Share

Lelaki itu Bumi

Penulis: Dedew Eirysta
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-17 11:56:24

Suara seru mobil yang lewat masih bersaut-sautan. Tidak ada salah satu dari mereka yang sadar bahkan peduli pada seorang perempuan hendak menerjunkan dirinya ke bawah jembatan.

"Setelah ini semua pasti akan selesai," kata Lunar yang masih memejamkan matanya.

"Yakin akan selesai?"

Sebuah suara masuk ke dalam telinga perempuan itu. Dicarinya sumber suara yang ternyata berasal dari lelaki yang menyandarkan tubuhnya pada pembatasan jembatan.

"Kenapa? Kamu mau lompatkan? Silakan saja, aku hanya akan melihat dan memastikan bahwa kamu benar-benar terjun ke bawah," kata lelaki yang tidak Lunar kenali.

Perempuan tersebut masih diam. Perasaan ragu hinggap dalam hatinya, apalagi saat melihat dan mendengar sungai mengalir yang cukup deras.

"Masalah itu tidak akan selesai dengan mati! Justru akan menimbulkan masalah yang baru dikemudian hari!" ujar lelaki yang dengan pakaian santai, kaos hitam, celana jeans, dan jaket kulit berwarna hitam. "Kalau kamu berniat mati karena disakiti oleh banyak orang, maka orang-orang tersebut akan tersenyum bahkan tertawa senang mengetahui kamu sudah tidak ada di dunia ini. Ya, itulah tujuan mereka, membuatmu pergi selamanya! So, enak di mereka dan tidak enak di kamu yang mati bunuh diri. Apalagi, katanya kalau mati dengan cara seperti itu, arwahnya tidak akan tenang karena tidak diterima di akhirat. Bukankah itu seram?"

Lunar memikirkan ucapan lelaki yang tidak dikenalnya. Dia mulai bimbang dengan apa yang tadi hampir dia lakukan.

Kemudian sebuah tangan tiba-tiba terulur di depan perempuan itu. "Turunlah! Setelah ini, aku akan bantu menyelesaikan masalahmu!"

"Bantu?" tanya Lunar mengkonfirmasi kembali ucapan yang dia dengar.

"Ya, aku akan bantu kamu. So, come on. Jangan buang waktumu, Nona!"

Dengan sedikit takut dan ragu, Lunar menerima uluran tangan itu sambil turun secara perlahan. Namun, saat dipijakan terakhir kaki perempuan itu tergelincir. Tubuhnya pun terhuyung hingga dia memeluk tubuh lelaki yang ada di depannya.

Deg!

Jantung Lunar berdetak kencang melihat wajah lelaki yang tadi tidak terlalu jelas dia lihat. Wajah putih bersih dengan alis tebal dan rahang yang kokoh membuat lelaki tersebut begitu sempurna.

'Tampan,' gumam perempuan tersebut dalam hatinya.

"Sudahkah memandang wajahku, Nona?" tanya lelaki itu dengan senyum miringnya.

Dengan cepat Lunar tersadar dengan rasa malu seraya melepas diri dari lelaki itu. "Te-terima kasih karena sudah membantuku."

"Ikut denganku, maka kamu akan tahu bagaimana aku membantumu!" Lelaki tersebut berjalan lebih dulu menuju mobil yang terparkir di dekat sana.

Lunar merasa takut untuk ikut, hingga lelaki itu menoleh dan memberikan kode untuk ikut dengannya. Perempuan tersebut menghela nafas pelan sembari meyakinkan dirinya bahwa lelaki tersebut memang bisa membantu untuk menyelesaikan masalah yang sudah menimpa dirinya.

*****

"Namaku Bumi dan aku akan membantu semua masalahmu, termasuk membalas siapa pun yang sudah menyakiti kamu. Namun, dengan syarat ... ." Lelaki yang mengaku bernama Bumi itu sengaja menghentikan ucapannya.

"Syarat apa?" tanya Lunar dengan penasaran, walaupun dia masih belum tahu apakah menerima tawaran itu atau tidak.

"Menikah denganku dan lahirkan anak laki-laki! Bagaimana?"

Jjeder!

