pertamanya."Sedang apa kau disini?" Tanya Calvin dingin. Gadis itu tampak tidak peduli dan memamerkan senyuman manis."Bukankah seharusnya kau senang melihatku disini?" Rose balik bertanya."Aku tidak ingin melihatmua disini." Calvin berniat untuk berjalan mendahului Rose namun gadis itu menghadangnya."Jangan begitu, aku disini untuk menjenguk istrimu." ujar Rose sabtai sambil melambaikan sebuket bunga yang ua bawa sejak tadi."Rachel tidak butuh dijenguk olehmu. Sebaiknya kau oergi dan jangan buat masalah." Rose tertawa sinis."Kau masih sakit hati dengan penolakkanku? Kalau begitu apaka

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   58. Dilema Hati (3)

    "Kau sudah bangun?" Rachel mengerjapkan matanya kaget saat mendengar suara Calvin begitu ia membuka matanya.Pria itu sedang duduk di kursi kecil tepat di sebelah ranjang rawatnya sambil memangku laptop. Calvin bertanya tanpa mengalihkan perhatian dari layar laptopnya."Kau tidak ke kantor?" Rachel bertanya dengan kebingungan. Gadis itu berusaha untuk bangun dan duduk bersandar.Melihat Rachel yang kesulitan, Calvin dengan sigap membantu gadis itu. "Aku sudah bilang aku akan terus bersamamu sampai kau benar-benar pulih." Calvin menjawab seraya membantu Rachel mengatur posisi.Selesai membantu Rachel, Calvin kembali mengambil laptopnya namun kali ini pria itu meletakkan laptopnya di atas meja.Calvin mulai menata laptopnya bersamaan dengan banyak berkas-berkas yang menumpuk di sekitarnya. Rachel menatap pria itu kebingungan. Calvin tampak sibuk."Kau sepertinya cukup sibuk, apa tidak sebaiknya kau kembali ke kantor?" Tanya Rachel hati-hati takut menyinggung pria itu lagi."Aku tidak s

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   57. Dilema Hati (2)

    "Ceraikan Calvin, aku yang seharusnya ada di posisi ini.""Maksudmu? Siapa kau berani bicara seperti itu?" Rachel bertanya dengan sedikit amarah. Gadis di deoannya begitu santai dan lancar mengatakan hal tersebut seolah itu bukanlah hal yang serius."Posisi Nyonya Miguel milikku. Andai saja waktu itu aku tidak memilih untuk melanjutkan pendidikan ke Canada pasti sekarang aku yang menikah dengan Calvin.""Calvin sudah menikah denganku nona." Rachel tersneyum sinis menbuat gadis di hadapannya menatap tidak suka."Calvin hanya mencintaiku seumur hidupnya, bahkan Diana tidak bisa mendapatkan Calvin setelah semua yang ia lakukan. Sekarang aku sudah kembali, kita lihat saja siapa yang akan Calvin pilih." Gadis itu mengucapkan kata demi kata dengan penuh penekanan. Rachel sedikit terkejut saat gadis itu melemparkan sebuah kertas kecil ke pangkuannya sebelum berbalik pergi."Apa itu?" Tanya Tiara penasaran.Rachel mengambil kertas tersbeut dan membaca isiny

  • Istri Pura-Pura Sang CEO   56. Dilema Hati (1)

    "Kau gila? Kenapa kau melakukan itu?" Tiara meneriaki Rachel setelah Rachel selesai menceritakan kronologi kejadian yang menyebabkan dirinya sekarang terbaring di ranjang rumah sakit.Hari ini Calvin sudah kembali bekerja setelah Rachel membujuknya dengan berbagai macam cara. Tidak mudah untuk membujuk pria itu namun akhirnya Calvin setuju dengan segudang syarat yang harus Rachel penuhi. Salah satunya adalah harus ada orang yang menjaga Rachel disaat Calvin tidak ada.Kali ini Rachel benar-benar bingung dengan sikap Calvin.Ia sadar dan sangat sadar akan posisinya yang hanya sebagai istri pura-pura dari pria itu lalu apa yang menyebabkan pria itu memperlakukannya dengan penuh perhatian seakan ia benar-benar menjadi istrinya?"Tapi pria itu tau cara berterima kasih juga ya, kudengar ini kamar private untuk keluarga Miguel di rumah sakit ini." "Cara berterima kasih?" Rachel tercengang mendengar perkataan Tiara."Lalu kalau bukan cara pria itu untuk berter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status