"Aku minta maaf." ujar Rachel pelan bahkan suaranya hanpir tidak terdengar. Ia memutuskan untuk meminta maaf pada Calvin karena terlalu emosional perihal pria itu membuang gaunnya. Setelah ia renungkan, ia yakin Calvin melakukan itu demi kebaikan dirinya. Calvin tidak ingin ia dipermalukan dan ingin memberikan yang terbaik. Apalagi ini sekaligus menjadi acara pengumuman pernikahan mereka."Tidak masalah" jawaban datar Calvin membuat Rachel sedikit cemberut. Ia terlalu berharap rekasi Calvin akan berbeda.Perjalanan ditempuh hampir setengah jam dengan kondisi hening. Bahkan Nicky juga tidak berbicara apapun. Rachel hanya menatap ke luar jendela mobil.Pikirannya sedikit terganggu. Hampir semua karyawan membicarakan acara ini. Ia hanya takut dengan perlakuan yang akan ia dapatkan nanti di kantor jika semua orang tahu dirinya adalah Nyonya Miguel.Mobil berhenti dan pintu mobil dibuka. Calvin turun terlebih dahulu dan mengulurkan tanga
"Panggilkan petugas keamanan!" Mata Rachel membelalak. Diana tidak main-main sekarang. Tak bisa dipungkiri Rachel menjadi panik. Aura sudah menghilang mencari petugas keamanan.Benar saja, tidak butuh waktu lama untuk petugas keamanan berdiri di hadapannya."Maaf nona, kami mendapatkan laporan bahwa ada pengunjung yang menghadiri acara tanpa undangan. Bisakah anda memperlihatkan undangan acara ini?" Rachel terdiam mendengar pertanyaan dari petugas keamanan tersebut."Maaf pak, undangan saya ada di pasangan saya" ujar Rachel. Aura dan Diana langsung tertawa meremehkan."Baiklah, mungkin nona bisa menghubungi pasangannya terlebih dahulu." ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Menelpon Calvin juga sepertinya bukan ide yang bagus. Jika Calvin sampai saat ini belum kembali berarti ada sesuatu yang penting yang perlu diurus pria itu."Bagaimana nona?"pertanyaan petugas keamanan itu kembali menyadarkan Rachel. Sepertinya memang tidak ada pilihan lain lagi selain sekarang juga menghub
"Putuskan hubunganmu dengan keluarga Zimmer terutama Xander atau aku akan membatalkan kontrak dan menuntut ganti rugi padamu!"Hati Rachel mencelos saat mendengar perkataan Calvin. Pria itu bahkan tidak repot-repot bertanya pada dirinya mengenai hubungan ia dengan Xander.Rachel memilih untuk diam. Ia tidak mau membalas sepatah katapun. Mobil mereka berhenti di kediaman Miguel dan Calvin langsung pergi begitu saja. Pria itu bahkan tidak menoleh ke arah Rachel sedikitpun.Rachel tidak peduli. Ia keluar dari mobil dan duduk di anak tangga menuju pintu masuk rumah. Dilepaskannya sepatu hak tinggi yang ia kenakan. Rachel meringis kesakitan saat melihat darah mengalir dari kedua kakinya yang tergores oleh sepatu tersebut.Ini semua karena Calvin terus menyeretnya.Seolah belum cukup sampai disana, ia mendapati juga pergelangan tangannya yang membengkak. Rachel menghela nafas pasrah. Ia mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah tanpa peduli kakinya akan kotor
"Kau mau apa?"Calvin terperanjat kaget dan refleks langsung menjauhkan tubuhnya dari Rachel. Gadis itutiba-tiba saja terbangun."Aku sedang mengobati lukamu" jawab Calvin. Pria itu menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Maafkan aku" lanjutnya.Rachel mendudukkan tubuhnya. Gadis itu masih setengah tersadar tapi ia dapat mendengar dengan jelas bahwa Calvin sedang meminta maaf padanya."Maaf untuk apa?" Rachel kembali bertanya. Ia tidak mau semudah itu memafkan Calvin."Karena melukaimu dan semuanya" Rachel menatap Calvin yang tampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Hatinya luluh. Ia lalu menepuk kursi kosong disebelahnya meminta Calvin untuk duduk di sampingnya."Baiklah akan aku maafkan, tapi aku butuh penjelasan. Kau memperingatiku agar tidak membuat masalah dan menggagalkan acara tapi ternyata kamu yang mengacaukan semuanya." ujar Rachel panjang lebar. Calvin terdiam. Pria itu menatap Rachel."Semua karena Alexander Zimmer" jawab Calvin pelan. Rachel mengerutkan dahinya tidak pah