Mata Lunar melotot sempurna mendengar tawaran Bumi. "Me-menikah dan melahirkan anak? Kenapa harus aku? A-anda bisa mencari perempuan lain untuk melakukan hal itu!"

Sungguh Lunar tidak percaya bahwa dia ditawarkan menikah hanya demi anak, apalagi harus anak laki-laki. Apa salahnya dengan anak perempuan? Semua anak sama, atau mungkin memang sudah tuntutan dari keluarga lelaki itu.

"Kamu tidak perlu tahu kenapa aku memilihmu! Kita akan menikah besok di sini! Semua keperluanmu akan tercukupi!"

"Aku belum setuju dengan penawaran itu," protes Lunar dengan wajah kesal.

Bumi yang sudah berdiri mengurung tubuh perempuan tersebut yang duduk ndi single sofa. "Aku tidak butuh jawaban, aku hanya menawarkan dan kamu wajib setuju! Jika tidak, maka kamu akan terkurung di apartemen ini dan tubuhmu akan dinikmati oleh penjaga-penjagaku."

Tubuh Lunar merinding. Padahal dia berpikir bahwa lelaki di depannya sangat baik dan mampu membantunya dalam menyelesaikan masalah. Namun, malah menciptakan masalah baru untuknya.

"Tetapi, aku belum resmi bercerai dengan suamiku," kata Lunar dengan susah payah.

"Aku akan mengurusnya dan selama itu, kamu akan menjadi kekasihku dan juga selama menunggu hari kamu bisa aku nikahi, menurutlah dengan apa yang aku katakan!" balas lelaki tersebut sembari menjauhkan dirinya dari perempuan yang melihatnya dengan takut.

"Apartemen ini akan menjadi tempatmu dan tempat kita memadu kasih nantinya, jadi jangan mencoba untuk pergi atau kabur. Sampai jumpa besok!"

Lelaki tersebut pergi begitu saja meninggalkan Lunar yang masih merinding melihat perubahan Bumi yang sangat drastis.

"Belum menikah saja dia seperti bunglon hitam yang menakutkan, bagaimana jika menikah nanti? Mungkin akan lebih menakutkan lagi," kata Lunar seraya mengusap tengkuknya yang masih merinding.

Lunar mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangan. Lalu, dia memandang ke arah depan dengan kosong.

"Setidaknya aku tidak mati dan membuat orang-orang itu senang. Yah, aku pun harus mengambil hakku yang sudah mereka rebut dengan curang. Aku harus menjalani pernikahan itu, apa pun yang terjadi," seru Lunar mencoba menguatkan dirinya sembari mengingat orang-orang yang sudah membuatnya menderita dan nyaris bunuh diri.

"Aku akan balas kalian hingga ke akarnya!"

Perempuan tersebut sudah memutuskan untuk menerima konsekuensi apa pun yang akan dia dapatkan jika nanti menikah dengan Bumi. Walaupun dia belum mengetahui siapa lelaki itu sebenarnya, tetapi Bumi bisa membantunya untuk meraih apa yang dia inginkan.

*****

Waktu berlalu, jam dinding terus bergulir hingga hari berganti. Seorang perempuan terbangun dari tidurnya mendengar suara pintu kamar yang dia tempati terbuka.

"Selamat pagi, Nona," seru seorang wanita paruh baya dengan pakaian hitam dan bagian dada berwarna putih, pakaian khas pelayan.

"Ada apa, Bi?" tanya Lunar yang sudah mengubah posisinya mejadi duduk.

"Tuan Bumi sudah dibawah dan meminta Nona untuk segera turun untuk sarapan bersama."

Sarapan? Lunar baru sadar bahwa hari sudah mulai pagi. Perempuan tersebut menganggukkan kepala, hingga pelayan itu keluar dari kamar.

Efek kelelahan lahir dan batin, membuat Lunar sangat lelah sampai dia bangun sedikit telat dari waktu biasanya.

Perempuan itu membersihkan diri dan ingat bahwa dia harus tetap bekerja, jadi dia pun mengenakan pakaian kerja yang masih berada di dalam kopernya.

