"Jadi Ini judul skripsi kamu?" Pak Raka tak melepaskan pandangannya dari map biru yang kuberikan. "Ya Pak," jawabku canggung. Saat ini kami sudah berada di ruang tengah. Kami duduk berhadapan dan dipisahkan oleh meja.Sepulangnya dari pemakaman, Pak Raka benar-benar menjalankan janjinya untuk memberikan bimbingan. Seingatku ini kali pertama kami membahas tentang skripsiku.Namun, selama berjalannya bimbingan dadakan dengan status yang berbeda, aku mengakui ternyata nyaliku hampir ciut karena berhadapan dengan dosen yang bermetamorfosa jadi pembimbing rumah tangga. Aku tidak yakin Pak Raka akan menerima hasil skripsiku, apalagi aku tahu Pak Raka itu adalah dosen galak yang punya standar tinggi.Pak Raka membenarkan letak kacamatanya, tubuhnya condong ke depan sambil terus membolak-balik berkasku sampai jantungku ikut kebalik setiap Pak Raka menggerakannya. Oh Tuhan, begini amat jadi mahasiswa warisan budaya! "Kamu berpikir judulmu bagus? Unhairing Kulit Sapi dengan Metode Enzim?"
Dengan canggung aku meletakkan segelas teh di meja kecil yang ada di ruang tamu sederhana dan lalu duduk di samping Pak Raka. Di depan kami sudah ada Bu Lili yang sedang duduk tegak dengan pandangan mata yang menyorot tajam padaku dan Pak Raka.Glek. Aku menelan ludah grogi, lalu memutuskan untuk menundukkan kepala dalam. Menurutku situasi kali ini sangat tak menguntungkan, siapa sangka di saat kami sedang sibuk menguruskan masalah skripsi Bu Lili malah datang menyantroni. Masih kuingat tadi tatapan Bu Lili yang tajam saat tadi aku membuka pintu. Terlihat sekali kalau Bu Lili murka ketika melihat aku ada di rumah anaknya. Aku tidak memahami bagaimana cara Pak Raka menjelaskan pada ibunya tapi aku hanya berharap Bu Lili memahami kondisiku yang telah menjadi istri anaknya walau masih berstatus istri secara agama. "Silahkan diminum Bu." Pak Raka menyodorkan cangkir yang berisi air teh itu ke arah Bu Lili tapi wanita paruh baya itu menggeleng tegas. "Enggak. Ibu gak mau minum, jelask
"Ibu ingin pernikahan kalian dirahasiakan sampai Raka jadi komisaris. Bagaimana kalian mau kan? Jujur, Ibu sangat takut ini akan bermasalah ke depannya, seperti diketahui kalian juga nikah diam-diam. Ini sungguh keterlaluan." Sekali lagi aku mengingat ucapan Bu Lili semalam yang cukup membuatku syok sampai sekarang dan aku pikir Pak Raka pun sama. Pria itu pasti gak menyangka kalau pada akhirnya Bu Lili memergoki kami secepat ini, padahal kami berencana datang ke rumah mereka besok dan mengatakan semuanya. Namun, apa yang mau dikata. Nasi telah menjadi bubur, Bu Lili sudah murka karena Pak Raka tak meminta ijinnya. Tak bisa terelakan, menyaksikan kemarahan itu nyaliku yang pada awalnya menggebu diam-diam jadi menciut. Apalagi setelah mendengar syarat Bu Lili yang katanya akan memaafkan kami jika aku dan Pak Raka bisa merahasiakan pernikahan ini sampai Pak Raka jadi komisaris dan aku wisuda. Ya Salam. Sehina ini jadi mahasiswa warisan budaya? Coba bayangkan, sampai mertuaku pun malas
Malam harinya. Aku menutup pintu kamarku dengan rapat, kali ini aku tak mau berbicara apa pun termasuk dengan Pak Raka. Entah kenapa, semenjak aku melihat dia bersama Maura di kantin rasanya malas bertemu suamiku.Padahal. Siapa aku? Aku hanya istri rahasia, gak sepatutnya sibuk menjauhi dan cemburu.Namun, harus kuakui, semenjak Pak Raka membantuku pada saat pemakaman ibu, perasaanku jadi mendadak aneh. Apalagi ketika dia membelaku di depan ibunya semakin lama semakin hati ini kian berdebar kencang saja.Apa ini yang dinamakan cinta? Ataukah aku hanya terbawa suasana? Eh, tapi kan bukankah Pak Raka bilang aku gak boleh mencintainya karena dia tidak mungkin menyentuhku? Agh, mengingat itu entah mengapa aku jadi serasa ditusuk sembilu.Agh, sial! Ini benar-benar mengganggu.Berat. Kubawa tubuh ini untuk berbaring miring di atas ranjang, penat rasanya memikirkan semua keraguanku, bahkan saking tak enak hatinya, nafsu makanku pun jadi ikutan tiarap. Tak lama kudengar derap langkah ses