"Benar. Andrea Zimmer. Ia adalah pebinis tanpa bakat dan yang ia bisa lakukan hanyalah berbisnis secara brutal. Kudengar ada rumor sekitar 10 tahun lalu ia melakukan penipuan besar-besaran pada seorang pebisnis asal Asia Timur hingga menyebabkan pria itu meninggal."Jantung Rachel seolah berhenti berdetak. Pikirannya mulai melayang kemana-mana. Entah apa yang merasukinya, tiba-tiba saja Rachel merasa pebisnis yang baru saja Calvin katakan adalah ayahnya. Tidak. Ia tidak boleh berpikir macam-macam apalagi sampai menuduh. Ayahnya meninggal dengan wajar di rumah sakit tidak mungkin ada hubungannya dengan Andrea Zimmer."Kau kenapa" melihat Rachel melamun Calvin mencoba untuk menyadarkannya. Rachel tersebtak kaget lalu menggeleng."Aku mengantuk, bagaimana kalau kita tidur" Rachel mencoba mengalihkan pembicaraan dan Calvin tampak tidak masalah dengan hal tersebut. Rachel segera melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk membersihkan diri.***Suasana di ka
"Bagaimana kondisi ibumu?" tanya Calvin saat melihat Rachel sudah pulang. Gadis itu hanya mengangguk dan merebahkan tubuhnya di kasur."Ibuku baik-baik saja, operasinya juga berhasil. Aku sangat lelah hari ini, bisakah kau membiarkanku tidur di kasur khusus hari ini saja?" Rachel memohon pada Calvin. Ia benar-benar lelah hari ini. Menunggu operasi ibunya saja sudah menguras tenaga dan pikirannya, ditambah ia juga harus mengurus banyaknya pekerjaan kantor yang mau tidak mau harus tetap ia kerjakan.Sepetinya memang Diana sudah resmi menyatakan perang. Hari ini ia mengajukan cuti dengan alasan operasi ibunya namun Diana tetap memberinya pekerjaan dengan dalih kejar deadline.Ia hanyalah seorang karyawan biasa dan sudah pasti tidak bisa menolak lalu inilah hasilnya. Rachel terkapar tidak berdaya di atas kasur milik Calvin tanpa peduli pria itu juga sedang duduk berselanjar kaki."Baiklah silahkan gunakan kasur ini sepuasnya khusus hari ini saja." Melihat Rachel yang tampak sangat kelelah
"Kau pikir kau akan menang? Asal kau tahu, sejak dulu Calvin milikku! Aku, Diana, tidak akan membiarkan kamu wanita murahan merebut Calvin dariku!" Rachel menegang saat Diana berkata dengan pelan tepat ketika wanita itu berjalan melewati dirinya. Tepat setelah mebgatakan hal itu, Diana segera berlalu.Ia masih tidak percaya. Hubungannya dengan Calvin tidak ada yang tahu, tapi Diana mengatakan seolah wanita itu mengetahui segalanya.Kini ia mulai paham alasan Diana terus mengusiknya. Semakin dekat ia dengan Calvin maka perilaku Diana akan semakin brutal. Rachel hanya bisa tersenyum getir.***Sudah hampir seminggu kehidupan kantor Rachel berantakan akibat berbagai rumor tentang dirinya. Rumor itu semakin hari semakin berkembang. Bahkan ada suatu saat ia mendengar orang-orang bergosip kalau ia memiliki anak dengan Alexander Zimmer.Ia tidak maslaah dengan semua rumor itu, hanya saja hal itu sedikit banyak mempengaruhi pekerjaannya. Semua yang ia kerjakan
"Tolong aku Vin, mereka semua menyakitiku"Bagai tersambar petir di siang bolong tubuh Calvin langsung menegang mendengar ucapan parau Rachel. Pria itu mencoba untuk lebih mendekatkan diri pada Rachel agar bisa mendengar lebih jelas."Rumor sialan itu!" seru Rachel kesal. Ia membalikkan tubuhnya dan mulai terlelap."Rumor?" Merasa tidak mendapat jawaban dari Rachel, Calvin mengecek kondisi gadis itu. Rachel sudah terlelap. Perasaan Calvin tidak enak. Ia mengambil ponselnya dan meninggalkan pesan untuk Nicky mengenai rumor apa yang sedang beredar di perusahaan tentang Rachel.***Rahang Calvin mengeras saat pagi tadi Nicky melaporkan rumor yang selama ini beredar padanya. Pria itu terus mengutuk dirinya sendiri karena merasa begitu bodoh sampai tidak tahu hal besar telah terjadi di perusahaannya sendiri.Lebih parahnya lagi hal itu terjadi pada Rachel!Pria itu terdiam. Ia mencoba memikirkan berbagai c