"Untung saja berkas penting perusahaan tidak mereka ambil. Lagipula, mana mengerti Mella dan ibunya tentang berkas seperti itu. Mereka 'kan hanya bisa belanja saja," kata Lunar seraya mengenakan tas satu-satunya yang dia miliki dan membawa berkas kerjaannya.

Dengan perlahan perempuan cantik dengan mata yang sedikit sembab itu melangkah menuju meja makan.

"Se-selamat pagi, Tuan Bumi."

Lelaki itu menoleh dengan menaikkan sebelah alisnya. "Tuan? Aku kekasihmu, bukan Tuanmu, Lunara!"

Mata perempuan itu membelalak mendengar namanya disebut oleh Bumi, padahal seingatnya dia belum memperkenalkan dirinya.

"Ba-bagaimana anda bisa tahu namaku?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aisyahnee
Aku ga perlu meragukan lagi cerita kak Dedew.. keyen euyy.. harus belajar neh diriku.. hehehe.. semangat kakak... ............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Sudah Membaik

    Gundukan tanah basah masih ramai pelayat yang datang untuk melihat pemakaman Satria. Begitupun dengan Lunar yang datang bersama keluarga suaminya. Mereka datang sebagai bentuk rasa terima kasih karena Satria sudah memberikan mereka informasi serta secara tidak langsung merenggang nyawa demi menyelamatkan Lunar. "Semua ini pasti rencanamu 'kan Lunar?! Kamu sengaja menyuruh Satria naik mobilmu agar bisa kamu celakai! Kamu licik, Lunar!" sentak Mella yang hendak melayangkan tangannya pada Lunar, akan tetapi dia orang pengawal langsung mencegah bahkan mendorongnya dengan kasar. "Sialan kamu Lunar! Tidak cukup mengambil harta kami, kamu juga mengambil nyawa menantuku! Kamu sengaja melakukannya, iya 'kan?!" ucap Tuan Andre seraya membantu anaknya untuk berdiri tegak. Lunar yang mendengarkannya merasa jegah, bahkan sang suami sudah tampak kesal dengan wajah mengeratnya. Dia tahu, pasti keluarga benalu itu sengaja mengatakan hal tersebut karena banyak orang di sana dengan harapan dapat men

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Meninggal Di Tempat

    Seminggu berlalu setelah konferensi pers yang Bumi lakukan. Hal itu membuat sedikit perubahan, di antaranya adalah pandangan orang tentang Lunar yang tidak lagi negatif, meskipun masih ada yang membela Clara dan menyalahkan perempuan tersebut. Saat ini Lunar sudah berada di pabrik bersama mertuanya. Nyonya Mahendra tidak mau terjadi apa pun pada menantunya, sehingga dia memilih untuk ikut menantunya bekerja sekaligus untuk mengawasi perempuan itu agar tidak lelah bekerja. "Jangan capek-capek, Lunar. Kamu harus istirahat," ujar Mama Bumi pada menantunya yang mengecek berkas dari Anya yang selama ini meng-handle pabrik. "Baru beberapa menit, Ma. Kalau capek aku akan istirahat," sahut Lunar sambil tersenyum. Nyonya Mahendra tidak lagi berkata apa pun dan membiarkan menantunya untuk kembali bekerja dan membahas masalah pabrik.Tok ... Tok ... Tok ... Suara ketukan di depan pintu membuat ketiga wanita yang ada di sana menoleh dan melihat seorang pria paruh baya dengan seragam khas pab

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Merayu Lunar

    Beberapa jam setelah ucapan yang dikatakan oleh Bumi, konferensi pers segera diadakan. Seluruh keluarga Mahendra, termasuk Lunar ada di sana seraya menatap pada wartawan yang berada di pihak mereka. "Tujuanku mengadakan konferensi pers ini adalah untuk memberitahu semua orang bahwa aku sudah menikah dengan perempuan di sampingku dan kami akan segera memiliki anak!" ujar Bumi sebagai pembuka. "Berita yang mengatakan bahwa istriku adalah pelakor, sangat salah besar. Akulah yang memintanya menikah denganku karena memang dialah yang layak untuk menjadi istriku!"Semua yang ada di sana memotret serta merekam perkataan pewaris Mahendra Corp itu. "Maksud anda apa dengan mengatakan bahwa perempuan di samping anda yang layak berada di posisi Nyonya Clara?" tanya seorang wartawan wanita dengan kacamata tebal. Lunar yang bersebelahan dengan suaminya menatap lelaki itu dengan perasaan yang tidak menentu. Namun, Bumi tersenyum seolah semua akan baik-baik saja. "Aku mengatakan hal itu karena ak