POV Author"Pokoknya ya, Ya. Emak gak mau tahu lo mesti lulus tahun eni juga. Kalau kagak, elo bakal dijadiin istri kelima Babeh Rojali, mau lo? Emak kagak mau tahu dah. Pokoknya lo buruan luluuuuus!""Astaghfirullah tobat!"Alya—mahasiswa tingkat akhir yang merupakan anaknya almarhum Babeh Hariri itu menggelengkan kepala seraya bergidik ngeri. Mengingat teriakan Emak yang sadis dan memekakan telinganya, membuat Alya yang semula ogah-ogahan ngampus memutuskan lebih tegar dari sebelumnya. Dia bertekad harus lulus dibanding jadi istri kelima dari Babeh Rojali yang doyannya daun muda.Dengan langkah gontai tapi pasti Alya menyusuri lorong-lorong kampus yang sepi. Bagi Alya yang merupakan mahasiswa angkatan tua, suasana di kampus kini jelas terasa berbeda. Hal ini mungkin karena dia sudah cuti setahun lamanya. Hanya karena gara-gara videonya yang ditolak Aji viral, Alya memilih untuk pensiun sementara dari perkualiahan sampai gosipnya mereda. Namun, siapa sangka ternyata keputusan Alya me
Bab 2. Negosiasi "Saya didesak oleh orang tua saya Ya, saya tahu ini mungkin terlalu mengejutkan. Mengingat ini kali pertama kita bertemu, saya juga gak mau disangka memanfaatkan keadaan tapi melihat Acha dekat kamu saya rasa kamu orang yang tepat dan lagi pula sepertinya kita bisa win-win solution. Saya butuh kamu untuk menjadi istri saya secara pura-pura, jadi apa kamu bersedia?" Alya merasa dunianya jungkir balik setelah bertemu dengan Raka. Milyaran kali pun Alya berpikir kalau ini adalah suatu kesalahan tapi nyatanya itulah yang terjadi. Raka--dosen pembimbingnya telah melamar di awal pertemuan mereka.Gila? Ya, ini gila. Mana ada pria yang sebegitu anehnya seperti Raka? Hanya karena dia terdesak dan Alya mirip kakaknya, Raka sampai melamarnya begitu saja.Ah, ini bencana.Tentu saja hal ini membuat Alya bimbang dengan tawaran yang diberikan oleh Raka. Alya tidak menyangka akan berada dikondisi seperti ini. Gara-gara penawaran itu, selama perjalanan pulang dari kampus, Alya ha
Alya tercekat ketika melihat Raka hadir di rumahnya dengan wajah tanpa dosa. Diam-diam Alya curiga kalau Raka memang mengikutinya. Tapi, meski begitu entah mengapa ada rasa lega yang menggelayuti hati Alya ketika melihat ada Raka hadir di waktu yang genting seperti ini.Alya berharap dengan hadirnya Raka, malam ini juga keluarganya akan terbebas dari Babeh Rojali sang rentenir karena Raka yang akan membayarkan semua hutang dia dan Emaknya. Meski setelahnya, Alya ragu bisakah dia membayar Raka? Ataukah Alya emang ditakdirkan untuk menerima tawaran sang duda? "Astaga! Pak Raka?" teriak Alya sambil menutup mulutnya yang menganga membuat Emak menyusuri arah pandang anaknya. "Pak Raka? Siapa dia, Ya? Pacar lu? Kok Emak baru lihat." Emak melihat Raka sampai nyureng-nyureng. Di mata Emak, baru kali ini Alya membawa lelaki ke rumah mereka. Optimisme Emak terbit melihat Raka yang tampan nan rupawan tersebut mengatakan akan membayarkan hutang. Tak menggubris pertanyaan Emak, Alya menghamp
Malam sudah semakin larut, tapi mata Alya anehnya masih enggan terpejam. Berapa kali pun Alya mencoba untuk tidur rasanya nihil otaknya kembali teringat peristiwa beberapa jam lalu saat dia akhirnya mengambil keputusan besar dalam waktu singkat yaitu menerima tawaran Raka. Alya akui, dia memang tdak punya pilihan. Seperti kata Emak, Raka sudah berjasa dalam hidup mereka dan kapan lagi ada pria sebaik Raka.Ya Salam. Kenape gue jadi gelisah begini, ya? Alya ngebatin.Dia melirik jam yang ada di dinding. Ternyata waktu sudah menunjukan pukul satu dini hari. Pantas saja dunia sudah terasa sangat sunyi bagi Alya. Di dalam keheningan kamarnya, tiba-tiba matanya beralih ke salah satu foto yang ada di atas nakas. Lama, mata Alya berhenti di sana memandangi foto dirinya yang masih remaja sedang tertawa lepas bersama almarhum sang ayah. "Beh, anakmu mau nikah, Beh." Tanpa terasa, air mata Alya menetes karen mengingat kalau sekarang dia akan menikah tanpa kehadiran Babeh di sisinya. "Beh,