Share

Alasan Absurd

Penulis: Dedew Eirysta
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-18 01:42:14

Bumi terus menatap Lunar, lalu duduk di sisi meja. "Aku mau dekat calon istri. Tidak salahkan jika aku melakukan hal itu?"

Perempuan itu membuka mulutnya. Tidak salah? Tentu saja Lunar menyalahkan sikap atasannya karena dengan menjadikan dia sebagai sekretaris, artinya akan banyak karyawan yang tidak suka dengannya serta belum tentu dia paham dengan cara kerja menjadi sekretaris.

"Ma-maaf sebelumnya, Tuan. Namun, seperti yang saya katakan tadi, bahwa basic saya bukan sekretaris, bagaimana jika nanti ... ."

"Aku akan memberikan kamu buku menjadi sekretaris serta bisa kamu praktekan langsung," sahut Bumi dengan cepat. "Aku tahu bahwa kamu mudah memahami sesuatu, jadi pasti mudah bagimu untuk belajar menjadi sekretaris!"

Lunar bisa merasakan aroma nafas lelaki di depannya yang begitu segar. Ingin dia menjauh agar tidak terlalu dekat dengan Bumi, tetapi khawatir lelaki tersebut marah padanya.

"Ada lagi, Lunar?"

Perempuan itu berdehem untuk menyadarkan dirinya sendiri. "Em, itu, Tuan. Ba-bagaimana jika saya salah dalam menginput data atau menjadwalkan kegiatan anda? Dan juga bagaimana dengan presepsi karyawan lain tentang saya yang tiba-tiba jadi sekretaris anda?"

Bumi menyentuh dagu perempuan di depannya, hingga mereka saling bertatapan dengan intens. "Kamu pasti bisa menjadi sekretaris yang baik, Lunar. Aku percaya dengan kemampuanmu, lalu kenapa kamu tidak? Soal karyawan lain, kenapa harus memikirkan tentang apa yang mereka pikirkan? Jika nantinya mereka cukup keterlaluan, maka tinggal aku pecat atau hancurkan! Gampang 'kan?"

Lunar menelan ludahnya dengan kesusahan. Lelaki di depannya memang kejam dan Bumi adalah calon suaminya, di mana mereka akan menikah jika nanti urusan perceraiannya selesai.

"Sekarang, kamu pelajari menjadi sekretaris yang baik. Buku dan contohnya bisa kamu lihat di komputer dan mejamu," kata Bumi lagi seraya melepaskan dagu Lunar.

Perempuan tersebut mengangguk dengan kaku. Lunar hendak pergi, tetapi lengannya di pegang oleh sang atasan.

"Aws, maaf, Tuan," ringis Lunar sembari melepas tangan Bumi dari lengannya yang tadi terluka.

Tanpa banyak kata Bumi memegang lengan Lunar dan menarik ke atas lengan jas yang perempuan itu kenakan

Warna keunguan begitu kontras dengan kulit Lunar yang putih. Perempuan tersebut belum sempat mengecek dan mengobatinya karena sesaat sampai di perusahaan, dia segera dipanggil ke ruangan manager.

"Kenapa bisa begini? Apakah ulah mantan suamimu?" tanya Bumi dengan alis menyatu serta wajah yang mengetat marah.

"I-itu ... ."

"Jawab dengan jujur atau aku akan mencari tahunya sendiri!" sentak lelaki itu dengan suara dalam.

Lunar kembali menelan ludahnya dengan susah payah. Dia pun menceritakan apa dan bagaimana kejadian yang membuatnya mendapatkan memar seperti itu. Sesekali Lunar memperhatikan wajah atasannya yang kian mengelap seperti akan membawanya ke jurang kegelapan. Sedikit berlebihan, hanya saja perempuan tersebut merasa demikian.

"Sekarang kamu obati memar ini. Ada kotak obat di meja kerjamu!" kata Bumi yang mengelus dengan pelan memar di lengan perempuan itu.

Ada rasa haru yang menerpa hati Lunar. Sayangnya, apa yang lelaki itu lakukan tidak sinkron dengan wajahnya yang datar dan dingin.