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Kerja Sama Dengan Clara

    Lunar tidak menyangka bahwa apa yang dikatakan oleh kepala pelayan ada benarnya bahwa jika tidak ada yang mengaku siapa yang sudah melukainya, maka semua pelayan serta penjaga yang bersamanya akan kena hukuman. "Jadi ... belum ada yang mau mengaku? Ah, kalian lebih suka dipotong gaji rupanya!" ucap Nyonya Mahendra seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Yang melakukannya Suci, Nyonya," jawab kepala pelayan yang tidak mau semua temannya kena imbas hanya karena seorang pelayan yang tidak kompeten. "Benarkah?" seru Langit yang sedari tadi menyaksikan apa yang ibunya lakukan. "Ah, bukannya di dapur ada CCTV, kalau begitu kita lihat saja di sana. Dia sengaja atau tidak mencelakai Kakak Ipar."Sebenarnya Lunar kurang setuju dengan ide Langit karena dia yakin kalau pelayan itu tidak sengaja. Namun, dia tidak bisa melakukan apa pun selain menuruti apa yang hendak keluarga Mahendra lakukan. "Aku punya salinan CCTV di sini!" seru Bumi yang duduk di samping perempuan itu sambil memega

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Terluka

    Tidak terasa sudah seminggu Lunar tinggal di rumah utama bersama suaminya. Tak ada hal cukup mengkhawatirkan, tetapi tetap saja semua yang ada di sana sangat protektif dan posesif padanya. Sama seperti saat ini, di mana Lunar tidak diperbolehkan untuk masak atau membuat kue. Akan tetapi, sang ibu mertua melarangnya seperti biasa. "Ayolah, Ma. Aku mau buat kue brownies keju buat Mas Bumi. Sekali ini saja, oke?" kekeuh Lunar dengan wajah memelasnya. Tidak tega melihat menantunya seperti itu, Nyonya Mahendra terpaksa mengijinkan perempuan itu untuk melakukan apa yang diinginkan. "Terima kasih, Mama," seru Lunar dengan girang seraya memeluk ibu mertuanya. "Asal Mama ada di sana! Kamu tidak boleh di sana sendiri dan cukup mengadonnya saja! Kalau butuh apa-apa, biar pelayan yang ambilkan. Oke nggak oke, harus oke!"Pasrah, itulah yang Lunar lakukan. Yang penting dia sudah diijinkan untuk membuat kue. Dari pada nanti anaknya ileran dan dia yang sebenarnya merasa bosan. Hingga kedua per

  • Istri Rahasia CEO Kejam   Tahu Kebohongannya

    Setelah pembicaraan dengan papa mertuanya sudah selesai, Bumi, Langit, dan Nyonya Mahendra diperbolehkan masuk kembali ke ruangan itu. Langsung saja Bumi duduk di samping Lunar dan memeriksa keadaan istrinya yang memang tidak kenapa-napa. "Aku tidak apa-apa, Mas. Tadi hanya bicara biasa tentang apa yang harus aku lakukan selama menjadi menantu di sini," sahut Lunar sambil tersenyum pada sang suami. "Ck, kamu akan selamanya menjadi istriku!" balas Bumi dengan penuh keyakinan. "Baguslah kalau begitu! Tapi Mas harus selesaikan masalah dengan Mbak Clara dulu! Aku yakin bahwa dia tidak akan baik- baik saja setelah tahu apa yang terjadi dengan kita! Bisa saja dia akan ... ."Lunar menghentikan kalimatnya karena tidak sanggup membayangkan jika apa yang ada dalam benaknya sungguh-sungguh terjadi. "Kamu takut kalau Clara mencelakai kamu dan anak kita?" seru Bumi seraya memegang sebelah wajah istrinya. Anggukan dilakukan oleh Lunar karena dia sudah tahu betapa terobsesinya wanita itu ingi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status