"Sa-saya permisi dulu, Tuan." Dia menarik lengannya dari sang atasan, lalu berlalu dari ruangan tersebut dengan perasaan yang lega.

Dada Lunar berdegup cukup kencang. Entah apa yang sedang dia lakukan, hingga jantungnya bisa berdisko seperti itu.

"Sepertinya efek Tuan Bumi cukup kuat. Tidak mungkin 'kan jika aku menyukainya secepat ini? Aku baru ditalak semalam dan ... hah, sudahlah. Sebaiknya aku belajar jadi sekretaris yang baik dan benar."

Perempuan tersebut membuka buku yang menjelaskan tentang menjadi sekretaris seraya menyalakan layar di depannya agar bisa dia praktekkan secara langsung.

*****

Tak terasa waktu sudah menunjukkan sore hari. Jam pulang kurang beberapa menit lagi, sehingga Lunar merapikan mejanya yang cukup berantakan serta menyimpan jurnal yang berisi daftar kerja atau aktivitas Bumi esok hari.

"Aku akan pamit pulang pada Tuan Bumi dulu," gumam perempuan tersebut seraya mengetuk pintu sang atasan.

Setelah mendapatkan kode suara boleh masuk, dia pun membuka pintu dan melihat Bumi yang fokus pada layar ponselnya.

"Permisi, Tuan. Saya hanya ingin pamit pulang lebih dulu, apa boleh?"

Lelaki itu mengalihkan atensinya dari ponsel jadi menatap perempuan di depannya. "Kamu naik apa? Tadi kamu berangkat bersamaku 'kan?"

Lunar tersenyum, lalu menyahut, "Saya bisa pesan mobil online, Tuan. Jadi, anda tidak perlu khawatir."

"Baiklah. Pulang ke apartemen dan jangan coba-coba pergi ke mana pun tanpa ijin dariku!"

"Ba-baik, Tuan." Perempuan tersebut segera memundurkan diri keluar dari ruangan itu.

Lunar mengambil tasnya dan melangkah menuju lift yang akan membawanya ke lantai dasar. Maka dari itu, tidak butuh waktu lama perempuan tersebut sudah sampai di lantai yang paling bawah perusahaan tersebut.

"Oh, jadi dia yang menjadi sekretaris Tuan Bumi? Biasa saja, malah tidak cantik," ucap seseorang yang melewati Lunar dan menatap dengan sinis.

"Katanya sih dia pakai cara jitu untuk bisa dekat dengan Tuan Bumi," balas wanita satunya yang saat ini berada tepat di depan perempuan yang mereka bicarakan.

Tidak ada yang bisa Lunar lakukan selain diam dan mendengarkan. Toh, mereka tidak tahu apa yang membuatnya berada di posisi itu. Walaupun benar bahwa dia menjadi sekretaris karena alasan absurd atasannya, tetapi dia juga punya kemampuan yang cukup bisa diakui.

Dug!

Perempuan itu terhuyung ke depan. Untung saja tidak jatuh, meski lengannya yang memar sedikit terasa perih.

"Ups, sorry. Sengaja untuk perempuan yang suka goda atasan!" ujar wanita yang merupakan teman awalnya satu staff dengan Lunar.

"Oh, begitu? Biasanya orang yang suka menghina orang lain adalah orang yang lebih hina!" balas perempuan tersebut dengan senyum manisnya.

Merasa tidak terima dengan ucapan Lunar, wanita itu mengangkat tangannya hendak memukul perempuan yang sudah berani menghinanya.

Sayang sekali, dengan cepat Lunar memegang tangan wanita di depannya itu. "Jaga tanganmu untuk melakukan kebaikan, bukan untuk menyakiti banyak orang. Kamu wanita berpendidikan, jangan kalah pada preman atau pengemis yang tahu tentang moral dan kesopanan!"

Dilepaskannya dengan kasar tangan yang Lunar pegang, lalu dia pun kembali melanjutkan langkahnya. Lunar memesan mobil online dan dalam waktu kurang dari 10 menit sudah berada di depannya.

"Ke jalan xxxx ya, Pak," kata perempuan itu memberitahukan alamat barunya.

Saat di dalam mobil, Lunar kembali teringat dengan masa ketika dia menikah dengan Satria. Pria yang dipilih oleh orang tuanya sebelum meninggal. Mereka percaya bahwa pria itu bisa membahagiakannya, tetapi malah menciptakan neraka baginya.

"Hah, sudahlah. Daripada aku memikirkan hal itu, sebaiknya aku cari tahu siapa sebenarnya Tuan Bumi. Ya, walaupun aku tahu, dia adalah anak dari Tuan Mahendra. Namun, aku masih penasaran dengannya."

Lunar pun menyalakan ponselnya dan mengetik nama Bumi di kolom pencarian. Di sana tidak banyak artikel tentang lelaki tersebut, sehingga perempuan itu mencari melalui aplikasi media sosial lainnya.

"Tidak mungkin," gumam Lunar saat menemukan akun Bumi di media sosial yang ternyata tidak dikunci.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Sudah Membaik

    Gundukan tanah basah masih ramai pelayat yang datang untuk melihat pemakaman Satria. Begitupun dengan Lunar yang datang bersama keluarga suaminya. Mereka datang sebagai bentuk rasa terima kasih karena Satria sudah memberikan mereka informasi serta secara tidak langsung merenggang nyawa demi menyelamatkan Lunar. "Semua ini pasti rencanamu 'kan Lunar?! Kamu sengaja menyuruh Satria naik mobilmu agar bisa kamu celakai! Kamu licik, Lunar!" sentak Mella yang hendak melayangkan tangannya pada Lunar, akan tetapi dia orang pengawal langsung mencegah bahkan mendorongnya dengan kasar. "Sialan kamu Lunar! Tidak cukup mengambil harta kami, kamu juga mengambil nyawa menantuku! Kamu sengaja melakukannya, iya 'kan?!" ucap Tuan Andre seraya membantu anaknya untuk berdiri tegak. Lunar yang mendengarkannya merasa jegah, bahkan sang suami sudah tampak kesal dengan wajah mengeratnya. Dia tahu, pasti keluarga benalu itu sengaja mengatakan hal tersebut karena banyak orang di sana dengan harapan dapat men

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Meninggal Di Tempat

    Seminggu berlalu setelah konferensi pers yang Bumi lakukan. Hal itu membuat sedikit perubahan, di antaranya adalah pandangan orang tentang Lunar yang tidak lagi negatif, meskipun masih ada yang membela Clara dan menyalahkan perempuan tersebut. Saat ini Lunar sudah berada di pabrik bersama mertuanya. Nyonya Mahendra tidak mau terjadi apa pun pada menantunya, sehingga dia memilih untuk ikut menantunya bekerja sekaligus untuk mengawasi perempuan itu agar tidak lelah bekerja. "Jangan capek-capek, Lunar. Kamu harus istirahat," ujar Mama Bumi pada menantunya yang mengecek berkas dari Anya yang selama ini meng-handle pabrik. "Baru beberapa menit, Ma. Kalau capek aku akan istirahat," sahut Lunar sambil tersenyum. Nyonya Mahendra tidak lagi berkata apa pun dan membiarkan menantunya untuk kembali bekerja dan membahas masalah pabrik.Tok ... Tok ... Tok ... Suara ketukan di depan pintu membuat ketiga wanita yang ada di sana menoleh dan melihat seorang pria paruh baya dengan seragam khas pab

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Merayu Lunar

    Beberapa jam setelah ucapan yang dikatakan oleh Bumi, konferensi pers segera diadakan. Seluruh keluarga Mahendra, termasuk Lunar ada di sana seraya menatap pada wartawan yang berada di pihak mereka. "Tujuanku mengadakan konferensi pers ini adalah untuk memberitahu semua orang bahwa aku sudah menikah dengan perempuan di sampingku dan kami akan segera memiliki anak!" ujar Bumi sebagai pembuka. "Berita yang mengatakan bahwa istriku adalah pelakor, sangat salah besar. Akulah yang memintanya menikah denganku karena memang dialah yang layak untuk menjadi istriku!"Semua yang ada di sana memotret serta merekam perkataan pewaris Mahendra Corp itu. "Maksud anda apa dengan mengatakan bahwa perempuan di samping anda yang layak berada di posisi Nyonya Clara?" tanya seorang wartawan wanita dengan kacamata tebal. Lunar yang bersebelahan dengan suaminya menatap lelaki itu dengan perasaan yang tidak menentu. Namun, Bumi tersenyum seolah semua akan baik-baik saja. "Aku mengatakan hal itu karena ak

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Kerja Sama Dengan Clara

    Lunar tidak menyangka bahwa apa yang dikatakan oleh kepala pelayan ada benarnya bahwa jika tidak ada yang mengaku siapa yang sudah melukainya, maka semua pelayan serta penjaga yang bersamanya akan kena hukuman. "Jadi ... belum ada yang mau mengaku? Ah, kalian lebih suka dipotong gaji rupanya!" ucap Nyonya Mahendra seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Yang melakukannya Suci, Nyonya," jawab kepala pelayan yang tidak mau semua temannya kena imbas hanya karena seorang pelayan yang tidak kompeten. "Benarkah?" seru Langit yang sedari tadi menyaksikan apa yang ibunya lakukan. "Ah, bukannya di dapur ada CCTV, kalau begitu kita lihat saja di sana. Dia sengaja atau tidak mencelakai Kakak Ipar."Sebenarnya Lunar kurang setuju dengan ide Langit karena dia yakin kalau pelayan itu tidak sengaja. Namun, dia tidak bisa melakukan apa pun selain menuruti apa yang hendak keluarga Mahendra lakukan. "Aku punya salinan CCTV di sini!" seru Bumi yang duduk di samping perempuan itu sambil memega

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Terluka

    Tidak terasa sudah seminggu Lunar tinggal di rumah utama bersama suaminya. Tak ada hal cukup mengkhawatirkan, tetapi tetap saja semua yang ada di sana sangat protektif dan posesif padanya. Sama seperti saat ini, di mana Lunar tidak diperbolehkan untuk masak atau membuat kue. Akan tetapi, sang ibu mertua melarangnya seperti biasa. "Ayolah, Ma. Aku mau buat kue brownies keju buat Mas Bumi. Sekali ini saja, oke?" kekeuh Lunar dengan wajah memelasnya. Tidak tega melihat menantunya seperti itu, Nyonya Mahendra terpaksa mengijinkan perempuan itu untuk melakukan apa yang diinginkan. "Terima kasih, Mama," seru Lunar dengan girang seraya memeluk ibu mertuanya. "Asal Mama ada di sana! Kamu tidak boleh di sana sendiri dan cukup mengadonnya saja! Kalau butuh apa-apa, biar pelayan yang ambilkan. Oke nggak oke, harus oke!"Pasrah, itulah yang Lunar lakukan. Yang penting dia sudah diijinkan untuk membuat kue. Dari pada nanti anaknya ileran dan dia yang sebenarnya merasa bosan. Hingga kedua per

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Tahu Kebohongannya

    Setelah pembicaraan dengan papa mertuanya sudah selesai, Bumi, Langit, dan Nyonya Mahendra diperbolehkan masuk kembali ke ruangan itu. Langsung saja Bumi duduk di samping Lunar dan memeriksa keadaan istrinya yang memang tidak kenapa-napa. "Aku tidak apa-apa, Mas. Tadi hanya bicara biasa tentang apa yang harus aku lakukan selama menjadi menantu di sini," sahut Lunar sambil tersenyum pada sang suami. "Ck, kamu akan selamanya menjadi istriku!" balas Bumi dengan penuh keyakinan. "Baguslah kalau begitu! Tapi Mas harus selesaikan masalah dengan Mbak Clara dulu! Aku yakin bahwa dia tidak akan baik- baik saja setelah tahu apa yang terjadi dengan kita! Bisa saja dia akan ... ."Lunar menghentikan kalimatnya karena tidak sanggup membayangkan jika apa yang ada dalam benaknya sungguh-sungguh terjadi. "Kamu takut kalau Clara mencelakai kamu dan anak kita?" seru Bumi seraya memegang sebelah wajah istrinya. Anggukan dilakukan oleh Lunar karena dia sudah tahu betapa terobsesinya wanita itu ingi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status